paper friends 4.

21 23 3
                                    

"Guruku pernah bertanya, apa mimpi mu nak?. Disaat itu, aku belum memiliki jawaban sama sekali.

Lalu, sejenak diriku berpikir. Apakah, memiliki keluarga yang harmonis, itu juga termasuk dalam mimpi?"

~Stella.

********

   Stella membantu ibunya untuk duduk di sofa ruang tamu, lalu pergi sebentar untuk mengambilkan sewadah air hangat, juga sebuah handuk.

"Sini bu, biar aku bantu obatin luka ibu," Ujar Stella lalu mulai mengompres luka lebam di pipi kiri sang ibu.

"Auchhss," Ringis sang ibu merasakan sakit dan nyeri disana.

"Eh, sakit yah bu. maaf, Stella bakal lebih  pelan-pelan," Sahut Stella sedikit panik, lalu kembali mengompres luka sang ibu kini lebih berhati-hati.

Sang ibu sesekali melirik kearah wajah anaknya yang tengah sibuk mengobati lukanya, walaupun Stella hanya diam. Tapi ibu bisa tahu dari isyarat matanya, bahwa anaknya itu sedang menahan luka yang sangat didalam lubuk hatinya.

"Maafkan ibu nak," Batin sang ibu merasa bersalah, memegang telapak tangan Stella yang menempel di pipinya.

"Bu?, ibu kenapa?" Tanya Stella, lalu melihat sebulir air mata membasahi pipinya.

"Ibu ... ibu kok nangis?, memang Stella ngobatinnya kurang pelan yah bu?, tenang aja yah bu, kali ini ... kali ini Stella bakal lebih hati-hati lagi."

"Maafin ibu yah nak," Mendengar ungkapan maaf dari ibunya, membuat Stella merasa bingung mendengarnya.

"Ibu enggak salah apa-apa, ngapain ibu harus minta maaf sama Stella?"

"Ibu sudah gagal Stella, ibu tidak bisa memberikan rasa nyaman dan aman untuk kamu dirumah ini. Kamu pasti sedih, melihat ayah sama ibu bertengkar setiap hari," Balas sang ibu dengan mengelus lembut kepala Stella.

"Stella enggak sedih kok bu," Ucap Stella, lalu mengambil tangan ibunya yang masih mengelus kepalanya, dan memegangnya.

"Stella bersyukur masih punya ibu yang selalu ada untuk Stella, aku juga bersyukur masih punya ayah. Stella tidak pernah merasa menyesal dilahirkan di keluarga ini."

"Tidak apa-apa kok bu, mungkin ini memang takdir aku. Stella masih percaya, bahwa tuhan tidak akan pernah memberikan ujian melebihi batas kemampuan hambanya. Suatu hari nanti, pasti akan tiba saatnya keluarga kita akan bahagia," Sambung Stella membuat sang ibu kagum, ia tidak pernah menyangka bahwa anaknya bisa memiliki pemikiran sedewasa ini.

"Haahh baiklah kalau begitu, bantu ibu bersih-bersih rumah yuk!" Ajak sang ibu sambil menghapus sisa-sisa air mata di pipinya.

"Iyah bu ayo," Senang Stella, langsung mengangguk dengan semangat.

Sang ibu mulai membagi tugas dengan Stella, siapa yang bagian menyapu, mengepel, mencuci piring, dan lain-lain. Hingga pekerjaan rumah cepat terselesaikan.

Beberapa menit kemudian, "Sudah nak, kamu kembali istirahat aja di kamar!" Suruh sang ibu kepada Stella.

"Semuanya sudah selesai kok, tinggal masak aja," Sambungnya.

"Bentar bu, ini tinggal satu lagi," Balas Stella masih sibuk mencuci piring, setelah selesai lalu menaruhnya di rak piring.

"Oke sudah selesai," Batinnya mengelap kedua tangannya dengan serbet.

"Sudah?" Tanya sang ibu.

"Sudah bu."

"Yaudah, kamu masuk ke kamar gih!. Ibu tahu, kamu pasti capek kan. Makasih yah udah mau bantuin ibu bersih-bersih rumah. Nanti kalau makanannya sudah siap, ibu panggil kamu keluar," Ucap sang ibu.

PAPER FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang