Truth

466 77 6
                                    

Dua hari.

Selama itu Hyunjin tidur, sama sekali belum membuka mata sejak dibawa ke rumah sakit karena kecelakaan.

Dokter bilang Hyunjin hanya shock, dan dia akan bangun segera sama seperti teman-temannya.

Segera itu kapan? Perlahan semua orang mulai merasa aneh.

Bahkan Jeongin dan manager yang menderita luka terparah sudah siuman sejak hari pertama mereka dibawa ke rumah sakit.

Tidur Hyunjin terlalu lelap, seperti dia tidak akan bangun lagi.

Jagat maya ramai membicarakan kecelakaan yang menimpa SKZ.

Berita menulis kalau mobil yang SKZ tumpangi tiba-tiba oleng dan menabrak halte bus, tidak ada korban jiwa karena halte bus sedang kosong saat peristiwa terjadi.

Semua orang menerka alasan kenapa mobil itu tiba-tiba saja oleng.

"Manager mereka tidak mabuk, kan?"

"Siapa yang mabuk di siang hari?"

"Kurasa mereka berkelahi."

Tidak ada yang peduli dengan semua hipotesa orang yang bahkan tidak berada di tempat kejadian, mereka terlalu sibuk mencerna kejadian menegangkan yang mereka alami di lokasi shooting.

Dari apa yang Chan dengar, beberapa orang paranormal atau dukun dan semacamnya dihadirkan di lokasi shooting, enam orang staff yang diduga kerasukan akhirnya bisa disadarkan, sayangnya mereka jatuh sakit. Hal ini tentunya menjadi rahasia perusahaan, lagipula publik sudah cukup disibukkan dengan berita kecelakaan.

Chan menyesal tidak mendengarkan permintaan Hyunjin. Seharusnya mereka segera meninggalkan tempat itu saat Hyunjin meminta.

Di hari kedua, orang tua Hyunjin yang terbang dari luar kota akhirnya sampai dan menjenguk Hyunjin.

Chan tidak berhenti meminta maaf karena sebagai leader telah lalai menjaga Hyunjin.

Melihat kantung mata dan luka gores di wajah Chan, bagaimana bisa dua orang tua memarahinya.

"Jangan menyalahkan diri sendiri," ujar ayah Hyunjin seraya menepuk pundak Chan.

Sementara ibu Hyunjin sudah masuk lebih dulu ke dalam ruang rawat.

Saat keduanya menyusul masuk ke dalam ruang rawat, ibu Hyunjin tampak panik.

"Hyunjin. Sayang, bangun ini Eomma, Nak"

"Sayang, tidak perlu sepanik ini, anak kita akan baik-baik saja," ayah Hyunjin berusaha menenangkan.

Namun ucapan sang suami rupanya sama sekali tidak cukup untuk menenangkan ibu Hyunjin.

Chan memang tidak paham kenapa ibu Hyunjin tampak begitu frustasi, padahal dia sudah menjelaskan kalau dokter bilang kondisi Hyunjin tidak mengkhawatirkan.

Wanita paruh baya itu menelepon seseorang. "Eomma! Eomma, tolong aku. Hyunjinie-hiks, uri Hyunjin"

"Tenangkan dirimu, ada apa dengan Hyunjinie? Hyunjinie kenapa? Kecelakaannya tidak berakibat fatal, kan?" sahut nenek Hyunjin di seberang sambungan.

"Di dekat Hyunjin, a-aku bisa merasakannya, sangat kuat, energi negatif-hiks, Eomma tolong Hyunjin, perasaanku sangat tidak enak"

Deg

Bohong kalau Chan bilang dia tidak merinding mendengar ucapan ibu Hyunjin yang tidak biasa.

Seolah tidak ingin Chan merasa lebih tidak nyaman, ayah Hyunjin memintanya pergi dengan sopan. "Chan, pulang dulu ya. Terima kasih sudah menjaga Hyunjin"

Tidak ada yang bisa Chan katakana untuk menolak, jadi Chan hanya mengangguk. "B-Baik."

[]

Chan tampak aneh sejak kembali dari rumah sakit. Tidak banyak bicara seperti sedang memikirkan sesuatu di kepalanya.

Sudah hampir setengah jam sejak Chan mengambil air dingin di kulkas dan duduk sendirian di dapur tanpa bicara sepatah katapun.

Semua orang bertanya-tanya ada apa dengan Chan, pada akhirnya Minho mewakili mereka untuk bicara langsung pada Chan.

"Chan-ah, apa kondisi Hyunjin memburuk?" tanya Minho, menebak alasan Chan termenung.

Chan menggeleng. "Hyunjin baik-baik saja....kurasa"

Minho mengernyit, Chan terdengar ragu. "Terjadi sesuatu di rumah sakit? Jangan memendam semua sendiri, kau bisa cerita padaku atau yang lain"

Chan memutar gelas di tangannya, masih terisi setengah, air di dalamnya beriak sama seperti pikiran Chan, menimang apa dia harus bercerita pada Minho.

"Tadi saat melihat kondisi Hyunjin, ibu Hyunjin sempat histeris, padahal aku sudah bilang kalau kondisi Hyunjin tidak mengkhawatirkan. Kupikir itu hanya rasa panik berlebih, tapi kemudian beliau menelepon nenek Hyunjin dan mengatakan hal yang tidak kumengerti-sesuatu tentang energi negatif yang sangat kuat"

Minho mendudukan dirinya di kursi tepat di hadapan Chan, mendengarkan dengan baik setiap kata yang keluar dari mulut Chan.

"Kemudian aku ingat Hyunjin pernah bilang kalau ibu dan neneknya punya indera keenam, bahkan Hyunjin juga punya. Kejadian di lokasi shooting tiga hari lalu dan ucapan ibu Hyunjin, aku berpikir apa mungkin perubahan sikap Hyunjin selama ini sebenarnya karena dia....kerasukan?"

Keduanya terdiam, sedang berusaha mengaitkan semua hal yang Chan sebut, dan rasanya memang saling terkait.

"Itu...." suara Jisung memecah keheningan.

Chan menoleh ke arah pintu dapur dan rupanya Jisung tidak sendiri, member lain juga ikut menghampiri.

"Hyunjin bilang padaku di kamar hotel kalau perasaannya tidak nyaman dan aku mengabaikannya" lanjut Jisung.

"Sikap anehnya, dia beberapa kali terkejut seperti melihat sesuatu"

"Hyunjin tidak bisa melihat hantu" potong Felix.

"Bagaimana kalau dia tiba-tiba saja bisa?" balas Seungmin.

"Hyunjin Hyung pasti akan cerita"

Changbin menelan ludah kasar, ucapan Jeongin menusuk hatinya. Tiba-tiba teringat percakapannya dengan Hyunjin di kamar hotel.

"Dia....sudah cerita, aku bilang padanya hantu tidak nyata, hanya ilusi yang muncul karena rasa takut berlebihan"

Semua terdiam.

Apa selama ini Hyunjin kesulitan dan tidak satupun dari mereka menolongnya?

TBC

Yo opo seeh eneeee
Monmaap kalo makin ga jelas

EVIL - Hyunjin Centric ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang