23. Unforeseeable

336 85 2
                                    

CHAPTER 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 23. UNFORESEEABLE

⌭⌭⌭


Kalau saja Yoongi menghitung, ia menduga kalau Hoseok sudah menghela napas sebanyak delapan kali dalam satu jam belakangan. Ekspresinya berkerut cemas, irisnya menatap curiga, kedua tangan si pemuda juga dilipat di depan dada. Pada hela napas kesembilan, barulah si sulung Min memalingkan wajah, menatap jengkel, lalu bertanya dengan kening berkerut, "Kalau kau ingin mengatakan sesuatu—demi Tuhan, Jung Hoseok, cepat katakan saja."

"Aku sebenarnya tidak mau bertanya, Kak." Menyambar soda dan menggelengkan kepala sejenak, Hoseok memandang lebam kebiruan di wajah sang lawan bicara saat meluncurkan pertanyaan, "Tapi sebenarnya pipimu itu kenapa?"

"Dipukul Mama," sahut Yoongi singkat. Sepasang netra sabit tersebut meredup sementara Hoseok nyaris tersedak soda. "Sudah terjadi ... sesuatu."

Ada yang berdenyar di sepasang mata Hoseok. Kecemasan, rasa takut, sebagian besar ketidakmengertian. Nyonya Min memang bisa bersikap sangat tegas, tetapi bukan berarti beliau menggunakan kekerasan fisik untuk menghukum anak-anaknya. Sesaat terdiam, pemuda itu bertanya ragu, "Setelah kau, Kanna, dan Taehyung menghilang selama dua hari dua malam itu?"

"Iya."

"Apa yang ... sebenarnya terjadi?"

Yoongi memandang Hoseok. "Banyak hal yang sudah terjadi."

Hanya kurang dari satu sekon, ekspresi Hoseok sudah berubah lagi. Pemuda tersebut cukup mengerti untuk tidak bertanya atau mendesak lebih lanjut. Itu jelas bukan tempatnya untuk menuntut penjelasan jika memang Yoongi tidak ingin menceritakannya sendiri. Bahkan dari semua teman-temannya, tidak ada yang tahu apa yang sudah terjadi. Hal terakhir yang Hoseok ketahui, Jungkook berkata Min bersaudara dan Taehyung meninggalkan rumah sakit setelah menjenguknya. Itu juga sebelum mereka menghilang selama dua hari dua malam.

Hoseok lantas mengusap tengkuk perlahan. Kalau sampai Yoongi mendapatkan lebam sebegitunya, pasti memang sudah terjadi sesuatu yang mengerikan.

Melirik bekas kemerahan di pergelangan tangan sang kawan yang berusaha ditutupi dengan jaket oversized yang nyaris menenggelamkan tubuhnya, Hoseok menyeruput soda, mengambil kentang goreng dari atas meja dan bertanya hati-hati, "Apa itu ada hubungannya denganmu memanggilku kemari?"

Kenapa pula tanganmu itu, heh? Kau ini habis berkelahi atau disekap atau bagaimana? Tetapi jelas, Hoseok tetap menyegel mulut rapat-rapat. Jangan tanya. Tidak sekarang.

Yoongi sendiri hampir menyentuh pipinya yang dibalut plester luka besar, membengkak, sakit, dan terlihat jelek sekali. Ia memandang Hoseok sekilas—menyadari benar bahwa si Jung ini juga terlihat kebingungan, namun pemuda tersebut tak langsung menyahut. Melirik gelas kopi di atas meja yang sudah tak mengepul lagi, memalingkan wajah melirik jam dinding Magnolia yang lenggang, Yoongi menarik napas perlahan. Restoran tersebut beraroma makanan cepat saji. Perutnya agak mual.

HumanoidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang