13. Disentangle Gospel

294 90 11
                                    

CHAPTER 13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 13. DISENTANGLE GOSPEL

⌭⌭⌭


Gadis itu bernapas begitu cepat. Kepalanya berdenyut luar biasa menyakitkan sementara isi dada seolah tengah berpacu mati-matian. Kanna yakin sekali dia masih berada di dalam mobil, di tengah curahan peluru yang berusaha menembus dan menghabisi mereka bertiga. Tetapi kenangan yang mendadak datang tersebut mencuat lebih cepat daripada lesatan senjata, menukik menusuk kepalanya dan ia lantas bertanya pada sosok sama dalam bayang memudar, "Kau akan menciptakan dunia yang baru?" tanyanya. Bocah perempuan itu mendongak ingin tahu, netranya mengedip tidak mengerti. "Mengapa?"

"Alasannya akan tetap sama, Kanna. Sebab manusia dan ketamakannya sudah membuatku muak." Ia tertawa pelan. Namun sial, tawa tersebut hanya mengirim gelitik ngeri yang mencerabut hati. "Kita bisa menciptakan dunia yang elok, kau tahu? Dunia dimana tidak ada kekerasan, manusia hidup dalam kesetaraan. Konsep semacam itu benar-benar terdengar surgawi, bukan? Aku yakin, kau adalah orang pertama yang akan mengertiku dengan baik di kemudian hari. Tidakkah kau berpikir begitu juga?"

"Aku—"

"KANNA!"

Sial. Mengerjap perlahan, berusaha memusatkan fokus pandangan, semuanya mendadak hancur kelewat cepat hingga si gadis nyaris kesulitan untuk bernapas. Belum sempat Kanna benar-benar memahami apa yang sedang terjadi, pipinya yang sudah terasa panas kembali ditepuk berulang kali oleh sang kakak, meneriakinya lagi dengan ekspresi panik, "Sadarlah! Jangan mati dulu, bodoh! Kau masih berhutang permen jeli padaku!"

Permen jeli, permen jeli—ah, yang ia curi dari kamar Yoongi beberapa bulan yang lalu. Kanna mengernyitkan kening. Telinganya berdenging, peluru-peluru masih berjatuhan dan ia sungguh tidak tahu harus memusatkan atensi pada bagian yang mana. Tapi memang keterlaluan. Dasar kura-kura pelit. Permen jeli hasil perburuan diskon saja masih diingat-ingat.

"Aw, aw, aw! Hentikan!" Kanna menepis tangan abangnya, mati-matian menyelamatkan pipinya yang berubah semerah apel dan menyembur sebal bukan kepalang, "Apa yang kau lakukan?! Aku tahu kau masih menyimpan dendam karena permen jeli tapi jangan menepuk wajahku begitu, dong!"

Yoongi mendadak mematung. Kengerian yang sempat membuncah dalam dadanya perlahan menyurut, tangannya setengah bergetar, namun ia lantas mengepalkan rapat-rapat. Dalam satu sekon berhenti memukul pelan pipi adiknya sebelum mengerjap sekali dengan kebingungan, ia barangkali berbisik pada diri sendiri. "Astaga. Kukira kau—"

"Aku kenapa? Yang lebih penting, bagaimana dengan lukanya—"

"Aku dan Taehyung baik-baik saja," tukasnya cepat. Yoongi memalingkan wajah, menemukan mobil mereka masih dihujani peluru, terlihat gugup dan Kanna tidak menyalahkannya. Hei, siapa yang tidak merasa begitu setelah bahumu menampilkan besi? Namun sebelum Kanna sempat mengatakan sesuatu lagi, gadis itu terhentak tatkala sebuah peluru melesat dan menghantam kaca, membuatnya retak sekaligus mengirim ngeri yang menggelinjang dalam benak. Yoongi segera melanjutkan kembali, "Tembakannya tidak bersarang di titik fatal. Tapi, kau—kenapa kau mendadak berteriak?"

HumanoidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang