X

455 71 4
                                    

Suasana di tempat shooting mendadak hening dan mencekam.

Beberapa kru perempuan tampak menahan tangis, menggenggam tangan satu sama lain dengan gemetar.

Tidak satupun berani bersuara.

Tidak juga angin atau burung yang mungkin telah meninggalkan area tanpa sisa.

Hyunjin masih tidak sadarkan diri dalam rangkulan Seungmin yang terakhir mencoba memanggil namanya.

Suara langkah kaki Chan terdengar nyaring di tengah sepi, tujuannya adalah Hyunjin.

Chan tidak akan bohong, dia juga sempat takut saat Hyunjin mulai kejang sebelum kemudian mengeluarkan suara yang tidak masuk akal. Meskipun begitu tanggung jawabnya sebagai leader lebih besar dari rasa takutnya.

"Kalian akan diam saja? Hyunjin butuh pertolongan!"

Teguran Chan bukan pada siapapun kecuali para staff yang bergeming seperti seluruh tubuh mereka telah dipaku di tempat.

Tiga orang staff laki-laki kemudian berlari menghampiri Hyunjin, baru saja akan membantu mengangkat Hyunjin ke mobil namun terhenti karena suara jeritan beberapa staff perempuan di belakang.

"Hyunjin-ah, kau baik-baik saja?" Seungmin bertanya cemas.

Kemudian Chan menyela, dia dengan penuh rasa bersalah berkata: "Maaf tidak mendengarkanmu, aku tidak akan memaksa lagi kalau memang kau tidak ingin di sini."

Bukan jawaban, Hyunjin berdiri tegap tiba-tiba seperti dia bukan baru saja tersadar dari pingsan.

"Hyunjin?" Minho terdengar bingung, jelas dia bukan satu-satunya orang yang kebingungan saat ini.

Seperti tidak mendengar atau pun melihat orang-orang di sekitarnya, Hyunjin hanya terus berjalan maju. Pada tiap langkahnya angin berhembus entah dari mana datangnya.

"Hyunjin-ah, tunggu--"

Changbin terkesiap, tangannya baru saja mendarat di bahu Hyunjin, niat hati menghentikan langkah Hyunjin, anehnya Changbin tidak mampu.

Bukan Hyunjin yang berhenti, justru Changbin yang hampir terjerembab ke belakang karena terbawa langkah Hyunjin.

Sejak kapan Hyunjin begitu kuat?

Bruk

Fokus Changbin, pun yang lain, ditarik pada seorang staff perempuan yang terjatuh tiba-tiba, tepat setelah dia dilewati Hyunjin. Staff lain kemudian membantu perempuan itu berdiri, tetapi hal mengejutkan terjadi.

Perempuan itu tiba-tiba saja tertawa lantang, tatapannya tampak lain. Kemudian tanpa aba-aba dia berlari masuk ke dalam gedung, melewati semua orang tanpa peduli.

Semua orang terkejut, tetapi segera melakukan tindakan dan mengejar perempuan itu ke dalam.

Belum habis heran, dua orang staff terjatuh nyaris bersamaan.

Keduanya yang berdiri di sisi kiri dan kanan Hyunjin ketika Hyunjin lewat tepat di hadapan mereka.

Sama seperti yang pertama, mereka mulai tertawa, kemudian berlari ke arah gedung.

Jelas saja semua tanpa terkecuali menyadari ada yang salah.

"Kenapa diam saja? Hentikan mereka dan semua kegilaan ini!!" seru sang sutradara.

Maka beberapa orang staff mau tak mau ikut berlari mengejar kawan mereka yang hilang di telan gelap dalam gedung tua tak terurus.

Jisung memotong Hyunjin di tengah jalan, berdiri di hadapan Hyunjin dengan tangan menahan di bahu.

"Hyunjin berhenti!"

Jisung tidak tahu apa pastinya tetapi cukup mudah untuk menebak kalau tidak akan ada hal baik menanti jika Hyunjin ikut masuk ke dalam gedung tua penuh aura mencekam itu saat ini.

Seperti Changbin, Jisung pun tidak kuasa menghentikan Hyunjin.

Jisung terjerembab ke belakang, tak dihiraukan sementara Hyunjin terus melangkah maju seolah tidak ada satupun hambatan.

Kemudian lebih dan lebih banyak orang menjerit histeris.

Tertawa. Berlarian. Chaos.

Di tengah kekacauan, Hyunjin tetap tampak tenang, seperti matanya benar-benar telah ditutup dan tidak mampu melihat sekitar. Pun kedua telinganya ditulikan sehingga tidak mampu mendengar seruan-seruan teman yang memanggil namanya.

"LAKUKAN SESUATU!! PANGGIL SAJA DUKUN ATAU SEMACAMNYA--SHIBAL! KEGILAAN MACAM APA INI?!"

Sutradara semakin panik dan kesal.

Keadaan semakin tidak terkendali.

Chan, Minho, dan Changbin sudah memegangi Hyunjin bersamaan, tetapi bahkan masih kesulitan menahannya di tempat.

Jauh di dalam gedung suara-suara tawa, tangis, dan jerit pilu semakin nyaring terdengar. Entah apa yang sedang terjadi.

"Hyunjin sadar!!"

Felix berteriak nyaris putus asa masih memegangi Jisung yang dia bantu bangun setelah terjatuh karena Hyunjin menabraknya seperti dia tak kasat mata, di sisi kanan dan kirinya ada Seungmin dan Jeongin yang sudah pucat pasi--yang lebih muda bahkan sudah meneteskan air mata entah karena takut atau terlalu cemas.

Manager mereka datang, memarkir mobil sembarangan tidak jauh dari tempat Stray Kids berkumpul dan keluar tanpa mematikan mesin.

"Cepat masuk ke mobil!! Seret saja Hyunjin, kita tidak boleh berada di sini lebih lama!" pria paruh baya itu berusaha tetap tenang memberi instruksi.

Tidak ada pilihan lain yang terdengar lebih baik, jadi semua hanya bisa menurut.

Butuh lima orang untuk menyeret Hyunjin masuk ke mobil.

Chan dan Changbin ditempatkan di kursi tengah mengapit Hyunjin.

Minho, Jisung, Felix dan Seungmin di kursi belakang sementara Jeongin diminta duduk di depan.

Manager mereka menyetir di kursi kemudi, berusaha fokus meski Hyunjin semakin tidak terkendali seiring mobil semakin jauh meninggalkan lokasi shooting.

"Hyunjin tenanglah!!" Chan berteriak frustasi.

Hal yang terjadi berikutnya adalah mimpi buruk.

Hyunjin dengan gila memukulkan kepalanya sendiri ke kepala Chan, membuat Chan terdorong membentur jendela mobil, melepaskan cengkramannya pada tangan Hyunjin tanpa sengaja.

Kemudian secepat kilat tanpa sempat dihentikan Hyunjin bangun dan mencekik manager mereka.

Teriakan panik pun memenuhi mobil bersamaan dengan laju yang tidak terkendali.

Mobil yang mereka tumpangi telak menabrak halte bus.

TBC

Tbh ini ceritanya udah ada part ending tp bolong di tengah dan chapter ini adalah filler, yaaang lucunya nih si filler ini malah mengubah jalan cerita. Makanya ragu banget mau dipost atau ngga. Tp kek? Udah nyaris buntu?

Gue bahkan udah ga tau mau kasih judul apa buat chapter ini wkwk

EVIL - Hyunjin Centric ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang