Happy Reading~
♡♡♡
Sudah 4 hari Nalora tidak datang kesekolah karena dia takut. Jujur saja dia takut, bahkan hanya untuk keluar balkon kamarnya saja dia tidak berani.
Nalora hanya di kamar saja. Dan akan keluar jika dia haus atau lapar. Selebihnya dia hanya di kamar bersama ponselnya.
Tok Tok
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Nalora yang sedang rebahan dan menutup wajahnya menggunakan bantal sama sekali tidak menyaut ketokan pintu itu.
Karena tidak ada sautan dari dalam kamar, akhrinya mereka pun masuk. Itu adalah stefy dan Wulan. Mereka kesini tidak dengan tangan kosong, mereka membawa 3 ice kopi. Satunya khusus untuk Nalora. Mereka tau kalau Nalora sangat menyukai Caramel macchiato.
"Ra," panggil Stefy.
Tidak ada jawaban dari Nalora. Kepalanya masih setia ia tutup menggunakan bantal.
"Ra.." Wulan juga ikut manggil.
Sama seperti tadi. Tidak ada respon dari Nalora.
Stefy berjalan mendekat, duduk di pinggir kasur. Perlahan tangannya memegang bahu Nalora.
"Ra, gue bawain Caramel macchiato kesukaan lo nih," ucap Stefy.
Dengan perlahan, Nalora bengkit dari tidurannya. Dengan wajah polosnya tanpa make up. Betapa terkejutnya Stefy dan Wulan saat melihat pipi cubbynya Nalora hilang. Sekarang pipi itu sudah tirus.
"Ra!" teriak Wulan kaget saat melihat betapa kurusnya Nalora sekarang.
Nalora menatap kedua sahabatnya kebingungan.
"Kenapa?" tanya Nalora dengan nada suara yang pelan.
"Lo kurus banget gila!!" ketus Stefy.
Nalora menatap lantai kamarnya. Mendengar ucapan itu dirinya tidak tahu harus bagaimana. Dia selalu makan tepat waktu dengan porsi makan yang biasa. Tapi kenapa kedua sahabatnya bilang dia kurus?
Apa karena dirinya ketakutan dan energi tubuhnya terkuras?
"Lo ngga makan?" tanya Stefy.
"Makan kok."
"Terus kenapa jadi kurus begini?"
"Ya mana gue tau!" bentak Nalora, dia sudah kelas. "Sini minuman gue," ucap Nalora dan merampas pelan minumannya dari tangan Stefy.
Tidak ada yang membuka suara. Setelah balapan itu, pikiran Nalora hanya di penuhi satu pertanyaan. Masih adakah kesempatan untuk dia sembuh?
Bahkan saat Noar datang menjumpainya, tubuhnya langsung gemetar hebat. Seakan akan ada gempa bumi yang akan datang. Sekarang Kevin tau tentang phobianya. Bagaimana kalau dirinya menjadi korban bully di sekolah? Atau akan menjadi bahan olokan? Yang dia rasakan hanya rasa takut, takut dan takut.
"Ra," panggil Stefy membuka pembicaraan.
"Hm?"
"Besok lo sekolah kan?"
Pertanyaan yang benar-benar tidak ingin di dengar oleh Nalora. Bagaimana cara menjawabnya? Dia saja masih bingung apakah dia akan sekolah atau tidak. Bahkan dia juga punya rencana untuk homeschooling saja.
"Entah," jawab Nalora. Satu kata yang dapat memperjelas semuanya.
"Sekolah dong Ra," saut Wulan. Tidak ada respon dari Nalora. Dia masih setia menyedot minuman ice Caramel macchiato miliknya yang di bawakan oleh Stefy.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALORA [END]
Teen FictionNalora Fidelya adalah seorang gadis dengan masalalu yang di kelilingi laki-laki brengsek. Jika cinta pertama anak perempuan adalah Papanya, maka itu tidak bagi Nalora. Justru Papanya lah patah hati pertamanya. Dan membuat dirinya menjadi pengidap An...