Aku kasi dobel update untuk hari ini.
Untuk selanjutnya ... kita ketemu sepekan lagi. InsyaAllah 💚
Happy reading.
Memakai setelan baju formal lengan panjang berwarna hitam, tas tangan berwarna putih dengan rambut dicepol menyisakan rambut di sisi kanan dan kiri, Seruni terlihat tergesa-gesa.
"Kamu nggak sarapan, Run?" Mamanya yang masih di ruang makan bertanya.
"Nggak, Ma. Ini Seruni udah kesiangan. Takutnya kalau sarapan malah telat!" jawab Seruni sambil meraih tangan Ida lalu mencium punggung tangannya. Hal yang sama juga dia lakukan ke Heru papanya.
"Baru juga jam segini kamu bilang kesiangan?" tanya Ida heran.
"Hari ini bos baru Runi datang, Ma. Makanya sama Bu Mery kita semua disuruh untuk datang lebih awal."
Ida mengangguk paham.
"Ya udah, Ma. Runi berangkat ya."
Setengah berlari Seruni menuju mobil kesayangannya lalu memacu ke kantor. Perjalanan ternyata tak selancar yang dia harapkan. Kemacetan tak bisa dihindari. Tergelincirnya mobil pengangkut sayur membuat Seruni harus berkali-kali menelepon Wulan.
"Lo bisa kan putar balik lewat jalan tikus, Runi?" Suara Wulan terdengar panik.
"Putar balik gimana, Wulan? Ini kendaraan udah nggak bisa napas! Boro-boro putar balik, mau mundur aja susah!" keluhnya. "Lo tolong bilangin Bu Mery ya, Wul. Please. Ini di luar kuasaku."
"Iya, tenang! Bos baru juga belum datang!"
Seruni menarik napas dalam-dalam. Masih menelepon, matanya berbinar ketika mobil di depannya mulai bergerak.
Tak lama Wulan mendengar Seruni mengucap syukur.
"Kenapa, Run?"
"Fiuh, akhirnya. Udah, Lan. Gue bisa langsung cabut ke kantor!"
"Oke. Lo hati-hati ya."
Menarik napas lega, Seruni meletakkan ponselnya ke tas. Namun, baru saja dia tancap gas, Seruni merasa ada yang aneh dengan mobilnya.
"Mbak, bannya bocor sepertinya!" tegur seseorang mengetuk kaca jendela.
Menggerutu, dia keluar dari mobil dan benar apa kata orang tadi.
"Ya Tuhan. Apa lagi ini," keluhnya sambil menyeka keringat yang mulai menetes di kening.
Mencoba tenang, perempuan semampai itu meminta bantuan orang yang tadi mengetuk kaca jendelanya. Beruntung bagi Seruni, pria paruh baya itu bersedia membantu. Dengan beberapa orang yang berada di sana, mobil itu didorong ke tempat tambal ban yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Mengucapkan terima kasih, Seruni merogoh tasnya bermaksud memesan ojek online.
"Ojek, Mbak?" Suara seseorang menghentikan niatnya. Sejenak mata indahnya memindai pria yang baru saja menyapa.
"Butuh bantuan?"
"Mau ke mana?" tanyanya beruntun di balik helm teropong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadline untuk Seruni (Tamat -segera terbit)
Ficción GeneralBercerita tentang seorang perempuan yang memutuskan untuk berhenti menjalin hubungan dengan lawan jenis karena luka masa lalu. Namun, keluarganya justru tak henti mendesak agar dia segera menemukan jodoh dan menikah sebelum usia tiga puluh. Saat dia...