Hai, maafkan baru bisa update
Semoga tetap bisa menghibur teman2 semua yaa. Happy reading 💚**
Seruni kembali ke mejanya dengan wajah seolah sedang memikirkan sesuatu. Tak ingin ketinggalan informasi, cepat Wulan menggeser kursinya mendekati Seruni.
"Kenapa muka lo kusut, Run? Lo kena semprot si Banyu?"
Seruni melirik Wulan yang baru saja menyebutkan nama bosnya enteng.
"Wulan! Suara lo kecilin dikit kenapa sih!"
"Iya, sori. Habisnya muka lo kek anak yang nggak dikasi uang saku sama orang tuanya gitu!" selorohnya diselingi tawa kecil. "Eh serius, lo kenapa, Run?"
"Besok gue bakal satu mobil sama bos," sungutnya.
Mata Wulan membulat sempurna mendengar ucapan Seruni.
"Bagus dong! Eh, gue kasi tahu nih ya, lo kudu perawatan sore ini, nanti gue anterin ke salon langganan gue, dia ...."
"Wulan apaan, sih! Emang gue mau ngapain kudu perawatan segala!" potong Seruni sewot.
"Lo kan mau semobil sama bos, lo wajib wangi, tampil beda dan ...."
"Ck! Udah deh, nggak usah ngaco! Gue besok semobil untuk ketemu klien. Bukan kencan atau semacamnya kek elo!"
Bibir Wulan membulat.
"Jadi lo ketemu klien di luar kantor?"
Seruni mengangguk.
"Mereka nggak jadi ke sini, dan itu artinya gue kudu bawa beberapa berkas ke sana ke mari, dan itu sangat merepotkan!"
Wulan memutar bola matanya seraya berkata, "Itu tugas lo, Runi. Kerja ya emang repot. Makanya lo kudu jadi istri sultan biar tinggal duduk cantik di salon sambil buka aplikasi belanja dan klik barang apa pun yang lo suka terus pesan deh, nggak cuma simpen di keranjang kek sekarang!"
Mendengar ledekan Wulan, Seruni tak sanggup menyembunyikan tawa.
"Udah ah, kita makan siang yuk! Mama tadi nggak bawain bekal. Gue laper!"
"Oke!" Wulan bangkit mengambil tas tangannya kemudian mengikuti langkah Seruni.
Kedua sahabat itu duduk menikmati makan siang di kantin kantor.
"Jadi lo besok tuh meeting-nya?"
"Iya," sahut Seruni sambil memainkan sedotan di gelasnya.
"Wulan."
"Hmm?"
"Gue pikir dia pria aneh sih!"
"Siapa?"
"Banyu. Siapa lagi!"
Wulan yang baru saja menyelesaikan makan siangnya sedikit terbatuk mendengar jawaban Seruni.
"Ciee, yang mulai terBanyu-Banyu," godanya.
"Ish, lo dengerin dulu omongan gue, Lan."
"Sok, cerita. Gue dengerin!"
Seruni menatap Wulan kemudian menceritakan soal karet rambut yang dikembalikan hingga soal permintaan Banyu untuk dibuatkan lukisan.
"Seriusan, Run? Seriusan dia ngembaliin karet rambut lo? Dia juga minta kamu melukis?"
Seruni mengangguk.
"Menurut buku psikologi cinta yang gue pernah baca, itu adalah salah satu tanda bahwa hal yang dilakukan Banyu, menunjukkan dia sedang melakukan pendekatan, Run!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadline untuk Seruni (Tamat -segera terbit)
Fiksi UmumBercerita tentang seorang perempuan yang memutuskan untuk berhenti menjalin hubungan dengan lawan jenis karena luka masa lalu. Namun, keluarganya justru tak henti mendesak agar dia segera menemukan jodoh dan menikah sebelum usia tiga puluh. Saat dia...