PART : 11

1.8K 20 3
                                    

Aku menangis sambil bersolat di kamar pak Abdul dini hari itu.Pak Abdul yg telah lebih dulu bangun salat tahajud di mesjid yg ada di belakang rumah.

     Aku diantar pak Abdul pulang ke desa dimana aku pernah dilecehkan karena aku disebut anak jadah. Tapi kali ini pak Abdul ingin berceramah dan mengajariku untuk bertausiah.  Sebenarnya aku takut bila terjadi apa2 karena di desaku orangnya banyak yg tidak pendidikan sehingga mudah tersinggung dan marah kalau diungkit kesalahannya.  Tapi pak Abdul itu sangat sakti. Ia tidak takut menghadapi orang yg berniat jahat kepadanya. Bahkan ia bisa menghilang. Pak Abdul sebenarnya lebih pantas disebut kyai atau dukun yg bisa mengusir setan atau roh jahat dengan membaca Al  Qur'an.

Aku dengar berita dari mbak Nurjanah, kepala desa dan orang yg dulu ikut menyiksa aku sudah meninggal semua. Tapi mbak Nurjanah juga takut melihat rumah kami yg telah lama kosong ditinggal penghuninya. Masih ada perangkat dan RW yg suka ganggu mbak Nurjanah. Karena itu mbak Nurjanah tidak mau pulang kampung tanpa ada pengawalan dari om Dananjoyo.

      Ah ternyata pak Abdul sangat dihormati oleh pak Camat yg dulu belum pernah kukenal. Kedatanganku bersama pak Abdul disambut hangat oleh keluarga pak Camat yg sudah mengumpulkan warga untuk mendengar ceramah pak Abdul.

      " Selamat datang ke desa Sukamakmur Habib Abdul. Diluar sudah ditunggu warga yg mau dengar tausiah anda." kata pak Camat.

      " Terimakasih pak Camat. Ini saya mau perkenalkan anak saya sebagai koriyah yg akan melantunkan suaranya yg merdu. bernama Linggar Arum." kata pak Abdul sambil merangkul ku. Aku jadi gemetar disebut namaku di depan ratusan warga desaku. Ada sedikit ketakutan bila ada yg menghafal wajahku yg dulu pernah mereka lecehkan.

      " Kemudian di awal acara ini akan ditampilkan seorang koriyah putri dari pak Abdul bernama Linggar Arum. Waktu dan tempat kami persilahkan." kata MC dari pak camat.

      Ya ampuun aku benar2 gemetar dan merasa sangat tersanjung saat aku maju dan duduk didepan lekar yg sudah dibukakan kitab suci Al  Qur'an

      " Audubillah  himinas saitonir razim. Bismillahir rahmanir rahiim. Arrahmanir rahim. Maliki yaumidiin. Ia kana' buduwaiya kanastain. Ihdinassira talmustaqim. Sirrataladin Na' an amtaallaihim. Wairilmagduu biallaihim. Wallawdaliin, Amiin.."

     Aku benar2 tidak percaya jika aku mampu membuat para hadirin sangat kagum dan bertepuk tangan mendengar suaraku yg menggema melantunkan bacaan surat ar-rahman yg sebelumnya tidak pernah kupelajari.  Akupun mundur dan duduk di deretan keluarga pak camat dan diganti pak Abdul yg maju ke podium untuk berceramah. Malam itu aku sungguh naik derajatku lebih tinggi sehingga sangat dihormati warga desaku tanpa mengingat masa laluku sebagai anak jadah.

     Di saat aku duduk di deretan kursi terhormat tamu pak camat, ada seorang tokoh masyarakat yg memandangi aku terus, sepertinya itu perangkat desa yg pernah berpesta melecehkan tubuhku. Ia memandang sambil senyum2 seolah mengajakku melakukan hal terkutuk itu. Seketika itu juga aku teringat om Dananjaya yg mengajariku untuk membaca mantra dan ayat suci pengusir setan.

      Tiba2 orang itu bangkit dari tempat duduknya dan bertetiak- teriak kepanasan dan kesakitan seperti kesurupan. Iapun diamankan oleh hansip karena dianggap mengganggu acara di tempat pak camat.  Orang itu kemudian menangis dan meraung-raung sambil membenturkan kepalanya ke tembok hingga berdarah dan meninggal di tempat itu juga.

***

     Ada kekuatan gaib yg muncul dari dalam tubuhku sebagai gadis yg liar dan merasa dendam kepada orang 2 yg pernah menghinaku.Aku beringsut ke belakang ingin buang air kecil. Tetapi aku melihat ada empat orang dengan baju batik menghadang ku.

    " Nggar, mau kemana..ayohlah. Ikut aku." kata laki2 tua itu sambil menarik tanganku sangat kuat ke sisi rumah pak camat yg sepi.  Lalu mereka kembali meremasi dadaku setelah memaksa lepas gamis yg kupakai. Aku meronta sekuat tenaga tapi tak berdaya ketika tubuhku yg sudah telanjang mereka bawa ke belakang rumah pak camat yg sudah ditunggui banyak orang desa yg kenal aku.

     " Ha ha ha Linggar telah balik bro. Kita pesta duluu.."  teriak beberapa orang pemuda yg ikut merabai tubuhku. Saat itulah aku memejam mata dan membaca mantra yg diajarkan om Dananjaya.  Dan aku tanpa kusadari telah berada kembali duduk di belakang podium berdampingan dengan Bu camat. Seperti mimpi saja. Usai acara itu ada berita bahwa para perangkat yg mabuk di belakang rumah pak camat muntah darah dan harus dibawa ke rumah sakit. Kata pak RW mereka over dosis menenggak miras. Aku puas mendengar berita itu. Mereka yg pernah memperkosa aku dan membully sebagai anak jadah  akan mati, kata om Dananjoyo. Bagiku juga tetap menaruh dendam kepada siapa saja yg telah menjadikan aku pendosa harus mati. Tapi aku diam- diam merasa sangat menyesal dengan apa yang terjadi di dalam keluargaku. Pak Mul dan lek Slamet telah meninggal setelah keluar dari penjara karena penyakit yang diderita tak sembuh. Aku yakin itu semua karena perbuatan mereka yang telah melanggar pantangan adat desa atau kualat. Atau mungkin karena doa dan sumpah dariku yang meminta agar semua yang pernah menyiksa dan menjadikan aku anak pendosa mendapat hukuman atau azab yang setimpal atau mati saja.

ANAK JADAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang