22. Cadaverous

325 82 6
                                    

CHAPTER 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 22. CADAVEROUS

⌭⌭⌭


"Lana?" panggilnya. Mencicit lemah, nyaris terdengar seolah ia merupakan seekor hewan pengerat yang baru saja diterkam pemangsa, Hejun melanjutkan penuh harap yang diisi sedikit kerinduan, "Lana? Putriku ... Lana?"

Lana, sebutnya. Putriku, katanya.

Sinting, ya?

Untuk beberapa sekon di sana, Hejun tak bisa untuk tak tersenyum. Kebahagiaan membuncah dalam dadanya, mengisi penuh, membanjiri, sepenuhnya meluap tak terkendali. Ciptaannya, kesayangannya, mahakaryanya. Ia hidup. Ia nyata. Ia tak terkalahkan. Lana akan menjadi vesseloid pertama yang mencapai semua titik tujuannya.

Untuk membantai kerakusan manusia. Untuk menciptakan surga di mana imoralitas, hasrat, serta hawa nafsu manusia dapat dikendalikan dengan sempurna. Ini jelas akan mengajari satu pelajaran penting bagi para petinggi sial NIER yang telah merenggut segalanya tanpa permisi. Lana akan menjadi titik pertama pemberontakan besar-besaran dimulai. Humanoid akan dikecam, NIER akan hancur, kemudian jika waktunya tepat, vesseloid ciptaannya lah yang akan memenuhi pasar.

Tepat sekali! Benar-benar rencana mutlak! Kau tidak membutuhkan robot serba bisa yang memiliki kapabilitas untuk menghancurkan jika kau bisa menjadi satu yang sempurna, bukan? Manusia akan berbondong-bodong mengantre untuk mendapatkan operasi. Mereka akan berharap berubah selayaknya bagaimana putrinya sekarang.

Semua orang akan memohon padanya. Lana pasti akan mengerti. Yoongi pasti akan memahami. Istrinya akan kembali. Keluarga sempurna, harta, kehormatan—ah, semuanya. Orang-orang yang sebelumnya menentang idenya dalam menciptakan vesseloid, berkata bahwa percobaan tersebut melanggar norma, memecatnya, mengusirnya, mereka pasti akan berlutut, memohon, berharap mampu mendapatkan sepercik bagian untuk menjadi satu yang tak memiliki cela.

Jadi ... mengapa?

Hejun mengedipkan kedua matanya. Gadis itu terbangun. Putrinya tersadar. Jadi mengapa Lana sekarang menatapnya dengan tatapan penuh kebencian? Tidakkah ia mengerti?

Tetapi di sana, Kanna sendiri bisa merasakan jantungnya berdetak. Dentumnya begitu keras, kelewat keras sampai gendang telinganya seolah akan meledak. Namun masih, tetap tak ada segaris pun ekspresi yang terlukis pada wajah si gadis.

Waktu seolah berhenti bergerak tatkala Kanna menemukan jantung artifisial berlumur cairan pekat di tangannya berhenti memompa. Satu figur robot yang kemudian jatuh kehilangan daya mengirim suara berdentang lantang. Taehyung yang terkapar tersenyum getir sebisa mungkin.

Barangkali jika rasa sakit, ketakutan, dan amarah yang membakar setiap inci relung jiwa dapat memiliki wujud aktualisasi nyatanya sendiri, ia pasti akan terasa seperti ini. Panas, menyakitkan, sepenuhnya destruktif.

HumanoidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang