Seruni menatap malas ke Wulan, kemudian kembali menikmati minumannya. Merasa sahabatnya itu jauh dari antusias, Wulan menyeret kursinya mendekat.
"Serius, Runi! Gue tahu siapa pemiliknya!" Kembali Wulan menjelaskan.
Menarik napas, Seruni berkata, "Ya terus kalau lo udah tahu kenapa, Wulan?"
"Ck! Udah deh, Lan. Emang siapa orangnya?" Tio merasa Wulan terlalu bertele-tele.
"Kenapa malah lo yang penasarannya sih!" protesnya membalas tatapan Tio.
Pria beralis tebal itu tertawa.
"Habis lo banyak banget basa-basinya, Lan! Lo tahu Seruni seperti apa!"
"Emang gue seperti apa?" Seruni menjauhkan gelas minumnya yang sudah habis.
"Menurut lo emang gue seperti apa, Tio?" tanyanya tegas.
"Kan kumat, kan, lo, Run! Jangan galak-galak ngapa," ungkap Tio.
Melihat ekspresi Tio, Seruni tak sanggup menyembunyikan tawanya.
"Nggak galak gue, Tio. Gue cuma pengin tahu!"
Kali ini Wulan yang menarik napas panjang.
"Ssstt! Kalian bisa diam nggak sih! Lo lagi Tio, lo bilang mau tahu pemiliknya malah rusuh sama dia!"
Tertawa geli, Tio menautkan alisnya.
"Oke, siapa dia?" tanyanya.
Mata Wulan membesar, dengan suara sedikit memekik dia berkata, "Ternyata lo udah ngerasain dibonceng sama bos, Runi!"
Dahi Seruni berkerut mendengar penuturan Wulan.
"What? Maksud lo?"
Mengembuskan napas kasar, Wulan memutar bola matanya.
"Lo sejak kapan jadi oon sih!" keluhnya. "Tio, jelaskan ke dia!"
Lagi-lagi Tio tertawa.
"Nih, gue jelaskan. Ojek yang nganter lo ke kantor itu bos lo, Sista!" paparnya menirukan gaya transgender di televisi.
Tawa Seruni berderai melihat gaya Tio, demikian pula dengan Wulan.
"Malah gue diketawain!" protesnya. "Jadi bos lo sebenarnya udah tahu lo, Run! Dia juga pernah ngeboncengin lo!"
Wulan tertawa kegirangan seraya bertepuk tangan seperti anak balita yang mendapat mainan baru.
"Jadi pundak yang kamu pegang waktu itu pundak Banyu, Runi!" pekik Wulan heboh.
Mendengar perkataan Wulan giliran mata Tio yang membulat.
"Jadi lo udah pegang-pegangan bahu aja, Run? Gue yang udah lama dekat cuma lo tonjok mulu!" kelakarnya.
Seruni bungkam membiarkan kedua sahabatnya beradu opini. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa pria yang mengaku ojek itu tak lain adalah Banyu bosnya. Mengingat betapa tidak sopannya dia saat itu membuatnya malu hati.
"Kenapa lo diam, Run?" tanya Wulan dengan wajah jenaka. "Aah, gue tahu, lo pasti pengin mengulang kejadian itu lagi, kan? Dan lo pasti mau perbaiki semuanya, kan?"
Seruni melotot ke Wulan.
"Justru gue nggak pengin semua itu terjadi tahu, Lan! Nyesel gue!" keluhnya.
"Kenapa emang?" tanya Tio dan Wulan hampir bersamaan.
Seruni menggeleng cepat.
"Ya nggak enak aja!"
Tio menaikkan alisnya kemudian tersenyum.
"Ya udah cuekin aja! Eh lo pada mau nambah minum nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadline untuk Seruni (Tamat -segera terbit)
Narrativa generaleBercerita tentang seorang perempuan yang memutuskan untuk berhenti menjalin hubungan dengan lawan jenis karena luka masa lalu. Namun, keluarganya justru tak henti mendesak agar dia segera menemukan jodoh dan menikah sebelum usia tiga puluh. Saat dia...