(Follow sebelum baca)
Pernah sedekat nadi, sebelum sejauh Bumi dan Matahari.
Celine dan Juna ibarat surat berprangko, saling melengkapi. Tapi, semua berakhir saat hari dimana Celine meminta Juna melepaskannya pergi.
Sempat terpisah selama 5 tahun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Celine mendadak gugup ketika Juna mengatakan ingin ke Rumah Sakit sebelum mengantarnya pulang. Gadis itu benar-benar tidak bisa menebak apa yang akan Juna lakukan alih-alih mengantarnya ke rumah melainkan pergi ke RS.
Sebelum ke RS, cowok itu berhenti disebuah toko pakaian. Rupanya, mereka berhenti di toko yang tepat, semua yang mereka butuhkan ada di sana. Tanpa banyak kata, Celine dan Juna pun mengganti pakaian mereka yang basah.
"Antar gue ke rumah aja lah, Jun, gak usah ke rumah sakit, ngapain juga kesana," rengek Celine saat keduanya kini keluar dari toko dan hendak masuk mobil.
"Naik taksi, mau?" tawar Juna sebelum ia membukakan Celine pintu.
Dengan cepat Celine mengangguk. "Boleh, gue bisa kok naik taksi sendiri dari sini."
Celine kira, Juna benar-benar mengizinkannya pulang sendiri, tapi nyatanya, sebelum Celine berbalik badan, lengannya sudah ditarik lembut Juna dan kembali menyuruhnya masuk ke dalam mobil. "Masuk, udah malam, taksi kurang aman."
Celine reflek menggerutu, "Naik taksi atau sama lo pun sama-sama gak aman gue rasa."
Juna tidak menanggapi, ekspresi wajahnya benar-benar datar, "Btw, gue udah minta Bang John buat kasih tau ceweknya kalo lo pulang sama gue."
Baru teringat perihal ponselnya yang lowbat, Zea di rumah pasti panik mendapati Celine yang tidak ada di rumah sejak tadi siang. "Thanks," balas Celine singkat.
Berselang 10 menit setelah dari toko pakaian, keduanya kinii tiba di RS Medika. Masih belum jelas apa tujuan Juna membawanya kesini. Celine pun curiga Juna seperti ini karena ucapannya beberapa saat yang lalu.
"Jun, bentar." Celine menarik pelan tangan Juna dan membuat mereka berdua berhenti berjalan. "Lo gak bawa gue kesini karena tadi gue bilang sakit kan?"
Juna terdiam sejenak, ia menatap dan meneliti setiap inci pada wajah Celine. "Lo pucat," ujarnya dingin.
Celine kembali panik, "Cuma kecapekan, sumpah, gue gak papa. Gue punya obat kok di rumah, kita balik aja ya, gak usah ke sini."
"Tapi kita sudah disini."
"Belum sampai ruang dokter maksud gue, jadi masih bisa pulang. Ya... pulang ya, Jun. Please," rengek Celine dengan wajah memelasnya.
"Besok mungkin lo bakal demam, jadi sebelum kejadian, mending diantisipasi dulu."
"Demam doang gak harus ke RS, paracetamol di rumah Kak Zea banyak."
Juna tetap tidak menghiraukan rengekan Celine. Gadis itu pun semakin gugup dibuatnya. "Gak lucu serius, kalo gue udah minta pulang tapi lo dengan keras kepalanya tetap paksa gue periksa. Gue gak mau."
Keduanya kini sudah berada dalam lift, Juna menekan tombol angka 7, dan itu semakin membuat jantung Celine berdegup lebih kencang.