Pukulan telak dari ayah

3.4K 515 38
                                    

Suasana kamar Juniar kembali sunyi, Jinan sudah kembali masuk ke dalam kamarnya sendiri. Tak lupa Jinan juga mengajak Ale untuk bersembunyi di dalam kamar.

Jinan merasakan sore ini akan menjadi sore yang buruk, begitu juga Juniar. Ia merasakan hal yang sama, tetapi Juniar memilih untuk beristirahat. Mempersiapkan kondisi fisik dan mentalnya sebelum bertemu dengan Jhonny.

Juniar juga sebenarnya mengkhawatirkan Hana, sedari siang Hana masih belum pulang atau mengabari Juniar. Tapi sudahlah, lagi pula Juniar sendiri yang membiarkan Hana untuk pergi menemui Haje.

Mata Juniar refleks terbuka dengan perlahan ketika mendengar suara mobil, ia tahu betul mobil ini milik ayahnya.

Dengan jantung yang berdebar Juniar bangun dari posisi tidurnya, detak jantungnya berkali lipat lebih cepat.

Benar saja, pintu kamar Juniar terbuka dengan kasar. Menampilkan Jhonny yang berdiri dengan wajah marah, ini sangat menakutkan bagi Juniar.

"Ayah...."

"Sini kamu Juniar!" Jhonny menarik Juniar dengan kasar, sebelah tangannya sibuk membuka sabuk yang di gunakan oleh Jhonny.

"Duduk!"

Jhonny menginjak pundak Juniar hingga Juniar meringis, namun tak berani mengeluh.

"Di ajarin siapa kamu bisa hamilin anak orang kayak gitu!!?"

Suara cambukan bersatu dengan teriakan Juniar, mama di luar mengkhawatirkan kondisi anak tengahnya. Namun Mas Juna menghalangi mama.

"Biarin ma, biar Juniar dapat pelajaran. Hal kayak gini itu gabisa di wajar'in, masih SMA udah berani kayak gitu!" tukas Juna.

Raut wajah mama masih terlihat sama, tapi mama benar-benar tak bisa membantu apapun karena menurutnya Juniar juga salah.

Seorang ibu tak dapat membela kesalahan anaknya, apalagi kesalahan yang dilakukan Juniar ini sangat fatal.

Jeno menonton Jhonny yang mencambuk Juniar tanpa ampun dari ambang pintu kamar, Jeno benar-benar hanya menonton. Sama sekali tak ada niat membantu Juniar, padahal Jeno sama sekali tak menginginkan Jhonny menginjak rumah ini lagi.

Untuk kali ini Jeno membiarkan Jhonny masuk kembali ke dalam rumah untuk memberikan Juniar pelajaran.

"Ayah, sakit! Juniar gak berzina. Tolong percaya Juniar!" tangis Juniar terdengar seisi rumah.

"Saya tidak pernah mengajarkan kamu berbuat seperti ini sialan!" maki Jhonny.

Kali ini Jhonny benar-benar marah, Juniar terus menerus di cambuk. Jeno yang melihat ini jadi ngeri sendiri ketika melihat darah mengalir dari lengan Juniar.

"Dimana perempuan itu?"

"Per--pergi ayah," jawab Juniar.

Cambukan kembali di terima, kali ini Jhonny mencambuknya dengan tenaga lebih besar.

"Kamu usir dia!!?"

"Engga ayah, dia mau menemui seseorang" balas Juniar bergetar.

"Saya mau kamu cari kerja mulai dari sekarang, terserah apapun itu. Yang penting kamu menghasilkan uang untuk calon anakmu," Jhonny menarik kerah anaknya menatap tajam dua mata sayu milik Juniar yang terlihat lelah.

Jhonny tertegun, tatapan lelah dan putus asa barusan membuatnya terkejut.

Ia tak pernah melihat tatapan mata itu dari Juniar, Jhonny menggeleng. Menepis rasa iba, mau bagaimanapun Jhonny sama sekali tak ingin membela Juniar.

"Kecewa ayah sama kamu!"

Dengan terbata Juniar menjawab, "Jun-- Juniar juga kecewa sama ayah. Tapi Juniar ga pernah pukul ayah,"

"Juniar marah sama ayah, tapi Juniar ga pernah cambuk ayah!" lanjutnya. "Bukan Juniar yang ngelakuin itu."

Emosi Jhonny kembali naik, satu pukulan telak mengenai dada Juniar. Membuat anak itu terbatuk keras dengan rasa sesak yang mendominasi, Jeno dan Tama sampai di buat terkejut.

Tak menyangka Jhonny bisa melakukan itu, Tama merasakan tangannya bergetar melihat adiknya terbatuk keras di dinginnya lantai keramik kamar Juniar.

Jhonny tak sengaja menoleh ke sudut kamar Juniar yang berantakan, banyak sekali obat yang berserakan disana.

"Kamu juga konsumsi obat-obatan!!?"

Juniar menggeleng lemah, mencoba membela diri. Sungguh rasanya seperti akan mati, Juniar tak mampu jika harus mendapat satu pukulan lagi.

Duagh!

Benturan antara kepala Juniar dan lantai membuat Jeno dan Tama kaget. Baru saja Jhonny memukul keras wajah Juniar hingga terbentur lantai.

Semua yang ada di pandangan Juniar melayang, Juniar tak bisa melihat dengan jelas. Bahkan Jhonny yang ada di hadapannya berubah menjadi dua, rasa pusing-sesak dan juga lemas menjadi satu.

Juniar harap dua adik bungsunya benar-benar menuruti apa yang sudah ia perintahkan tadi.

"Ayah.... kalau Juniar mati di tangan ayah Juniar ikhlas," ujarnya terbata.

"Juniar juga ga sanggup nahan semuanya sendirian, ayah jangan benci sama Juniar. Demi apapun Juniar ga pernah melakukan hal bodoh itu,"

Nafas Juniar mulai tersenggal, berbeda dengan Jhonny yang masih menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin.

"Juni mau pulang.... tapi ga pernah berhasil."

Jhonny terkejut ketika Juniar terbatuk keras dibarengi dengan keluarnya darah dari mulut Juniar.

"Jun," panggil Jhonny.

Juniar tak menjawab, pandangannya mulai kabur. Sementara Jhonny menatap kedua tangannya yang sudah memukuli dan mencambuk Juniar tanpa ampun.

Suara bergetar Juniar mengatakan bukan dia yang melakukan itu membuat Jhonny gemetaran.

Jeno dan Tama menghampiri Juniar dengan khawatir, padahal sejak awal mereka sama sekali tak mau membantu. Tapi sekarang mereka lah yang paling panik, Tama berteriak meminta Nathan yang baru saja datang untuk menelpon ambulance.

Jeno menaikan kaos yang di pakai Juniar, rasa khawatirnya semakin menjadi-jadi ketika melihat luka cambukan dan lebam bercampur menjadi satu.

"Bang, gimana???" panik Jeno.

"Jen... perut Juniar kayak busuk."




tbc.

Heii tadinya aku mau up besok, tapi karena apresiasi kalian aku jadi semangat wkwk

Kalau kemarin Hana yang nyebelin, di part ini siapa yang nyebelin?

Jangan marah-marah plis kaget banget aku bacain komen kalian😭

Makan burger aja mending, btw Juniar suka banget burger🍔

Just info, perut Juniar itu kondisinya penuh luka dan lebam. Saking banyaknya luka lebam bekas pukulan dan cambukan Jhonny, perutnya jadi menghitam.

Mungkin bagi yang pernah luka dan kulitnya jadi menghitam karena saking parahnya luka itu kalian mungkin ngerti, aku susah ngejelasinnya karena ga ada foto luka yang bener-bener sesuai sama luka yang di alami Juniar.

Vote and komennya ya!

JUNIARKA || HAECHAN✔ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang