27. destiny?

126 14 0
                                    

-𝐬𝐨𝐔𝐑𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭-

Tiga minggu ini berjalan dengan baik, Livy mulai mengerti perihal semua materi yang diajarkan di bimbingan belajar, dia juga sekarang mulai menyibukan diri, mengendarai mobilnya sendiri yang sudah diberikan dari kedua orangtuanya sebagai kado, membuat dia jadi jarang nebeng lagi dengan Kaza saat akan pergi ke tempat bimbel.

Namun tetap saja, mereka masih ber interaksi hingga kini malah bisa dibilang semakin insten. Banyak waktu yang mereka habiskan berdua hanya dengan sekedar makan bareng atau saling mengirimkan pesan hanya untuk membahas hal tak penting dengan topik obrolan yang berawal dari menanyakan soal.

Omong-omong, sudah sebulan Livy tidak bertemu dengan Calvin, laki-laki itu seketika terasa ditelan bumi saking jarangnya Livy melihatnya di sekolah.

Maka karena alasan itulah, Livy mau mengantarkan mamanya untuk mengunjungi rumah Calvin padahal Livy lelah karena baru pulang bimbingan. Namun karena penasaran dengan apa yang terjadi kepada sepupunya, Livy hanya mandi sekitar sepuluh menit dan berganti pakaian lalu mengantarkan mamanya ke rumah besar putih ini.

Livy tersenyuk kecil lalu berjongkok, mengajak Keyla untuk kepangkuannya.

"Haii, lucu banget sih kamu."

Livy itu, tidak suka anak kecil, sebenarnya. Namun Keyla pengecualian, Livy yang biasa terlihat galak dan jutek kini memperlihatkan wajah lembutnya kepada sang sepupu kecil itu.

"Calvin kemana? nggak keliatan?" tanya Rea kepada Ella—mama Calvin juga Keyla.

"Akhir-akhir ini emang jarang di rumah tuh anak, nggak tau kenapa. Pulang nya juga suka tengah malem, udah cape aku ngadepinnya."

"Loh, makanya El, kamu harus tegas sama dia, dia juga udah mau kelas dua belas loh, harus disiapin dari sekarang apa-apanya. Livy juga udah masuk bimbel sekarang."

Ella kemudian melihat ke arah Livy yang masih bermain dengan anak bungsunya.

Padahal Livy jelas dengan sengaja menghindari tantenya itu, dia memutar bola mata malas mendengar obrolan kakak beradik itu.

"Ya kamu enak Re, anaknya cewek jadi mudah diatur, nggak kayak si Calvin keluyuran mulu. Dia mana mau kalo aku suruh bimbel."

"Cowok sama cewek sama aja, coba kamu gertak dia dikit, ambil fasilitasnya lah atau apa, dia juga pasti takut."

Livy melipat bibirnya mendengar saran mamanya kepada Tantenya itu, gila saja jika Calvin tahu ini ulah mamanya, pasti dia akan menyalahkan Livy atas ini.

Di malam hari itu, Livy tidak bertemu Calvin, hingga dia benar-benar penasaran, di mana sih tempat nongkrongnya hingga betah lama-lama di sana dan melupakan rumahnya sendiri.

Hingga pada dua hari setelahnya, Livy melihat Calvin duduk bersama satu temannya di kantin, dan kebetulan Livy sedang jam kosong, dia heran kenapa Calvin bisa di kantin anak IPA.

"CAL!"

Calvin melihat ke arah Livy yang berjalan ke arahnya dengan sebuah buku ditangan. Laki-laki itu menghela napas, lalu menyapa kembali Livy.

"Ngapain lo disini?" tanya Calvin begitu Livy duduk di kursi kosong di meja yang sama dengan nya.

"Lah? harusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini?"

"Eh Vin gue duluan, si Zaka udah ngajak cabut." Laki-laki yang tadi berada di samping Calvin tiba-tiba berdiri, saat ada satu orang yang memang mengajaknya pergi dari luar kantin.

"Heem, ntar gue nyusul."

"Iya, santai."

"Lo belum jawab pertanyaan gue," protes Livy saat Calvin hanya diam begitu temannya pergi.

So(ur)sweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang