Aku sangat terkejut ketika tiba2 aku sudah berada di dalam rumah Om Dananjoyo yg sedang memberiku susuk dan ajian untuk memagari tubuhku bila ada kekuatan jahat yg akan menggangguku. Tapi aku seperti masih ingat apa yg kualami kemarin sore. Apakah aku sedang bermimpi ?
" Apakah aku sedang bermimpi Om ?" tanyaku sambil memandang om Dananjoyo yg sedang mengisap pipa rokoknya.
" Tenanglah.. kamu tidak bermimpi. Tapi kamu hanya melihat yg terjadi pada orang lain."
" Maksud Om ?" tanyaku yg masih tidak mengerti.
" Kamu kemarin memang dijemput paksa oleh mereka. Bahkan keluarga bapakmu sudah diusir dari desa. Tapi aku segera mengambil tubuhmu, dan kuganti dengan juminten lonte itu. "
" Tapi aku merasakan saat aku digotong mereka dalam keadaan bugil om ? Mereka menggerayangi tubuhku seperti binatang.' kataku.
" Kamu hanya melihat karena rohmu masih ada dalam tubuh Juminten. Coba kamu lihat apa ada yg luka tubuhmu ? Bahkan celana dan bajumu itu belum lepas kan" kata om Dananjoyo sambil membakar kemenyan diatas tungku. Aku percaya jika om Danan bisa melakukan itu
" Tapi bagaimana kalau mereka masih memburu aku bila ternyata aku masih hidup ?"
" Aku akan buat mereka jera. Terutama pak kades yg awal mula bikin fitnah." kata om Danan yg tampak sangat marah. Aku bisa memahaminya, karena om Danan sangat menyayangi aku. Om Danan sudah tidak mau lagi mesum denganku. Ia sudah konsen untuk menjagaku setelah peritiwa itu.
" Aku telah pasangi kamu pagar agar tidak ada orang yg berani mengganggumu. " kata om Danan sambil menempelkan telapak rangannya ke punggungku. Lalu kurasakan tubuhku seperti bergetar sesaat.
Aku baru sadar ketika aku membuka mata lebar2 sekarang aku berada di rumah om Danan yg di Jakarta. Padahal yg kuingat aku kemarin tidur di rumah pak Mul saat ditangkap warga desa. Kalau om Danan tidak memiliki ilmu gaib, tidak mungkin bisa membawaku sampai di rumah ini.
" Kok aku bisa tinggal di rumah ini Om ? Bukannya aku kemarin di rumah pak Mul ?" tanyaku agak bingung. Om Danan tersenyum sambil menarik lenganku.
" Makanya besok kamu pulang bersamaku. Kamu nanti akan lihat apa yg mereka lakukan ?" kata om Danan lagi.
" Mereka pasti ingin menangkap ku lagi. Mereka tetap akan mengusirku dari desa itu om." kataku ketakutan.
" Tidak akan. Kamu tinggal sama aku di rumahku." kata om Dananjoyo menenangkan hatiku.
***
Aku pulang bersama om Dananjoyo dan Tante Tri dari Jakarta tidak ada yg tahu dan aku juga tidak ingin keluar selain sekolah. Mbak Nurjanah tidak berani keluar rumah ketika rumah digrebeg warga. Sekarang berada di dalam rumah om Dananjoyo masih ketakutan keluar.
" Kok kamu sudah disini to nggar?" tanya Janah kepadaku saat mijiti om Danan yg kecapaian.
" Lha emang kenapa ?" tanya om Danan sambil memeluk kepalaku di dadanya.
" Kan bapak dan masku dibawa polisi karena dianggap.." kata Janah terpotong oleh gerakan tangan Om Danan yg menutup bibirnya dengan jari.
Lalu diluar ada beberapa orang yg datang di depan warung. Nurjanah berlari ke belakang karena trauma pada kejadian kemarin Minggu. Om Dananjoyo keluar menemui mereka.
" Ada apa ini ?"
" Maaf..kami kemarin salah tangkap waktu menggrebeg pak Mul, yg dulu telah menghamili anaknya sendiri Sri, kami salah tangkap menyeret dik Linggar. " kata warga yg berdiri di depan pintu.
" Trus sekarang Linggar dimana ?"
" Anu..nggak tahu. Tiba2 hilang, gak tahu pergi kemana. "
" Kamu yg culik, harus bertanggung jawab. Cari sampai ketemu. Kalau tidak ketemu, kalian kulaporkan polisi." kata om Danan dengan nada keras.
" Aduhh gimana nih teman2 . Kamu sih kemarin main tangkap saja"
" Anu..mungkin pak kades yg amankan. Kan waktu kita bawa ke baledesa, kami langsung pergi. Yang nungguin pak kades." kata Pekok.
" Aku nggak mau tahu. Kalau dalam waktu seminggu tidak kalian temukan kalian tanggung akibatnya."
" Aduuuhhh..ampun den..jangan lapor polisi..kami kan butuh kerja untuk ngopeni anak. Kalau dibui gimana. Hu hu hu.." kata Gogon mewek.
" Sudah sana cari sampai ketemu !" kata om Danan sambil bertolak pinggang.
Baru saja mereka pergi, ada kabar bahwa pak kades meninggal dunia karena bunuh diri nyebut sumur.
Tante Tri yg baru pulang ngajar datang membawa kabar duka.
" Aku tadi lewat Prapatan kok ada bendera merah, aku tanya pada warung soto, ternyata yg mati pak kades. Aneh...matinya bunuh diri nyebut sumur yg dalemnya 30 meter." kata Tante Tri.
" Kamu lihat nanti, orang2 yg telah menjemputmu ke rumah, satu persatu mati bunuh diri." bisik om Danan kepadaku. Aku jadi merinding dengar berita itu. Berarti memang aku telah diculik dan dipermalukan oleh warga kemarin. Untung om Dananjoyo orangnya sakti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK JADAH
ParanormalKUMPULAN CERITA DEWASA. PERINGATAN KERAS ANAK DIBAWAH UMUR 18 DILARANG BACA NOVEL INI . KONTEN DEWASA,