PART : 5 TRAGEDY

6.9K 54 0
                                    

Om Dananjoyo adalah kakekku yg kupanggil Om karena aku sangat sayangi dia yg memberiku semangat hidup dan harapan. Biarpun ia terlihat jauh lebih tua, tetapi aku jadi sangat terikat dengan sikapnya dan sifatnya yg sabar dari sekedar kakek yg mesum awalnya. Tapi bagiku kini tidak ada lagi yg harus kujaga dan kurawat virginitasku. Aku sudah merasakan hal2 yg nikmat dan terburuk bagi orang lain dalam kehidupan asmaraku. Aku tumbuh sejak remaja dibiasakan untuk merasakan gejolak birahi hingga aku menyukainya seperti halnya menu makanan dan hiburanku tiap hari.

Aku dibelikan motor matic untuk aku pergi ke sekolah. Katanya sudah ijin Tante Tri dengan alasan aku sering dikasari pak Mul dan lek Slamet di rumah. Makanya disuruh tinggal di rumah om Danan saja. Toh sama saja di rumah kakek sendiri. Walau aku tahu kalau kakekku itu bisa hipnotis dan gendam yg bisa memikat orang hanya dengan menepuk pundaknya atau menatap matanya. Mungkin saja aku kena gendam kakekku, aku tidak peduli, yg penting aku tidak dirugikan dan malah senang.

Aku pernah diberi ilmu gendam oleh kakekku untuk memikat cowok, tapi untuk apa, sedang aku sudah cantik dan banyak cowok yg naksir aku, malah akhirnya mereka yg ingkar. Mungkin aku telah diikat kakekku hingga tidak bisa lepas dari cengkraman ilmu peletnya. Trus, aku harus bagaimana ? Melawan kakekku sedangkan dirumah aku tak ada orang yg bisa melindungiku.

" Ngelamun Opo nduk ?" kata kakek Danan.
" Aah om Danan. Kenapa sih aku jadi sangat sayang sama om ?" tanyaku sambil mengusap pipinya yg masih berkeringat

" Karena aku sudah tua dan jelek"

" Ah enggak sih. om ganteng kok"

" Bohoong. Kamu pasti bohong"

Om Danan memang sulit kubenci dan kujauhi karena ia begitu sayang padaku. Semalam aku tidur bertiga dengan kakakku, karena Tante Tri sedang ke Jakarta. Senangnya dikeloni om Danan dan diajari membaca mantra jika suatu saat aku mendapat cobaan seperti diperlakukan jahat oleh orang lain. Tapi aku tak peduli dan tidak mau denger. Ah banyak orang yg membully dan bahkan menipuku, toh sudah takdirku dilahirkan tanpa ayah. Trus mau apa, buktinya sampai sekarang juga jadi budak lelaki bejat. Kataku dalam hati.

***

Suatu hari yg tak pernah kulupakan seumur hidupku adalah ketika aku bangun tidur, rumah pak Mul sudah dikepung warga dan perangkat desa agar aku keluar. Saat itu aku tidak tidur di rumah om Danan karena mereka berdua sedang ke Jakarta kondangan.

" Mana Linggar.. keluar !!!"

Mendadak aku menggigil ketakutan ketika mendengar suara berisik derap kaki orang kampung yg datang ke halaman rumahku. Mereka datang dengan mengucapkan yel yel menegangkan.

" Usir keluarga cabul ! tangkap anak jadah itu. Bikin kotor kampung kita !!" teriak mereka sangat ramai hingga pak Mul berdiri dan membuka pintu untuk melihat situasi di luar. Begitu pula lek Slamet juga ikut keluar. Tapi ketika aku ketakutan dan bersembunyi dibalik lemari, aku dengar jeritan pak Mul seperti kesakitan.

" Aduuuhhh !!! "

" Bukk !! Brukk !!"

" Mampusin aja tuh aki2 bejat !!"
Tiba2 ada beberapa orang menyeret tubuhku dari balik lemari dan membawa keluar sambil menarik paksa celanaku. Rok, dan bajuku hingga aku telanjang bulat. Aku menangis sejadi - jadinya sambil meronta ketika dua orang membekap tubuhku, yg lain mengikat kaki dan tanganku.

" Uhuuuii mantep !! Mau dong "
" Pikul rame2 bawa ke bale desa"
" Boleh juga nih anunya " kata seorang pemuda yg meremas pantatku. Aku sungguh sangat malu dan sedih hingga cuma bisa pasrah sambil memejamkan mata. Aku saat itu sungguh tak lebih dari seekor binatang yg tidak berharga. Para pemuda itu menggerayangi tubuhku, menculek milikku, dan memijat dadaku berkali- kali. Sementara itu aku dengar di barisan belakang, suara rintihan lek Slamet dan pak Mul yg seperti dipukul atau dianiaya.

" Buang ke hutan biar dimakan macan !!"

" Mampusin saja kakek cabul itu"

" Kita pakai dulu nih ceweknya."

Aku kemudian dibawa ke sebuah rumah entah itu balai desa atau bukan, dan tubuhku diletakkan diatas meja besar seperti meja tenis . Ikatan kaki dan tanganku di lepas, sehingga aku bisa bergerak menutupi wajahku sambil menangis.

" Kalian tinggal sana, urusin kakek dan leknya. " kata pak kades sambil memelintir kumisnya. Aku kenal wajah orang yg tadi membawaku ke rumah ini.

" Kamu tenang ya dek..bapak akan menjagamu... gak usah takut." kata pak kades yg dengan cepat sudah naik ke atas meja menindih tubuhku. Aku tak berdaya ketika laki2 tua itu menyetubuhiku dengan sangat liar. Kumisnya yg tebal itu menggesek belahan dadaku sambil burungnya menggenjot milikku yg sudah tak berdaya. Tak kusangka pak kades yg pernah ingin menjadikanku sebagai istri muda, tapi kutolak, akhirnya tega melakukan fitnah. Atau dipicu oleh berita tentang diriku yg cuma anak jadah.

Usai pak kades, para perangkat dan pemuda yg diluar ikut melampiaskan hasratnya meniduriku hingga aku tak berdaya dan pingsan. Aku tak tahu lagi aku dibuang atau dibakar rame2 oleh mereka. Aku juga berpikir bagaimana dengan lek Nurjanah? Apakah juga diperlakukan seperti aku atau masih di dalam rumah?

ANAK JADAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang