Ya Tuhan! Jay harus jawab apa.
Mata adiknya berkaca menatap dirinya.
"Kalo Jungwon bukan anak papah berarti kak Jay bukan kakak jungwon ya?" Air mata Jungwon jatuh.
"Jungwong dengerin kakak ya,"
"Kak Jay bohong ya sama Jungwon, kata kak jay hiks Jungwon adeknya kakak," Belum sempat Jay berbicara kembali, Jungwon kembali berkata dengan terisak.
Tangan Jay menangkup wajah mungil adiknya. Ibu jarinya ia gunakan untuk menghapus air mata yang jatuh.
"Kata siapa Jungwon bukan adeknya kak Jay? Kak Jay sayang kok sama Jungwon. Kalo Jungwon bukan anak papah kenapa Jungwon ada sama Kakak sekarang, hm?" Jay mencoba menenangkan adiknya.
Meembawanya ke dalam dekapannya dan mengelus punggung adiknya.
"Jungwon jangan mikirin itu lagi ya. Jungwon adik kesayangannya kak Jay. Kakak sayang sama Jungwon,"
____
Sore harinya Jay pergi kerja kelompok. Tadinya Jay mengajak Jungwon untuk ikut bersamanya. Tapi jungwon menolak.
Jungwon sedang menonton kartun dalam apartemen. Dengan snack di pelukannya, dia terlihat sangat nyaman di dalam posisinya.
Ting Tong!
Tiba tiba bel berbunyi. Jungwon kira itu kakaknya. Tapi kenapa tidak langsung masuk?
Jungwon melangkah untuk membuka pintu.
Celkek
"Mamah?"
"Dimana anak saya?!" Ibu Jay mendorong bahu Jungwon lalu masuk ke dalam apartemen meninggalkan Jungwon.
"Jay! Ini mama sayang," Teriaknya sambil berkeliling unit apartemen.
"Kak Jay lagi kerja kelompok mah," Jungwon datang.
"Jangan panggil saya mamah! Saya bukan mamah kamu! Nggak sudi saya punya anak kayak kamu"
Celine-ibu Jay-berbalik menghadap Jungwon.
"Kamu ngapain ngajak anak saya keluar dari rumah hah?!"
"Masih untung saya mau nampung kamu di rumah keluarga saya!"
"Dasar ngga tau terimakasih,"
Jungwon menunduk. Masih pada trmpatnya berdiri. Dia tak berani melangkah kemanapun. Bahkan untuk mengangkat kepalanya saja dia tak berani.
"Hallo? Kamu masuk aja sekarang,"
Celine mengakhiri panggilannya dengan seseorang. Dia sekarang sedang duduk di sofa dengan kaki yang di silangkan.Dua orang yang sepetinya bodyguard dari Celine masuk.
"Bawa aja sekarang," Perintah Celine.
"Siap nyonya,"
Jungwon terkejut kala tangannya di pegang erat oleh dua orang tersebut.
"Mah? Aku mau di bawa kemana?"
Jungwon di seret keluar oleh dua orang berbadan besar itu.
"MAH? AKU NGGA MAU PERGI DARI SINI!"
Celine seakan tuli. Padahal jelas di depannya Jungwon berteriak dan mencoba menggapai apapun yang bisa dia jangkau.
Tapi Jungwon jelas kalah. Tubuhnya yang mungil tidak mjngkin bisa melawan dua oramg berbadan dua kali lebih besar dari badannya.
_____
Ceklek
Bau masakan langsung menusuk indra penciumannya.
"Jungwon? Kamu masak apa?" Jay berjalan menuju dapur.
Bukan Jungwon yang dia temukan, melainkan ibunya(?)
"Loh? Mamah kok di sini? Jungwon mana mah?"
"Eh anak mamah udah pulang. Ayo makan dulu. kamu pasti laper kan," Celine menuntun Jay untuk duduk dan mengambilkan nasi goreng yang ia buat ke dalam piring untuk Jay.
"Jungwon mana mah?" Tanya Jay lagi.
"Kok kamu nyariin dia sih? Kan dah ada mamah di sini," Celine duduk di kursi sebrang Jay.
"Mah, Jay tanya sekali lagi. Jungwon di mana?"
"Jungwon mamah bawa pergi jauh dari sini Jay! Lagian apa sih yang mau di harepin dari anak hasil perselingkuhan papah kamu itu?" Ucap Celine.
"Mah! Jungwon itu adik aku mah! Jay ngga peduli mau Jungwon anak siapa," Jay berdiri dari duduknya.
Pergi meninggalkan ibunya yang berteriak memanggil namanya. Yang di pikiramnya sekarang hanyalah Jungwon.
____
Jungwon menangis. Air matanya menyatu dengan air hujan yang turun membasahi tubuhnya. Meratapi nasibnya yang sungguh buruk.
Dua orang tadi membawanya ke tempat yang entah dimana.
Setelah berjalan cukup jauh, Jungwon menemukan sebuah halte. Ia memilih meneduh di sana.
Jungwon tidak membawa apapun. Bajunya basah. Ponselnya juga ada di apartemen milik Jay. Jadi tidak ada yang bisa dia harapkan.
Hari sudah mulai gelap. Jalanan sepi. Spertinya orang orang lebih memilih menghangatkan diri di rumahnya masing masing.
Perutnya belum ia isi selain snack yang dia makan waktu sedang menonton. Tubuhnya menggigil. Hujan justru semakin deras.
Petir bersahutan.
"Kak Jay..., dingin di sini,"
Jungwon menggosok kedua tangannya mencari kehangatan. Udara dingin semakin menusuk. Jungwon hanya memakai celana training dan kaos lengan pendek. Itupun sudah basah kuyup.
JDARR!
"Akh!"
Bunyi petir sungguh mengejutkan dirinya. Tangannya reflek menutupi telinganya. Jantungnya berdegup lebih cepat.
Dadanya serasa di tusuk. Tangannya bergetar meremas dada bagian kirinya.
Sial! Kenapa di saat seperti ini penyakit nya harus kambuh.
Tubuhnya membungkuk menahan sakit. Dia tidak yakin ia akan selamat kali ini. Jalanan sepi. Tidak ada satupun orang yang melewatinya.
Kepalanya pening. Pandangannya memburam.
Dia butuh kakaknya saat ini.
Tuhan, biarkan dia bahagia terlebih dahulu.Ciit
Brak!
Sebuah mobil berhenti. Pengemudinya turun menghampirinya.
"Astaga Jungwon?! Kok bisa kayak gini sih?"
Orang itu menyandarkan Jungwon pada tubuhnya. Tangannya mencoba menepuk pipi berisi Jungwon.
"Jungwon?"
"K-kak Hee, tolong Jungwon. S-sakit,"
----
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
aeternum | Yang Jungwon | Enhypen ✔
Fanfiction[09.02]semuanya usai. _aeternum_ Start: 03/01/2022 End: 15/04/2022 (Tahap revisi, beberapa bagian di ubah.)