07. Hazy, Mazy, Sleazy

413 105 5
                                    

CHAPTER 07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 07. HAZY, MAZY, SLEAZY

⌭⌭⌭


Melodi ini ... anehnya, terasa hangat namun berkabut.

Hal terakhir yang Kanna ingat sebelum terlelap karena penat seharian bekerja adalah suara hujan serta melodi yang Taehyung lantunkan. Cahaya lampu taman yang berdiri tegap tak jauh di luar sana seolah memecah kelamnya malam seraya merangsek masuk—mengisi seperempat gelap di dalam ruangan melalui jendela yang tak tertutup tirai.

Tangis langit masih terus mengguyur sejak satu jam yang lalu sementara jemari pemuda tersebut masih bergerak mengusap pelipisnya, keningnya, serta surai-surai seraya setengah menopang diri sendiri di sisi kanan ranjang. Kanna meringkuk dibalut selimut, merasakan kehangatan menguar dari tubuh Taehyung. Tetapi pemuda itu terasa berbeda—seolah ia tengah bergelut dengan entah apa di dalam isi kepalanya.

Tetapi syukurlah, pikirnya samar-samar. Misa sempat berkata bahwa rumah mereka tidak mendapatkan banyak pembersihan secara rutin sejak ayahnya sakit, jadi mengingat tidak banyak pula kamar yang bisa dihuni, Kanna memutuskan untuk membagi kamarnya bersama Taehyung. Kalau saja mereka terpisah, si gadis yakin sekali bahwa humanoid yang satu itu akan berusaha mati-matian menghindari dirinya. Apalagi kalau-kalau Kanna kembali mengingat apa yang terjadi kemarin, bertanya-tanya dalam bungkam: mengapa ekspresi Taehyung dapat berubah seolah ia baru saja menghadapi teror absolut?

Kepalanya sakit. Ia lelah. Kalimat asumsi seperti, 'humanoid tidak seharusnya berperilaku sedemikian rupa' sudah menguap entah sejak kapan. Kanna tahu Taehyung spesial—barangkali sama atau bahkan melampaui Tuan Ahn Hui yang sanggup merawat seorang bocah perempuan dan bersikap selayaknya manusia normal. Taehyung juga menghindari pertanyaannya dan kalau-kalau memang sudah terdesak, hanya tersenyum tipis tanpa memberikan jawaban. Itu membuatnya merasa bersalah untuk beberapa alasan.

Namun kini, terlindas letih, bernapas lambat, teratur, serta membiarkan mimpi membasuh kesadarannya, di sisi lain Taehyung masih di sana mengedip dua kali saat berbisik lirih, "Kanna?" panggilnya. Pemuda itu menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah si gadis dua kali, melanjutkan lirih sekali, "Sudah tidur?"

Tidak ada jawaban. Taehyung hanya bisa mendengar deru napas lirih Kanna yang berpadu dengan suara hujan—terdengar begitu hangat dan hidup, terdengar begitu rapuh dan menakutkan. Seolah-olah jika Taehyung mengalihkan pandangannya sekejap saja, Kanna akan terbentur sesuatu dan mengalami kerusakan yang tak bisa diperbaiki seperti dirinya. Manusia itu merepotkan, sulit dimengerti. Mereka tidak bisa bekerja secara sistematis selamanya. Simpati, empati, keterkaitan perasaan; semuanya selalu turut serta ke dalamnya.

Tetapi jika tidak begitu, Kanna barangkali takkan membawanya pulang juga. Ini semua membuatnya tidak nyaman; menghindari si gadis seperti itu. hanya berbicara saat ditanya, berhenti berceloteh sekalipun tadi Taehyung sempat menemukan seekor burung di halaman belakang rumah Tuan Ahn. Jika saja ia benar-benar selayaknya manusia, memiliki tulang serta darah, bernapas dan berdetak; mungkinkah semua ini akan terselesaikan dengan mudah?

HumanoidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang