--Flashback off--
"Hei nak hati-hati!" Tangan kanan Stella langsung ditarik oleh seseorang, bersamaan dengan kesadarannya seperti terseret kembali ke dunia nyata.
"Hah," Kejut Stella, dan melihat sebuah sepeda motor berwarna hitam berlalu, yang tadi baru saja hampir menabrak dirinya.
"Nak, apa kau tidak apa-apa?" Tanya wanita paruh baya itu, dengan menenteng tas belanja berisikan sayur-mayur didalamnya.
"Sa-saya tidak apa-apa kok bu," Jawab Stella linglung.
"Nak apa kau yakin?, tadi kamu habis melamun, untung saja ibu tarik tangan kamu tadi, kalau tidak kamu sudah ditabrak sama sepeda motor itu," Balas ibu tersebut mengkhawatirkan soal kondisi Stella.
"Sa-saya tidak apa-apa kok bu, terimakasih yah bu sudah mau bantu saya. Kalau ibu tadi tidak ada, saya gak bisa bayangin nanti bakal seperti apa."
"Iyah nak sama-sama, lain kali kamu hati-hati yah."
"Iyah bu. Sekali lagi terimakasih yah bu," Jawab Stella dan dibalas senyuman oleh ibu tersebut, lalu pergi meninggalkan Stella disana.
"Kok aku bisa ngelamun sih, ck ah kebanyakan beban pikiran yah gini nih," Decak Stella dan kembali melanjutkan langkahnya.
Ditengah-tengah menuju perjalanan pulang, Stella memutuskan untuk membelokkan langkahnya menuju ke suatu tempat. Lebih tepatnya ditepi jalan, dibagian bawah sana terdapat sebuah danau dengan disebelahnya terdapat hamparan rumput yang begitu hijau.
Gadis bersurai cokelat itu, yang masih mengenakan baju seragamnya duduk diatas karpet rumput, dengan merasakan semilir angin sejuk, menatap sayu kearah hamparan danau yang terlihat bercahaya sebab pantulan dari cahaya sinar matahari.
Stella berpikir, ia ingin menghibur dirinya disini sebentar, sebelum kembali pulang ke neraka yang biasa dia sebut sebagai rumah. Bertemu kembali dengan dua orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah kedua orang tuanya, yang semakin membuat pikiran Stella tertekan.
Stella mulai memejamkan kedua matanya, membiarkan angin sepoi-sepoi menggoyang-goyangkan pucuk rambutnya, didalam memori pikirannya layaknya seperti sebuah bioskop semua kembali terekam dengan begitu jelas. Bagaimana seluruh orang-orang terdekatnya, mampu melukai hati serta mental Stella selama ini.
"Mungkin, aku sudah ditakdirkan untuk tersiksa seperti ini."
Hati Stella terasa begitu sakit dan perih, kalaupun ia ingin membagi rasa itu kepada seseorang, tapi siapa yang bisa dia percaya?. Manusia terkadang hanya manis di bibir saja, mengatakan segala janji yang hingga mampu membuat kita terlena.
Tetapi apa akhirnya?, Bulshit!, mereka tetap tidak bisa menahan nafsu itu, dimana membicarakan soal rahasia orang lain hanya semata-mata untuk kepuasan diri.
Kedua kelopak mata Stella kembali terbuka, gadis itu menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Membuka resleting tas ranselnya, mengeluarkan buku sketchbook dan sebuah pensil dari dalam sana.
Halaman pertama pun terbuka, keluarlah sebuah cahaya yang cukup menyilaukan mata. Beberapa saat kemudian, cahaya tersebut mulai menghilang, dan terlihatlah Cyan yang sudah duduk disamping Stella.
"Ekhem ekhem, pasti cewek aku kangen Cyan nih," Ujar Cyan dengan membenarkan posisi kerah baju Hoodienya, biar kelihatan cool.
"Idih, siapa juga yang kangen sama kamu," Balas Stella terdengar risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPER FRIENDS
Romance[Hiatus bentar^^] "Lo itu udah gila!" Bentak Zoya kepada Stella membuat hati wanita itu hancur seketika. "Laki-laki itu gak nyata Stella, dia cuman khayalan dipikirkan Lo doang. Plis sadar!" "Gua gak gila, dan gua masih waras!" Balas Stella dengan m...