15. Penyembuh

357 39 2
                                    

Happy Reading~

♡♡♡


Suara sensor pintu berbunyi bertanda bahwa ada orang yang masuk kedalam minimarket. Bajunya basah, wajahnya pucat, tubuhnya gemetar. Ia berjalan menuju rak makanan, mencari coklat yang akan ia beli.

Saat sudah menemukan coklat yang ingin dia beli, ia langsung berjalan menuju kasir dan membayarnya. Tanpa berlama-lama Nalora duduk di kursi minimarket itu dan langsung merobek sebungkus coklat yang tadi ia beli.

Kasir minimarket sempat ketakutan dan cemas melihat keadaan Nalora yang seperti itu. Tapi Nalora tidak memperdulikannya.

Stefy dan Wulan masih terus mencari Nalora di tengah derasnya hujan. Mereka kehilangan jejak Nalora saat keluar dari kantin tadi.

Bell masuk sudah berbunyi. Walau masih hujan tapi mereka berdua dapat mendengar suara bell meski samar-samar.

"Udah masuk. Lo deluan aja ke kelas, nanti gue nyusul." ucap Stefy menyuruh Wulan untuk kembali ke kelas.

"Tapi Nalora gimana?"

"Udah tenang, serahkan sama gue," jawab Stefy.

Wulan berjalan menuju kelasnya meninggalkan Stefy di koridor. Stefy tau betul, bahwa phobia yang di miliki Nalora kambuh. Itu sudah pasti, karena ulah Kevin yang sangat gila tadi pasti membuat phobia Nalora kambuh.

Dia harus mencari Nalora. Walau dia sangat yakin Nalora bisa jaga diri, tapi sebagai sahabat Stefy akan selalu khawatir.

°~°~°~°~°

Hujan sudah reda. Nalora sudah cukup tenang sekarang. Nafas yang tadi seperti habis lari maraton sekarang sudah normal. Saat berjalan mencari Nalora tidak sengaja Stefy melihat cewek perambut sebahu yang duduk di kursi dalam minimarket. Tanpa berfikir panjang dia langsung masuk kedalam.

"Ra! Lo dari mana aja? Apa yang lo–" menggantungkan kalimatnya saat melihat Nalora memegang bungkusan coklat. "Lo makan coklat? Jangan bilang kalau lo lupa bawa obat."

"Iya, gue lupa bawa."

"Astaga Nalora! Lo gila! Kalau lo sampai kenapa-kenapa gimana?"

"Udah tenang aja, gue gapapa kok."

Mengidap Androphobia juga masih bisa keras kepala rupanya.

"Kevin si mulut lemas. Memang ngga pernah salah gue kalau ngasih julukan ke orang." ucap Stefy dengan bangganya.

"Anjing! Awas aja gue bales tuh anak!" ucap Nalora dan bangkit dari duduknya.

Karena baju Nalora basah kuyup ia segara ke ruang loker untuk mengantikan bajunya. Setelah selesai ia kembali ke kelas.

°~°~°~°~°

Langit yang gelap, bintang-bintang yang menyala dan bulan yang menerangi malam. Remaja laki-laki bernama Henry sedang menatap ke atas langit yang gelap di balkon kamarnya. Indah dan tenang. Sesekali ia melihat bayangan Nalora di hadapannya.

Namun ia mencoba untuk menghiraukannya saja. Tidak peduli apa yang terjadi, mencoba untuk membuat dirinya tenang. Karena yang terjadi di sekolah tadi membuat dirinya sangat kelelahan di tambah dengan hujan deras. Membuat traumanya kembali.

"Sayang," seseorang memasuki kamar.

"Bunda?" Henry berbalik badan.

"Nih, bunda bawakan kebab kesukaan kamu." ucap wanita bernama Ayudisha yang di panggil Bunda oleh Henry.

NALORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang