CHAPTER 25. GONE FOR GOOD
⌭⌭⌭
Selama enam tahun belakangan, East Row—salah satu Verdant yang terletak di bagian timur—agaknya sudah mengalami penurunan populasi sebanyak lebih dari lima belas ribu jiwa dalam kurun waktu sedemikian rupa. Sama selayaknya daerah kecil yang mendapatkan perhatian secukupnya, kebanyakan penduduknya memilih bermigrasi ke dalam Gilt guna menemukan lebih banyak peluang. Angka kelahiran East Row tercatat melebihi angka kematian, namun masih tidak cukup untuk mengimbangi jumlah migrasi yang terus berlanjut dari tahun ke tahun lain. Kota kecil yang berada tak jauh dari pantai, beraroma garam, hening, dan tenang—hampir sesaat di sana Kanna berpikir East Row tengah memberikannya petunjuk alam melalui iklan pop-up yang mendenting keluar melalui pengeras suara televisi.
"Kau tidak harus segera pergi," ujar Yoongi—beberapa hari yang lalu.
Ekspresinya berkerut gelisah, napasnya sedikit memburu. Saat mengetahui bahwa Kanna berencana hendak meninggalkan rumah, ia nyaris dikuasai emosi yang mendadak membuncah. Yoongi tidak suka Kanna pergi, tentu saja. Apalagi setelah semua ini. Hejun tidak mendapatkan hukuman mati (yang mana buatnya sungguh terdengar janggal dan tak adil sebab pria sial itu sudah melanggar rentetan hukum yang berlipat)—pria itu jelas bisa menemukan cara untuk kembali kalau dia memang mau. Namun mengerti benar bahwa barangkali itu adalah satu-satunya cara bagi si bungsu untuk setidaknya mendapatkan kewarasannya sendiri, Yoongi cukup mengerti bahwa ia tidak seharusnya menentang.
Menarik napas, sang abang melanjutkan tertahan, "East Row memang bukan tempat yang buruk. Namun mereka tidak memiliki UTX atau bahkan kereta cepat. Satu-satunya cara mengunjungi tempat tersebut hanya dengan menggunakan funicular yang pergi sebanyak tiga hari sekali. Itu juga membutuhkan waktu selama berjam-jam."
Memandang keluar jendela mengikuti repetisi memorinya, Kanna tersenyum tipis. Funicular yang ditumpangi gadis itu sekarang bergerak perlahan. Faktanya ternyata tidak seburuk apa yang sempat ia pikirnya. Transportasi umum yang satu ini memang berbentuk kecil, menyerupai peron kereta mini yang hanya memuat lima bagian tersambung pada kepala yang dilajukan oleh mesin pengendali otomatis. Satu untuk kafetaria kecil yang menyediakan makanan ringan, tiga peron penumpang, dan satu peron untuk toilet darurat.
Tiap peron funicular penumpang pun mampu memuat dua sampai tiga orang dewasa, menyediakan sofa berlapiskan beludru, satu meja kayu dan lemari koper yang bisa menahan beban sampai delapan kilogram. Koper-koper tersebut dimasukkan ke dalam dinding kayu yang berada di sisi pintu geser—suaranya nyaris tak terdengar kecuali derak tipis bergema. Lorong di luar peron biasanya hanya mampu memuat satu orang, jarang dilewati kecuali ada yang ingin melarikan diri ke peron ujung untuk membuang air atau ke ujung lain guna mengisi perut.
Kalau diingat kembali, Kanna juga baru teringat bahwa funicular sendiri memang jarang digunakan. Hanya sekelumit stasiun funicular di Seoul yang masih dipertahankan sampai sekarang. Apalagi mengingat East Row sendiri tidak memiliki titik wisata terkenal atau pusat hiburan. Mereka semata-mata dibangun bagi penduduk yang memang sudah lama hidup di sana, sebagai daerah yang memiliki kontribusi kecil sebagai penyumbang seni gerabah yang masih dilakukan secara manual dan tradisional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humanoid
FanfictionPada tahun 2030, humanoid telah dikembangkan dengan sempurna. Min Kanna hanya tak menduga bahwa telepon singkat yang ia terima akan mengantarkan si gadis untuk membawa pulang sebuah humanoid usang, kepingan rahasia, serta sebuah perjalanan menuju ma...