14. Confusional

325 89 9
                                    

CHAPTER 14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 14. CONFUSIONAL

⌭⌭⌭


Satu hela napas tersebut mendadak terlepas begitu saja. Kanna bisa merasakan pandangannya memudar cepat, isi kepalanya melayang samar sebelum gadis itu tersadar cepat guna mendongak untuk berkata, "Taehyung," panggilnya. Si gadis tidak menemukan ada orang lain di ruangan. Jian sudah melangkah keluar untuk mengurus sesuatu, Yoongi masih belum kembali dari menelepon Suri dan bahkan dua penjaga beruang Ingot-vein tidak memasuki ruangan lagi. Jadi menghela napas, Kanna melanjutkan, "Kemarilah, mari kita lihat seberapa dalam lukamu."

Taehyung agaknya mengerti bahwa Kanna tengah dirundung gelisah. Ia juga mendengar apa yang Jian tanyakan—oh, dan jelas itu bukan pertanyaan yang bakal sanggup menenangkan hati seseorang. Pemuda tersebut yang tadinya sibuk memandangi potongan tubuh humanoid yang tergantung di sisi-sisi dinding lantas menatap Kanna lurus. Langkah kakinya mendekat, ia bertanya cemas, "Kau baik-baik saja?"

Kanna menghela napas. "Semuanya terjadi begitu cepat."

"Kau terlihat lelah," balasnya. Taehyung mendudukkan diri di sofa, berkata setengah berbisik entah kepada siapa, "Jantungmu berdebar kencang sekali."

Ah, benar. Kanna hampir saja lupa kalau berbohong di depan Taehyung hanya akan membuatnya terlihat bodoh. Jantungnya jelas berdebar. Apalagi setelah mendengar sederet kalimat yang Jian katakan. Gadis itu agaknya mengetahui beberapa hal krusial, namun ia enggan mengatakannya. Tetapi menyadari bahwa kesempatannya memaksa Jian untuk membuka mulut tidak akan berakhir dengan insiden bagus, Kanna hanya melanjutkan sedetik kemudian, "Buka bajumu, ya?"

Taehyung melebarkan mata. "Di sini?"

Kanna menaikkan satu alis. Gelitikan geli tersebut mendadak membuncah dalam dadanya, menggantikan kegelisahan dan rasa ngeri dalam hitungan detik. "Kenapa? Malu?"

Taehyung menggeliat gelisah. "Kalau berdua saja denganmu di dalam kamar, tidak malu."

Kanna berusaha keras menahan tawa. "Tidak ada orang lain di sini, Taehyung," katanya menenangkan. "Kalau memang malu, nonaktifkan lapisan kulit manusiamu dulu sebelum membuka baju, bagaimana? Cukup bagian atas saja. Aku akan mengeluarkan pelurunya dengan cepat. Kalau begitu tidak apa-apa, bukan?"

Si Kim terlihat masih ragu. "Kalau begitu, kurasa oke." Dia diam sejenak, memandang Kanna lurus-lurus. "Tapi nanti malam, aku tidak akan malu jika diminta menidurimu lagi. Kalau-kalau kau bermimpi buruk atau kelelahan."

Kali ini, Kanna tertawa. Ekspresi si gadis berubah cepat dan kalau saja Taehyung bisa, dia pasti sudah menghela napas dengan lega. Mengaktifkan tablet dan memasukkan nomor serial Taehyung untuk melihat seberapa besar kerusakannya, gadis tersebut menyahut saat tertawa, "Benar. Aku menantikannya. Tiduri aku lagi, ya."

"Pasti!"

Ah, ini lucu sekali.

Kanna lantas memperhatikan bagaimana Taehyung menonaktifkan lapisan kulit manusianya sebelum membuka pakaian—mendengar suara denting kecil tepat tatkala kausnya dilepaskan. Itu adalah titik dimana si gadis harus menahan napas sekali lagi dan mengingatkan diri sendiri bahwa sosok manusiawi di hadapannya bukanlah manusia yang sesungguhnya. Rasanya janggal, mengganjal. Taehyung tetap menjadi si kerangka besi.

HumanoidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang