Bab 20

1.3K 329 33
                                    

Awas, part ini mengandung gula😄😅. Waspadalah 😅

**

Panggilan itu membuat Seruni menoleh ke arah suara. Demikian pula dengan Tio.

"Pak Banyu? Eum ... silakan masuk!" ujarnya menarik bibir.

Sementara Tio ikut tersenyum lalu berdiri mengulurkan tangannya. Dua pria itu saling berjabatan dan menyebutkan nama.

"Silakan duduk, Pak!"

Setelah mengucapkan terima kasih, Banyu duduk tak jauh dari Tio. Sejenak Seruni merasa canggung karena ditatap oleh dua pria sekaligus.

"Kamu habiskan dulu makannya, Runi. Jangan bengong!" celoteh Tio membuat dirinya tersadar jika masih belum selesai sarapan.

"Jam segini kamu baru sarapan atau ...."

"Baru sarapan, Pak. Eum ... bapak ngapain ke sini? Bukannya hari ini Bapak ada janji sama Oma?" tanya Seruni sudah mulai kembali melahap makanannya.

Banyu terlihat tak menanggapi, dia hanya bergeming dengan mata menatap Seruni. Menyadari pertanyaannya tak digubris, Seruni hanya mengedikkan bahu dan melanjutkan makannya hingga tandas.

"Seruni, gue balik deh ya. Oh iya, besok malam kita ketemuan di tempat biasa ya. Nanti gue hubungi Wulan!" Tio bangkit dari duduknya.

"Oke, Tio! Thank you sarapannya ya."

"Nggak masalah, cepet sembuh ya!" balas Tio sambil tersenyum. "Oh iya, Banyu, gue pergi dulu," tuturnya seraya melangkah menjauh.

"Hati-hati, Tio!"

"Thanks, Run!"

Sepeninggal Tio, Banyu masih duduk di tempat semula dan masih dengan mata memindai Seruni. Ditatap sedemikian rupa membuatnya semakin canggung. Terlebih dengan dandanan dia yang sama sekali jauh dari rapi.

"Bapak mau minum apa? Saya buatkan ya?" tanyanya mencoba mencairkan suasana.

Banyu menggeleng.

"Kamu sakit apa?" tanyanya datar.

"Eum ... mungkin kurang tidur. Semalam sakit kepala sampai pagi dan sedikit mual," jawabnya berusaha menghindar dari mata tajam Banyu.

Seruni jadi salah tingkah karena tidak biasanya bosnya itu bersikap seperti ini.

"Kalau sakit kepala kenapa kamu bisa sesegar ini dan kenapa kamu bisa duduk menemui pria tadi. Siapa namanya?"

"Dia Tio. Masa sudah lupa? Kan barusan kenalan?" cetusnya sedikit kesal.

"Sudah ke dokter?" Kembali Banyu bertanya seolah mengabaikan jawaban Seruni.

Perempuan di depannya itu menggeleng cepat.

"Saya udah baikan kok, Pak. Jadi nggak perlu ke dokter." Kali ini dia merasa kesal karena Banyu seperti tengah mencurigai dirinya.

"Seruni."

Seruni menoleh ke bosnya. Biar bagaimanapun peristiwa semalam cukup membuatnya sedikit gak nyaman. Karena lagi-lagi Oma Rima kembali menyinggung tentang kelebihan Wina dan ketidakberdayaan dirinya soal tanaman.

Meski dia bisa memaklumi hal itu, tetapi, tetap saja dia merasa sedang dibandingkan dengan perempuan yang digadang-gadang akan dinikahkan dengan bosnya itu.

Selain kesal karena Oma Rima, ada satu lagi yang menjadikan alasan semalam tidak jauh bisa memejamkan mata. Peristiwa di dalam mobil yang hampir saja membuat dirinya memekik tak percaya semalam.

Banyu dengan lembut meminta maaf atas apa yang diucapkan Oma padanya, dan satu lagi, hampir saja hidung mancung Banyu menyentuh pipinya ketika pria itu berinisiatif memakaikan sabuk pengaman.

Deadline untuk Seruni (Tamat -segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang