Empat kamar hotel disewa untuk delapan member.
Itu artinya satu kamar untuk dua orang, Hyunjin berbagi kamar dengan Jisung.
Jisung baru saja selesai mandi, mendapati Hyunjin duduk termenung di kasur.
"Kau kenapa?"
Hyunjin menatap Jisung dalam diam selama beberapa detik, kemudian mengusap tengkuk.
"Perasaanku tidak tenang"
"Kenapa?"
"Entah"
Jisung menghela napas, sempat tegang karena terbawa emosi Hyunjin yang terasa jelas tidak baik.
"Kau mungkin kelelahan, sana cepat mandi dan tidur"
Hyunjin menurut saja, lagipula badannya memang terasa lengket.
Jisung mungkin benar. Hyunjin hanya kelelahan.
Karena sehabis mandi Hyunjin merasa jauh lebih baik.
Keduanya memutuskan untuk langsung beristirahat karena besok masih harus shooting.
Jisung merasa sudah tenggelam di alam mimpi cukup lama, saat tiba-tiba mulai terusik dengan suara-suara.
Seperti seseorang mengerang.
Semakin lama semakin jelas sampai tidak bisa lagi mengabaikannya.
Jisung membuka mata dengan terpaksa.
Pertama dilihatnya jam dari ponsel, menunjukkan 05:33.
Sudah pagi, tetap terlalu pagi untuk bangun mengingat pekerjaan belum akan dimulai sampai pukul sepuluh.
Suara yang mengusik tidurnya masih terdengar, Jisung tahu itu bukan bagian dari mimpi.
Menoleh ke samping, di mana Hyunjin tertidur, Jisung baru menyadari kalau suara itu berasal dari Hyunjin yang tampak gelisah.
Jelas sekali kalau anak itu sedang bermimpi buruk.
Jisung lekas membangunkan Hyunjin, mengguncang bahu Hyunjin dan memanggil namanya keras-keras.
"Hyunjin!"
Tidak lama Hyunjin terbangun dalam keadaan shock.
Napasnya terengah, keringat di pelipis membuat rambutnya basah.
"Kau mimpi buruk?"
Hyunjin mengangguk, belum bisa berkata-kata.
Merasa kasihan, Jisung beranjak dari kasur dan mencari air.
"Ini. Minum dulu"
Hyunjin menerima sebotol air mineral sisa semalam, untung saja masih ada.
"Mimpi apa?"
"Itu... aku ada di tempat yang sangat gelap dan tidak peduli sejauh apapun aku pergi aku tidak bisa menemukan satu orangpun"
"Ouh, yah, itu menakutkan"
Hyunjin mengangguk setuju, itu memang sangat menakutkan.
"Kenapa tiba-tiba saja aku mimpi seperti itu ya?"
"Tsk, sudah kubilang kau hanya kelelahan. Ngomong-ngomong ini masih terlalu pagi, tidur lagi saja"
"Ha... Kurasa aku tidak akan bisa tidur lagi, aku mau jalan-jalan di sekitar hotel saja lah--sekalian olahraga"
"Kalau begitu aku ikut"
Jadi keduanya meninggalkan kamar, hanya mengganti pakaian.
Hotel mereka adalah hotel yang paling dekat dengan lokasi shooting, pun begitu pada kenyataannya jarak kedua tempat masih sekitar 20 menit dengan mobil.
Pemandangan di sekitar hotel juga tidak terlalu bagus.
Daerahnya padat, tidak banyak ruang terbuka.
Meski demikian Hyunjin dan Jisung masih menemukan sebuah taman kecil, hanya ada dua buah ayunan dan satu jungkat-jungkit.
Dari jauh Hyunjin bisa melihat seorang anak perempuan bermain ayunan sendiri.
Sekolah biasanya dimulai jam 7, dan saat Hyunjin melihat ponsel itu sudah jam 06:24.
Rasanya aneh melihat anak usia 10 tahunan malah asyik main sendirian di taman daripada bersiap-siap berangkat ke sekolah.
"Hyunjin?"
"Huh?"
"Kenapa diam saja?"
"Oh, itu... aku bingung kenapa anak itu tidak bersiap sekolah dan malah bermain di taman sendirian"
Jisung mengernyit heran saat Hyunjin menunjuk ke arah ayunan di taman.
"Maksudnya?"
"Tsk. Itu loh--"
Hyunjin menatap ke arah yang sama dengan telunjuknya mengarah, benar sudah menunjuk ayunan.
"Eh?"
Hanya saja tidak ada siapapun di sana.
"Tadi--"
"Hahaha! Kau mau menakutiku? Ok, baiklah, itu cukup"
"Tapi aku benar-benar--"
"Oh! Lihat, lihat! Di sana ada penjual goguma, sudah lama sekali--eh, kau bawa uang?"
Hyunjin menghela napas, sadar kalau Jisung tidak mau percaya ceritanya.
Hyunjin memberi dompetnya pada Jisung yang dengan senang hati membawa lari dompet itu menghampiri penjual goguma.
"Paman, aku mau dua!"
Suara Jisung masih terdengar meskipun Hyunjin tidak beranjak sedikitpun.
Hyunjin masih tidak percaya kalau anak perempuan yang dilihatnya menghilang bagai angin.
Apa mungkin hantu?
Sejak kecil Hyunjin memang sensitif, tapi Hyunjin tidak pernah melihat hantu.
Di keluarga Hyunjin, hanya sang nenek yang bisa berinteraksi langsung dengan roh halus. Hyunjin dan ibunya cukup bisa merasakan energi mereka.
Hyunjin bersyukur.
Karena sejujurnya Hyunjin itu penakut.
"Oppa"
Deg
Hyunjin pikir jantungnya sudah hampir jatuh ke perut karena kaget. Tiba-tiba saja ada suara di belakangnya, seperti suara anak kecil--perempuan.
Ini masih pagi, langit juga cerah dan jalanan terang.
Jadi Hyunjin tidak mengerti kenapa dia merasa takut.
Menarik napas lalu membuang napas serta rasa takutnya, Hyunjin menoleh ke belakang sambil tersenyum karena tidak ingin menakuti anak kecil.
Sama sekali tidak menyangka pada akhirnya dialah yang dibuat takut setengah mati.
Di hadapannya berdiri seorang anak perempuan dengan setengah wajah hancur penuh darah, tangan dan kakinya nyaris putus.
Makhluk itu menyeringai.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
EVIL - Hyunjin Centric ✅
FanfictionMember Stray Kids mulai bingung ketika sikap Hyunjin terus berubah sejak didiagnosa menderita gegar otak ringan. "Pada beberapa tempat, dinding antara dunia orang hidup dan dunia bawah memang sangat tipis. Sebagian kecil orang bisa mencium asap nera...