Hari berganti. Masih belum ada kabar dari nenek Hyunjin tentang orang yang bisa membantu mereka mengeluarkan semua roh jahat di tubuh Hyunjin.
Kaki dan tangan Hyunjin masih terikat.
Orang-orang bergantian menjaganya di kamar agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan--seperti misalnya Hyunjin kembali menghilang.
Saat ini, Minho dan Jisung yang berjaga.
Minho sedang memastikan ikatan pada tangan dan kaki Hyunjin masih kuat ketika tiba-tiba dia mendengar Hyunjin terbangun dan menangis.
"Sakit...hiks...tanganku sakit.." rintihan Hyunjin terdengar mengiris hati.
Namun Minho tampak apatis.
Jisung mengerti, saat ini mereka tidak bisa langsung percaya bahwa yang berbicara adalah Hyunjin sekalipun mungkin terlihat seperti Hyunjin.
Minho mengusap kepala Hyunjin dengan lembut.
"Sakit ya? Nanti kita buka saja. Sebelum itu, ibumu memasak sup krim udang. Kau suka, kan? Kita makan sama-sama ya."
Jisung mengernyit, ada banyak yang aneh dari ucapan Minho.
Namun yang lebih aneh adalah Hyunjin mengangguk.
"Um."
Seketika raut wajah Minho berubah dingin. "Kau bukan Hyunjin."
Ya.
Pertama, ibu Hyunjin tidak memasak sup krim udang.
Kedua, Hyunjin alergi udang.
Sosok yang berhadapan dengan mereka saat ini pasti bukan Hyunjin.
Menyadari kedoknya terbongkar, raut wajah Hyunjin tidak lantas menjadi jahat. Hyunjin tetap merengek seperti anak kecil.
"Huhu tangan Mimi sakit. Kenapa Mimi diikat?"
"Mimi-ya, kenapa Mimi tidak keluar saja dari tubuh ini hmm? Dengan begitu Mimi bisa bebas pergi ke mana saja," balas Jisung.
Kemudian tawa Hyunjin menggelegar.
Raut wajahnya juga berubah.
Tangisannya berhenti begitu saja dan kini Hyunjin menatap Jisung dengan mata yang berkilat tajam.
"Shibal. Kau pikir semudah itu?"
Suara Hyunjin terdengar begitu rendah hingga membuat bulu kuduk merinding.
Lalu tiba-tiba Hyunjin menghantamkan kepalanya ke kepala Minho.
"Hyung!"
Minho terhuyung ke belakang namun Jisung dengan cepat menahannya.
Dahi Minho berdenyut nyeri.
"Ikat dengan kencang sebelum aku buka tali ini dan menikam kalian semua agar kalian merasakan apa yang kurasakan."
Suara tawa yang menyeramkan kembali menggelegar.
Kali ini memanggil Seungmin dan Chan untuk datang mengecek apa yang terjadi.
"Ada apa?" tanya Chan.
Minho menggeleng sambil memegangi dahinya yang berdenyut.
"Setan-setan itu berusaha menipuku dan Jisung," ujar Minho.
Jisung mengangguk pelan. Matanya masih tertuju pada Hyunjin yang tampak menyeringai.
"Sebaiknya kompres dahimu, aku akan berjaga di sini dengan Jisung," ujar Chan.
Minho mengangguk, lalu pergi ke dapur ditemani Seungmin.
"Sialan. Jangan melukai teman-temanku atau aku tidak akan tinggal diam."
Hyunjin meludahi wajah Chan. Jisung terbelalak.
"Balas aku kalau kau bisa."
Kemudian Hyunjin kembali tertawa.
Chan mengepalkan tangan erat-erat, jelas dia tidak bisa membalas kalau setan itu masih menggunakan tubuh Hyunjin.
[]
Hari ketiga.
Semua orang mulai lelah dan kehabisan energi.
Kantung-kantung mata tampak jelas.
Senyum mereka mulai terasa palsu.
Hyunjin masih sama.
Terkadang dia seperti anak kecil, manja dan cengeng.
Terkadang dia sepuluh kali lipat lebih menyeramkan, kasar dan pemarah.
Terkadang dia hanya diam dengan raut wajah suram seperti orang depresi.
Terkadang dia memanggil nama teman dan orang tuanya seperti dia adalah Hyunjin yang sesungguhnya.
Tubuhnya semakin kurus dan wajahnya begitu tirus karena sulit membuatnya makan dengan kondisi yang terus berubah.
Mereka hanya bisa memanfaatkan Mimi karena sifatnya yang lebih mudah dibujuk, namun Mimi juga mudah disingkirkan oleh roh jahat lain.
Jadi mereka tetap tidak bisa memberi Hyunjin makan dan minum dengan baik.
Jika terus seperti ini, Hyunjin mungkin harus makan dari selang infus seperti pasien koma.
"Eommonim..."
Ibu Hyunjin yang termenung sendiri di teras buru-buru memasang senyum palsu saat menyadari Seungmin datang menghampirinya.
"Kau butuh sesuatu?"
Seungmin menggeleng kemudian diam di hadapan ibu Hyunjin menatap wajahnya yang lesu.
"Eommonim, bunga-bunga dikebunku agak layu. Bisa bantu aku menyelematkan mereka?"
Seungmin mencari alasan hanya untuk membuat ibu Hyunjin melupakan sejenak kepenatannya.
"Geurae? Oh, kasihan, biar kulihat apa yang bisa kulakukan."
Jadi hari itu ibu Hyunjin menyibukkan diri di kebun belakang villa yang ditumbuhi berbagai macam bunga. Seungmin dan Felix menemani.
Meski sedikit, senyumnya kembali.
Tanpa terasa hari mulai sore, ponsel ibu Hyunjin berdering.
Ibu Hyunjin tampak sangat senang saat melihat nama pemanggil.
"Eomma, a-apa Eomma menemukan orang yang bisa membantu kita?"
Seungmin dan Felix ikut excited saat sadar yang menelepon adalah nenek Hyunjin.
"Eum. Semoga saja. Kirim lokasi kalian sekarang, Eomma akan ke sana. Tapi mungkin tak akan sampai hari ini."
Harapan mereka kembali sore itu.
To be continued
Double update ehe
KAMU SEDANG MEMBACA
EVIL - Hyunjin Centric ✅
FanfictionMember Stray Kids mulai bingung ketika sikap Hyunjin terus berubah sejak didiagnosa menderita gegar otak ringan. "Pada beberapa tempat, dinding antara dunia orang hidup dan dunia bawah memang sangat tipis. Sebagian kecil orang bisa mencium asap nera...