Paper friends 10

18 19 3
                                    

--Flashback on--

"Stella, kau belum tidur sayang, ini sudah malam," Terlihat seorang lelaki tua membuka pintu kamarnya. Helai rambutnya yang mulai memutih, sehingga terlihat bersinar saat terkena biasan cahaya lampu.

"Kakek, kakek sudah pulang," Balas Stella merasa senang, padahal ini sudah pukul sebelas malam, tetapi gadis itu masih belum juga mengantuk sambil berbalut selimut, menunggu kedatangan sang kakek.

Stella yang masih berusia enam tahun itu, turun dari atas kasur dengan mengenakan baju piyama bergambar beruang coklat.

Memeluk tubuh sang kakek, menyandarkan kepalanya pada perut buncit lelaki tua tersebut. "Kakek kenapa pulangnya lama?" Tanya Stella menenggelamkan wajahnya di perut buncit yang cukup empuk itu.

"Iyah, maafin kakek yah," Balas sang kakek lalu menggendong tubuh mungil cucu perempuannya tersebut.

Walau sudah tua, kakek Stella masih juga bekerja. Dirinya tidak mau berdiam diri saja dirumah, sang kakek juga ingin melakukan sesuatu yang dapat menghasilkan uang untuk diberikan kepada cucunya sebagai uang jajan.

"Tadi penumpangnya lumayan banyak Stella, jadi kakek pulangnya telat," Sambung sang kakek yang berprofesi sebagai tukang becak tersebut.

"Stella sudah makan?, nih kakek sudah beliin nasi goreng buat kamu. Kita makan sama-sama yuk!" Ujar sang kakek dengan menunjukkan kresek berwarna putih, berisikan nasi goreng.

"Mauuu," Balas Stella mengangguk-anggukan kepalanya, sang kakek memang sangat menyayangi dirinya.

Akhirnya, Stella pun makan bersama dengan kakeknya diruang makan, hanya terdapat mereka berdua saja disana. Sedangkan ayah beserta ibu Stella, sudah terlelap dalam tidur.

"Kakek kakek, psssttt bangun!" Bisik Stella menepuk-nepuk pundak sang kakek begitu perlahan. Berniat untuk membangunkan beliau, yang sedang tertidur. Setiap hari, Stella selalu tidur berdua dengan kakeknya, menurut dirinya ini lebih nyaman daripada tidur bersama dengan kedua orang tuanya.

"Iyah?" Tanya sang kakek membuka sedikit kedua matanya, melihat kearah sang cucu sedang menggigit bagian bawah bibirnya, dengan wajah cemas.

"Stella kamu kenapa?" Tanya sang kakek dengan pandangan mengantuk.

"Stella pingin pipis kek."

"Hum iyah," Angguk sang kakek yang sudah mengerti maksud dari cucu perempuannya itu, dan mulai mengantarkan Stella menuju ke kamar mandi.

--Flashback off--

"Kakek, kakek," Panggil Stella menyebut-nyebut almarhum kakeknya, lalu dengan perlahan mulai membuka kedua matanya. Dan menyadari, bahwa ia sudah ketiduran didalam kelas.

Sekarang kondisi kelas tersebut telah kosong, hanya tinggal dirinya seorang yang masih berada di dalam sana.

"Aku- ketiduran?" Ucap Stella setengah sadar, merasakan semilir angin sejuk menerpa rambutnya, masuk melalui jendela membuat tirai-tirai bergoyang karenanya.

Stella mengalihkan pandangannya kearah luar jendela, yang sudah terlihat hanya terdapat beberapa sepeda motor saja disana, serta tukang kebun sekolah sedang menyapu dedaunan kering.

"Kayaknya, aku tadi tidurnya lumayan lama," Gadis itu melihat kearah sebuah jam dinding yang tertempel ditembok bagian atas papan tulis, menunjukkan pukul jam tiga sore. "Dasar tukang tidur!"

Stella memutuskan untuk segera membereskan semua barang-barangnya terlebih dahulu, selepas selesai ia berjalan pergi meninggalkan kelas.

"Auchhss," Ringis Stella merasakan sakit dibagian wajahnya, sehabis menabrak dua orang siswi yang dengan sengaja, menempatkan diri mereka dihadapan Stella, untuk memberhentikan dirinya.

"Venus?, Lo mau apa lagi sih!" Stella langsung menekuk wajahnya, selepas mengetahui siapa yang tengah berdiri dihadapannya. Tak lupa dengan temannya, Lyodra disamping tubuh gadis tersebut.

"Ya, terus kenapa?" Ketus Venus langsung menggenggam tangan kanan Stella, dan Lyodra memegang tangan kiri Stella. Menariknya paksa untuk ikut bersama mereka.

"Eh, ini apa-apaan?" Kejut Stella berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman mereka berdua, sayangnya tenaga dua anak itu lebih besar daripada Stella, yang pada saat itu posisinya sedang sendirian.

"Gak usah bawel jadi orang, diem!. Dan Lo akan tahu sendiri kemana kita akan bawa Lo nanti," Balas Venus tersenyum smirk, dan mereka berdua pun dengan segera membawa Stella pergi dari sana.

Tepatnya dibelakang sekolah, terdapat sebuah tempat cukup sempit dengan dipenuhi rumput-rumput liar disana. Venus langsung melempar kasar genggaman tangan Stella, hingga membuat tubuh gadis itu terjatuh ke tanah.

"Asss," Desis Stella merasa lututnya terluka, akibat terbentur oleh kerikil-kerikil kecil.

"Kalian mau apa bawa aku kesini?" Tanya Stella kepada kedua gadis tersebut, lalu muncullah beberapa anak siswi lagi dari belakang tubuh mereka berdua.

Stella yang melihatnya semakin merasa ketakutan, jumlah mereka cukup banyak dibanding dengan dirinya yang sendirian. Stella seperti merasa tertindas, tetapi dia tetap tidak mau menunjukkan sisi lemahnya.

"Gua mau kasih pelajaran buat Lo," Ujar Venus.

"Gua masih belum bisa terima, bagaimana cara Lo memperlakukan gua tadi pagi," Sambungnya dengan berjalan beberapa langkah menghampiri Stella.

"Dan, sekarang saatnya buat gua hajar Lo habis-habisan," Pungkas Venus sambil menjambak kuat rambut coklat Stella. "Gimana?, udah merasa jagoan?"

"Berhenti!, atau gua kirim Vidio pembullyan ini ke kepala sekolah sebagai bukti," Terdengar suara seorang siswi, membuat perhatian mereka semua teralih.

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, terdapat seorang gadis yang sudah merekam semua kejadian tersebut kedalam ponselnya.

"Zo-Zoya!" Batin Stella terkejut, ternyata suara tersebut berasal dari Zoya, anak yang dulunya pernah menjalin sebuah hubungan pertemanan begitu baik dengan dirinya.

Tetapi persahabatan itu hancur seketika, setelah sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh Zoya kepada Stella.

Mereka semua terutama Venus dan juga Stella, melihat Zoya berjalan beberapa langkah menghampiri tempat kejadian, dengan masih memegang ponselnya.

"Lepasin Stella!" Pinta Zoya dengan nada dingin.

"Buat apa?" Balas Venus melepas jambakannya tersebut, sehingga meninggalkan sensasi rasa pusing di kepala Stella.

"Lo juga mau jadi sok jagoan disini?, walaupun Lo anggota OSIS gua gak takut!" Ujar Venus dengan nada menantang, kepada Zoya yang kebetulan mengenakan jas merah bertuliskan osis dibagian dadanya.

"Ayo Stella, kita pergi!" Zoya membalikkan badan menghadap kearah Stella sambil mengulurkan tangan bantuan, mengacuhkan Venus dibelakangnya.

"Eh budek!, gua ngomong sama Lo yah!" Marah Venus meninggikan nada suaranya, membuat Zoya kembali membalikkan badannya.

"Apa?" Tanya Zoya.

"Lo pikir Lo jagoan?, Lo pikir Lo itu hebat?"

"Kalau Lo memang jagoan, selesaikan masalah Lo secara bijak. Haha, berantem kok bawa pasukan. Dilihat dari segi manapun juga, sudah pasti Stella bakalan kalah. Karna dia sendirian," Pungkas Zoya dengan mendorong tubuh Venus dengan jari telunjuknya.

"Maksud Lo apa dorong-dorong gua!" Kesal Venus langsung mencengkram erat kerah baju Zoya, sehingga membuat wajah mereka berdua saling bertatapan.

"Lo gak malu sama temen-temen Lo yang ada dibelakang sana?, mereka itu kasihan tahu gak, punya ketua geng yang pengecut seperti Lo," Kata-kata yang terlontar dari mulut Zoya, membuat Venus hendak melayangkan pukulannya.

"Dasar-"

"Dengerin gua baik-baik," Mendengar nada suara Zoya berubah menjadi kembali dingin, membuat pukulan Venus terhenti.

"Apa Lo sudah lupa dengan apa yang guru waktu itu bilang?, sekali lagi Lo buat kesalahan yang fatal, Lo bakal dikeluarkan dari sekolah SMA Darmawangsa."

"Dan sekarang, cukup gua beri video ini ke kepala sekolah dan Lo akan langsung out dari sekolah," Pungkas Zoya terdengar seperti mengancam.

PAPER FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang