Happy Reading~
♡♡♡
Berjalan menuju UKS yang cukup jauh dari ruang kepala sekolah. Dengan tangan yang berdarah di tarik oleh Henry membuat Nalora kembali mengingat-ngingat kenapa tangannya bisa sampai terluka seperti ini. Apa yang dia pukul?
Berhasil mengingatnya mata serta mulutnya terbuka, ia mengingat saat pukulannya ingin melayang ke wajah Kevin namun dengan cepat Kevin menghindar dan pukulan Nalora mengenai besi tiang bendera, lebih tepatnya besi untuk mengingat tali bendera.
Di taman belakang sekolah MAURNIA terdapat tiang bendera disana. Walaupun semua murid upacara di lapangan depan.
Itulah yang membuat kepalan tangan kanan Nalora berdarah.Sampai di UKS Henry langsung menyuruh Nalora untuk duduk di ranjang, untunglah ada petugas disana. Dengan sigap Petugas UKS langsung memeriksa tangan kanan Nalora, mengambil kotak P3K.
"Untuk yang keberapa kali ini, Nalora?" tanya Petugas wanita yang sedang membersihkan luka kepalan tangan Nalora.
Jujur saja, Nalora adalah murid langganan UKS. Tapi tidak sampai babak belur, paling karena ia berantam untuk membela bullying dan beberapa kasus lainnya yang menurutnya tindakan yang ia lakukan benar.
"Entahlah Buk," jawab Nalora sembari terkekeh pelan.
"Apa kali ini?" tanya Petugas Wanita itu.
"Kevin membully Fildo," jawab Nalora dengan nada datar.
"Tidak ada jerahnya juga ya dia. Padahal orang tuanya udah sering datang, dan dia juga udah sering di hukum dan di skors. Ada banyak kasus yang ia buat, sampai guru-guru disini sepakat untuk mengeluarkannya. Tapi orang tuanya terus memohon agar Kevin tetap sekolah disini," jelas Petugas Wanita itu sambil mengobatin kepalan tangan Nalora.
Tidak ada balasan dari Nalora, ia hanya termenung menatap lantai dan memikirkan sesuatu. Tanpa disadari Henry yang bersandar di dinding memperhatikan wajah cantik Nalora.
"Perbannya habis, saya akan mengambilnya di ruang koperasi. Kamu disini dulu ya," ujar Petugas Wanita itu melangkah keluar ruangan.
Nalora masih termenung menatap lantai. Terlihat jelas bahwa ekspresi wajahnya sedang memikirkan sesuatu. Henry berjalan mendekat, ia mengambil kapas dan menuangkan sedikit alkohol di kapas yang ia pegang.
Lalu menyentuh pelipis Nalora yang berdarah menggunakan kapas yang sudah dibasahi oleh alkohol.
"Aww!" ringis Nalora dengan nada tinggi akibat perih di bagian pelipisnya. Ia menatap Henry dengan kedua alis berkerut.
"Berdarah," ujar Henry dan kembali mentotol - totolkan kapas di pelipis Nalora.
Nalora penepis pelan tangan Henry yang mengobatinya. Merampas kapas dari tangan Henry.
"Gue bisa sendiri," balas Nalora datar dan mengeluarkan ponsel dari kantung bajunya dan segara berkaca lewat layar ponselnya yang mati, sembari mentotol - totolkan kapas yang sudah di basahi oleh alkohol.
Henry terdiam dan melihat Nalora, benar apa kata Riki. Nalora adalah gadis yang tidak percaya pada Pria. Bahkan hanya untuk mengucapkan bahwa ia butuh pertolongan jika orang yang akan menolongnya itu adalah seorang Pria dia lebih baik mati jika harus meminta pertolongan pada seorang Pria.
Petugas UKS akhirnya kembali dengan membawa perban di tangannya, ia langsung meraih tangan Nalora dan segera memperbankannya. Perlahan perban itu melingkari kepalan tangan Nalora.
"Kamu bisa mengikuti pelajaran sekarang, tapi ingat jika menulis harus pelan-pelan. Kamu memukul terlalu kuat, dan itu sebabnya darah tidak berhenti keluar," jelas Petugas UKS sembari membereskan kotak P3Knya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALORA [END]
Teen FictionNalora Fidelya adalah seorang gadis dengan masalalu yang di kelilingi laki-laki brengsek. Jika cinta pertama anak perempuan adalah Papanya, maka itu tidak bagi Nalora. Justru Papanya lah patah hati pertamanya. Dan membuat dirinya menjadi pengidap An...