Paper friends 13

18 15 2
                                    

"Kamu tadi kenapa?, kok wajahnya kelihatan kusut gitu?"

"Aku enggak apa-apa kok, cuman lagi keinget sesuatu aja," Balas Stella.

"Beneran?" Tanya Cyan menatap wajah Stella, dengan menyelipkan sehelai rambut di telinganya, sehingga membuat wajah gadis itu memerah seperti kepiting rebus.

"Be-beneran kok," Gagap Stella sedikit menjauhkan wajahnya, berusaha untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Kalau kamu lagi ada apa-apa, butuh tempat buat jadi sandaran. Cerita aja ke Cyan, aku siap kok buat jadi pendengar setia kamu," Balas Cyan mengelus lembut kepala Stella, semakin memberikan serangan bertubi-tubi dihati gadis tersebut.

"I-iyah," Angguk Stella dengan menundukkan kepala, dirinya terlalu lemah untuk menatap wajah lelaki itu saat ini.

"Kok malah jadi bucin gini sih," Batinnya.

   Untuk sesaat suasana menjadi hening, tidak ada pembicaraan antara mereka berdua sama sekali. Selain suara kicauan burung yang terbang di langit senja, dengan pantulan air danau yang nampak keorenan.

"EH CEWEK GILA!!!" Hingga terdengar suara teriakan, berasal dari arah atas dekat jalan raya. Terlihat seorang lelaki berseragamkan SMA Darmawangsa, dengan menaiki sepeda gunungnya.

   Stella yang mendengarnya lantas langsung menoleh kepalanya, begitupun juga dengan Cyan.

"Stella dia siapa?" Tanya Cyan dengan posisi masih menatap kearah lelaki tersebut.

"Nama dia Agral, dia yang sudah ngusir aku dari perpustakaan sekolah tadi," Jawab Stella moodnya langsung bubar, selepas melihat orang yang sudah berlaku seenak jidatnya kepada dia tadi pagi.

   Kedua orang itu melihat Agral diatas sana tengah memarkirkan sepeda gunungnya, lalu turun kebawah menghampiri Stella.

"Ngapain Lo kesini?" Ketus Stella menatap risih kepada Agral yang sekarang sudah berdiri dihadapan dirinya.

"Enggak apa-apa, gua cuman mau kesini aja. Ini tempat memang lokasi kesukaan gua buat bersantai. Harusnya gua yang tanya, ngapain Lo kesini?" Balas Agral lebih mendekatkan tubuhnya kepada Stella, membandingkan diri dia yang jauh lebih tinggi dibandingkan Stella. Hal itu membuat Stella, merasa seperti ditindas.

"Enggak Stella Lo itu kuat, Lo gak boleh kelihatan lemah," Batin Stella berusaha untuk menatap mata Agral yang memiliki iris tajam itu.

"Yah memangnya kenapa, emang tempat ini milik nenek moyang Lo apa?, terserah gua dong mau disini apa enggak. Lagian ini juga punya masyarakat, semua orang berhak buat datang kesini," Jawab Stella membuat Agral menggertakkan giginya.

"Kalau memang ini danau punya Lo, pasang aja bener segede gaban dipinggir jalan. Tulis disana punya Agral, sama tambahin dibawahnya laki-laki yang gak punya etika."

"Percuma otak pinter tapi atitude nya bego," Sindir Stella mampu membuat Agral tersulut amarah. Baru kali ini, dia merasa direndahkan oleh seorang gadis.

"Lo ngomong sepatah kata lagi, gua gak segan-segan sobek mulut Lo itu disini sekarang juga. Gua gak perduli walau Lo itu cewek," Ujar Agral dengan nada tajam, membuat Stella bergidik ngeri karenanya. Serasa seperti ada atmosfer aneh mengelilingi mereka berdua, bulu kuduk gadis itu berdiri. Agral terlihat sangat menakutkan.

"Dia serem banget kalau marah, kayaknya kata-kata gua tadi berlebihan deh," Batin Stella.

"Kenapa Lo diem, ngomong lagi. Mana bacot an Lo yang tadi?" Tanya Agral maju beberapa langkah, membuat tubuh mungil Stella mundur kebelakang.

   Sedangkan Cyan yang melihatnya tidak bisa melakukan apa-apa, karena dia tahu kalau selain Stella tidak ada yang bisa lagi melihat dirinya.

   //Grep// Agral langsung menyahut sebuah buku sketchbook dari genggaman Stella, mengangkatnya tinggi-tinggi agar gadis itu kesulitan untuk menggapainya.

"Eh, balikin gak!" Pinta Stella melompat-lompat, berusaha untuk mengambil kembali buku sketchbook miliknya.

   Agral tidak mendengar perkataan dari Stella, ia langsung membuka buku sketchbook itu untuk mengetahui apa isinya.

"Wiiihhh gaya banget gambaran Lo," Ujar Agral lebih terdengar menyindir daripada memuji.

"Yah baguslah, orang cewe gua yang buat. Gak kayak Lo, bisanya gunung sama sawah doang," Ujar Cyan.

"Waahhh hahaha, siapa nih cowo?. Gua yakin, pasti dia ini karakter haluan Lo kan. Kasihan, udah fiksi gepeng lagi."

"Udah puas Lo sekarang?, gua minta, balikin buku itu sekarang juga," Pinta Stella dengan mata memerah, menatap lekat mata hitam milik Agral.

"Lo mau buku ini balik?" Ujar Agral tersenyum smirk. "Nih!" Sambungnya dengan membuang buku sketchbook itu ke danau, membuat Stella sangat amat terkejut melihatnya. Perlakuan anak ini sudah melebihi batas.

"Dasar brengsek!" Umpat Stella kepada Agral. Lalu segera mengalihkan pandangannya kearah Cyan. "Cyan," Ujar Stella mulai melihat tubuh lelaki itu perlahan-lahan menghilang. Sepertinya, gambar dirinya yang ada dibuku sketchbook mulai memudar, akibat terkena air.

   Tanpa pikir panjang, Stella langsung menerjunkan badannya masuk kedalam danau, untuk menyelamatkan buku sketchbook tersebut. Untungnya, buku itu masih bisa untuk diselamatkan, sedangkan Stella harus basah kuyup.

"Konyol banget gak sih?" Ujar Agral tertawa sinis, melihat Stella rela terjun kedalam danau hanya untuk mengambil benda persegi tersebut.

"Kalau gua memang konyol, terus kenapa?, gua suka halu terus kenapa?. Lo yang hanya bisanya hina orang, tahu apa tentang gua," Ujar Stella.

"Lo yang dikelilingi oleh banyak sekali orang yang care dan sayang sama Lo, mana tahu tentang kehidupan gua yang kesepian, selalu dibayang-bayangi dengan rasa trauma. Haha, serasa enggak adil banget gak sih?" Pungkas Stella, menundukkan kepalanya menatap kearah pantulan wajahnya di air.

"Cih, dasar cewek gila," Sinis Agral lalu pergi meninggalkan Stella.

"Kenapa dunia sama sekali tidak berlaku adil kepada Stella, semua anak bisa mendapatkan kasih sayang orang tua, keluarga yang harmonis, dan teman-teman yang baik. Tapi kenapa ... kenapa Stella malah sebaliknya?"

   Tubuh Stella mulai merasa kedinginan, badannya menggigil. Langit juga sudah tampak mulai gelap, hingga ia memutuskan untuk naik kembali ke daratan.

"Bukunya basah," Sedih Stella melihat buku sketchbook nya yang sudah basah, dengan sketsa gambarannya didalam sana terutama Cyan terlihat memudar.

"Sebaiknya aku cepet pulang, sebentar lagi mau malam," Ucap Stella mengambil kembali tas ranselnya yang tergeletak di atas tanah, dan bergegas untuk kembali pulang ke rumah.

********

"Assalamualaikum Stella pulang," Salam Stella sembari membuka pintu rumah, terlihat sang ibu yang sudah berdiri disana, menunggu kedatangan anaknya.

"I-ibu."

"Kamu darimana aja?, jam segini baru pulang, ibu sampai telpon guru sekolah kamu, katanya jam pulang sekolah sudah beberapa waktu yang lalu," Ucap sang ibu berkacak pinggang.

"Jawab Stella, kamu habis darimana aja!"

"A-aku, aku habis kerja kelompok dirumah temen bu," Balas Stella berusaha mencari alasan.

"Kerja kelompok, pulangnya selarut ini?. Terus baju kamu, ngapain bisa basah semua gitu?"

"Tadi disana hujan bu, dan Stella lupa buat bawa jas hujan. Makanya jadi basah semua kayak gini."

"Hujan?, perasaan tadi langitnya gak mendung tuh, disini gak ada gerimis juga. Kamu jangan coba-coba bikin alesan klasik sama ibu yah."

"Stella ngomong bener kok bu, sudah yah bu Stella mau pergi ke kamar dulu. Badan Stella sudah kedinginan nih, nanti takutnya bisa sakit," Balas Stella lalu lekas pergi meninggalkan sang ibu.

PAPER FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang