Bell pulang sudah berbunyi, hanya ada Nalora dan Stefy yang masih ada di kelas. Nalora menyimpan semua buku-buku pelajarannya kedalam tas, sedangkan Stefy hanya melihatnya sembari menunggu.
"Gue masih ngga habis pikir dengan Morra. Masih berani ngebully loh dia semenjak lo babak belur dia waktu itu." Stefy yang masih tidak menyangka.
"Namanya juga manusia ngga akan ada puasnya," jawab Nalora sembari menyandang tasnya dan berjalan keluar kelas.
Berjalan melewati kelas demi kelas yang sudah kosong karena semua anak murid sudah keluar saat mendengar bell pulang. Saat sampai di pintu keluar sekolah Stefy melihat bahwa mobil jemputnya sudah sampai dan lagi memutarkan mobilnya.
"Gue udah di jemput, deluan ya Ra," ucap Stefy pamit pulang ke Nalora.
"Hati-hati," kata Nalora saat Stefy sudah melangkah.
Melihat Stefy sudah masuk ke mobil jemputannya, Nalora berjalan menuju parkiran motor. Menaiki motor dan memakai helmnya dan segara keluar dari lingkungan sekolah.
Kecepatan motornya masih sangat pelan karena ini masih di area sekolah. Gerbang sekolah masih ramai anak-anak sekolah, ada yang beli jajan ada juga yang sedang menunggu jemputan. Nalora semakin memelankan kecepatan motornya.
Brak!
Nalora terjatuh, kaki kirinya tertimpa oleh motor sport hitamnya. Sikunya terbentur keras ke tanah. Menyadari bahwa dirinya di tabrak, Nalora langsung melihat ke belakang siapa yang telah menabraknya.
Semua anak murid disana tidak tinggal diam. Mereka langsung membantu Nalora untuk bangkit. Saat sudah bisa berdiri tegak Nalora melepaskan tangan anak murid yang memapahnya. Ia bisa lihat dengan jelas bahwa yang menabraknya adalah mobil HR-V Hitam.
Nalora berjalan mendekat ke jendela mobil itu, berusaha berjalan tegak agar tidak terlihat pincang. Tepat di jendela supir mobil itu Nalora mengetuk pelan jendelanya, memberitahu untuk menurunkan kaca jendelanya.
Saat kaca jendela mobil itu turun, terlihat seorang remaja laki-laki seumuran Nalora. Matanya yang coklat, bulu mata yang lentik, dan rahang yang getas. Tapi tetap saja sesempurna dan seganteng apapun orang yang ada di depan Nalora, ia tidak akan pernah terpesona dengan ketampanannya. Dipikirannya hanya ada "bias gue jauh lebih ganteng."
Nalora sedikit menunduk untuk melihat kedalam siapa yang ada di sebelah remaja laki-laki ini. Itu adalah Riki, teman sekelasnya dan bisa di tebak bahwa remaja laki-laki yang menyetir ini adalah temannya Riki.
Riki hanya bisa memasang wajah cemas dan takut saat Nalora melihat dirinya ada di dalam mobil yang menabraknya.
"Lo bisa bawa mobil ngga? Kalo ngga bisa mending gosa bawa. Malu nabrak orang," ujar Nalora penuh dengan penekanan.
Ia berjalan menuju motornya yang sudah di tegakkan oleh anak murid yang tadi menolongnya. Nalora berusaha berjalan lurus, tapi dia tidak bisa menahan rasa sakit yang ada di kaki kirinya dan membuat dirinya berjalan pincang.
Riki dan temannya hanya bisa melihat, ingin sekali Riki menolong tapi Nalora sudah memakai helmnya dan langsung pergi dengan kakinya yang terluka.
"GILA LO!" bentak Riki kepada temannya. "Lo boleh kesal sama diri lo tapi jangan sampe buat orang lain jadi korban dong anjing!"
"Cewek tadi siapa sih? Songong banget," kata cowok yang menyetir alias temannya Riki.
"Lo pernah dengar julukan Gadis bermotor? Itu dia orangnya. Namanya Nalora teman gue itu!" ucap Riki yang masih kesal dengan kecerobohan temannya ini.
"Gila lo, Ry! Lo ngga liat tadi dia sampe pincang gitu jalannya. Wah parah sih lo sumpah."
"Ya gue ngga sengaja njir!" jawabnya yang merasa bahwa itu tidak kesengajaan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALORA [END]
Fiksi RemajaNalora Fidelya adalah seorang gadis dengan masalalu yang di kelilingi laki-laki brengsek. Jika cinta pertama anak perempuan adalah Papanya, maka itu tidak bagi Nalora. Justru Papanya lah patah hati pertamanya. Dan membuat dirinya menjadi pengidap An...