30. Salah

201 24 0
                                    

Happy Reading~

♡♡♡

Marah, kesal, sakit. Semua emosi itu menjadi satu di tubuh Henry. Dia sudah pernah kehilangan cintanya sekali dan dia tidak ingin kehilangan lagi. Sejak Nalora dekat denganya, Nalora tidak akan pernah baik-baik saja. Dia akan terluka atau bisa saja akan celaka seperti Tessa.

Henry tidak akan membiarkan itu terjadi.

Bell istirahat berbunyi. Henry meletakan bolpoin dan menutup bukunya dengan kasar, membuat suara bantingan keras. Mata tertuju kepada Henry yang berjalan dengan emosi keluar dari kelas.

"Ry, Henry!" teriak Riki namun tidak ada jawaban dari Henry.

Riki, Stefy, dan Wulan dengan cepat mengejar Henry. Langkahnya jauh lebih cepat. Emosi Henry sudah di ujung tanduk, berjalan menuju kelas XI - IPS 3.

Tidak perlu mengetuk terlebih dahulu untuk masuk. Henry membanting pintu kelas itu dan berjalan masuk dengan tatapan membunuh ia tunjukan kepada Kevin yang sedang duduk di atas meja dengan gaya songongnya.

Tangan berurat itu mencengkram kuat kera baju Kevin. "Apa mau lo hah?!" tanya Henry dengan suara beratnya.

"Jawab anjing!" teriak Henry memperkuat cengkramannya.

Smirk licik terukir di bibir Kevin, seperti tidak melakukan kesalahan apapun.

"Tamu yang ngga di undang," ucap Kevin datar menatap Henry dengan senyum tipisnya. Seakan mempermalukan Kevin di depan anak-anak yang ada di kelasnya.

"Brengsek!"

BUG!

Darah segar tumpah mengenai meja yang di duduki oleh Kevin. Henry menumbuknya, membuat pelipis Kevin berdarah.

Emosi Henry sudah di ujung tanduk. Melihat Nalora yang terluka membuat hatinya terasa sakit. Dia akan melakukan apa saja pada orang yang berani membuat wanita yang ia cintai menderita.

"Jangan pernah lo sentuh Nalora!" ucap Henry dengan nada beratnya penuh emosi. Tatapan mengintimidasi ia tunjukan kepada Kevin.

"Kenapa?" tanya Kevin menantang. "Karena Nalora pengidap Androphobia?"

Matanya membulat, terkejut dengan ucapan Kevin. Dia sudah mengetahui kalau Nalora punya Androphobia. Tangan Henry mengepal, emosinya semakin membarah.

"Androphobia? Apa itu?" tanya Wulan saat mendengar nama itu keluar dari mulut Kevin.

Stefy terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Bingung, itu yang dia rasakan. Entah Nalora akan mengizinkan dia untuk menjelaskan semuanya kepada Wulan atau tidak. Apa lagi sekarang sebagian murid sekolah MAURNIA sudah mengetahuinya.

"Jaga omongan lo!" bentak Henry.

"Itu faktanya," ketus Kevin.

Henry sudah tidak tahan mendengar ocehan rendahan dari mulut Kevin. Tangan kanannya terangkat siap untuk memberi pukulan pada Kevin.

Seseorang menahannya, "Ini di sekolah!" ucap Riki penuh penekanan dengan manahan tangan Henry yang siap untuk memberi pukulan. Dengan pasrah Henry melepaskan cengkramannya dari kera Kevin. Tatapan mengintimidasi ia tunjukan pada Kevin sebelum akhirnya ia melangkah keluar dari kelas para geng bully itu.

°~°~°~°~°

Orang-orang bergegas saat mendapat kabar bahwa bos mereka telah kembali dari kuliahnya. Mereka berlari ke sana ke mari, merapikan jas, dasi, dan rok mereka. Menyambut kedatangan bos mereka kembali.

NALORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang