Melihat wajah kusut Seruni membuat dahi Wulan berkerut. Menyenggol lengan Tio dia memberi isyarat agar memperhatikan paras sahabat mereka.
"Lo kenapa, Run?" tanya Tio sembari memiringkan kepalanya menatap Seruni. "Muka ditekuk gitu?"
Seruni menghempas tubuhnya di kursi. Wajahnya benar-benar terlihat kesal. Bertemu Andro bukan keinginannya, meski sudah bisa move on, tetapi dia masih tidak bisa menghilangkan rasa benci pada dirinya sendiri yang dengan mudah percaya pada semua yang dikatakan Andro kala itu.
Kini saat dia sudah bisa memupuk banyak asa dengan Banyu, justru pria itu datang dan mengingatkan kembali peristiwa yang membuat dirinya sempat terpuruk.
"Seruni! Lo gue pesenin soto Betawi, lo mau, kan?" Wulan membuka pembicaraan saat pelayan mengantarkan pesanan mereka.
"Thank you, Lan." Seruni mengangguk kemudian meneguk air jeruk nipis kesukaannya hingga tandas.
Melihat gelagat aneh dari sahabatnya, Wulan mendelik kalau menoleh ke Tio yang sedang menerima telepon dari rekan kerjanya.
"Seruni, lo kenapa sih?"
Menarik napas dalam-dalam, Seruni membalas tatapan Wulan.
"Gue ketemu Andro barusan!"
"Hah? Serius?"
Mengangguk, Seruni mulai mengaduk soto di depannya.
"Terus?"
"Gue tabok dia tadi!" jawaban santai sembari memasukkan sesendok soto ke mulutnya.
Mendengar jawaban Seruni, Tio terkikik sembari menjauhkan ponsel dari mulutnya. Pun demikian dengan Wulan. Perempuan yang sangat mengetahui kisah hidup Seruni itu tak mampu menahan tawa. Sementara Seruni justru mengedikkan bahu dan kembali menikmati makanan di depannya.
"Seruni gue kembali!" seru Wulan masih dengan tawa.
"Terus? Kenapa lu malah kelihatan kesal, Run?" tanya Tio setelah mengakhiri obrolan dengan rekan kerjanya.
Menggeleng cepat, Seruni menjawab, "Seperti biasa, dia meminta maaf dan masih mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi waktu itu!"
"Lalu?" kejar Wulan.
"Ya gue nggak mau dengerin lagi. Basi udah! Untuk apa lagi? Toh dia sekarang udah happy! Dan gue juga udah nggak butuh penjelasan apa pun lagi!"
Wulan mengangguk, lalu mulai menikmati hidangan pilihannya. Tampak Tio mengambil beberapa kali sambal untuk diletakkan ke mangkuknya.
"Raja pedas! Ati-ati lu, Tio, perut sakit lagi!" Wulan mengingatkan.
"Nggak sesakit saat aku mendengar Seruni bakal melepas masa jomlonya, Lan!" kelakarnya sambil melirik Seruni.
"Mulai lagi deh! Jangan bikin gue berada pada pilihan yang sulit deh, Tio!" Seruni menimpali candaan Tio.
Mereka kemudian tertawa renyah menikmati kebersamaan senja itu.
**
Mengenakan gaun panjang berwarna marun, dengan kerah asimetris, Seruni terlihat sangat cantik dengan leher yang berhias kalung mutiara. Malam itu dia dan keluarganya diundang makan malam oleh keluarga Banyu.
Kemarin siang, Banyu banyak bercerita tentang perubahan omanya pada Seruni. Berulangkali Rima memintanya agar segera mengundang keluarga Seruni untuk datang ke rumah mereka.
"Mama adalah orang yang paling repot jika ada acara makan malam. Karena beliau orangnya paling tidak suka ada ketidaksempurnaan dalam hal sajian. Jadi saat aku datang, Mama langsung memintaku untuk mengantar ke katering milik Tante Ayu teman dekat Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadline untuk Seruni (Tamat -segera terbit)
Ficción GeneralBercerita tentang seorang perempuan yang memutuskan untuk berhenti menjalin hubungan dengan lawan jenis karena luka masa lalu. Namun, keluarganya justru tak henti mendesak agar dia segera menemukan jodoh dan menikah sebelum usia tiga puluh. Saat dia...