04. victim

258 48 91
                                    

-𝐬𝐨𝐔𝐑𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭-

Entah kenapa, tapi melihat Glen dan Livy berjauhan itu terasa ada yang kurang, khususnya untuk anak IPA satu dan tiga yang sudah biasa menjadi saksi bucinnya mereka. Merasa greget aja sekarang, melihat Livy dan Glen yang terlihat tidak saling kenal.

Mereka bahkan sampai repot-repot menyatukan keduanya, ditambah lagi didukung dengan situasi ini. Salahkan guru olahraga yang meminta mengganti jam dan memilih menggabungkan kelas IPA satu dan tiga karena katanya sekarang ada praktik persiapan sebelum akhir semester.

Praktiknya adalah volly, dengan nilai yang tentukan oleh kekompakan setiap anggota dalam tim.

Karena waktu yang terbatas, jadinya hanya beberapa orang saja yang bisa main kali ini, meski kebanyakan dari mereka memang senang dengan itu.

Yang pertama main adalah, tim cowok IPA satu dan tiga yang menjadi lawan dalam permainan.

"Hari ini, hanya sebagai latihan dan nilai yang sebenarnya akan didapatkan nanti saat ujian praktek tanggal lima desember."

"Mengerti?"

"Mengerti Pak."

"Satu lagi, praktek ujian nanti itu jadinya voly sama renang, persiapkan diri kalian, jaga kesehatan, biar tidak ada yang ujian susulan."

Setelah itu, permainan dimulai.

Orang-orang mulai berteriak bersorak mendukung tim yang mereka dukung,

Berbeda dengan Livy, yang menonton tanpa minat ke arah lapangan dengan sebotol yogurt strawberry yang diminumnya.

Kaki panjangnya yang terbalut celana seragam olahraga dipanjangnkan, dia duduk di lapangan tanpa alas bersama teman-teman sekelasnya.

Hingga si perusuh datang, tiba-tiba mendekat ke arah Livy dan menarik yogurt yang sedang Livy minum.

"Lo bisa nggak sih sekali aja enggak ganggu gue?!" Livy merebut kembali botol yang tadi direbut oleh laki-laki yang sudah meminum yogurtnya.

"Enggak bisa."

Dia Calvin Casendra, saudara sepupu Livy dari pihak ibu. Seangkatan dengan Livy namun beda jurusan karena Calvin mengambil jurusan IPS.

"Lo ngapain ke sini sih?!"

"Mau nontonin mantan cowok lo main, sehebat apasih, biar nanti lain kali gue ajak tanding."

Livy mendengus, dan menggeserkan badannya, menjauh dari Calvin yang tadi sudah duduk di sampingnya.

"Nggak jelas."

Tidak ada yang tahu jika Livy dan Calvin sepupuan, karena ya Livy juga males, lebih tepatnya ogah mengakui tentang Calvin yang masih satu kakek nenek dengannya. Laki-laki itu terlalu sering terlibat masalah.

Bugh!

Sebuah bola voly mendarat di atas kaki Calvin yang diluruskan, posisi yang sama dengan Livy yang juga duduk dengan kaki terjulur di atas lantai lapangan.

Livy membalikan pandangannya, melihat panik Calvin yang terlihat marah.

"Eh anjing maen yang bener, nggak bisa maen diem di pinggir!" Calvin melemparkan keras bola voly yang menyakiti kakinya. Bola itu mendarat dengan keras tadi, hingga Calvin yang sedang mengganggu Livy tersentak dan mengumpat.

Sudah Livy ketahui jika Calvin bukan golongan orang dengan kesabaran tinggi, karena sekarang laki-laki itu sedang menantang orang yang barusan melemparinya bola.

Livy hanya diam, menonton keributan Calvin yang sudah menemukan si pelakunya, Glen, dengan tiba-tiba dia mengaku jika dia orang yang barusan memainkan bola itu.

So(ur)sweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang