Mengejutkan

57 14 0
                                    

" Agen mimpi, temani aku yukk.. " Agi berbisik padaku sambil memasukkan bukunya ke dalam tas. Sengaja dia berbisik, untuk melindungi kata agen mimpi yang absurd itu.

" Kemana? " Aku menjawab penuh antusias.

" Base camp kedua kita. Perutku lapar nih, sekalian aku mau cerita sesuatu.. " Agi bersemangat.

" Base camp kedua? Maksud kamu, warung bakso Mang Udin? Hahahah.. " 

" Ya iyalahh. Base camp satu kan kantin, base camp dua ya di tempat Mang Udin dong. Ayo buruan! " Agi sudah bangkit berdiri. Tidak sabaran sekali. Aku buru-buru membereskan buku yang masih ada di meja. Lalu menyusul Agi yang sudah berjalan meningalkan kelas. Lihatlah, betapa mirip dia dengan Mili, memaksa dan terburu-buru.

Aku berdiri di gerbang sekolah, menunggu Agi mengambil motor yang diparkir. Warung Mang Udin dekat dengan sekolah kami. Aku memang sering makan di sana. Dari SMP malah. Agi juga sering ku ajak makan di sana. Lama-lama malah dia menyebut warung Mang Udin sebagai base camp.

Kurang dari 10 menit, kami sampai. Warung Mang Udin sedang sepi. Maklum, ini bukan jam makan siang. Kami datang selepas jam tambahan di sekolah. Mang Udin menyambut kami, dengan senyum. Tidak perlu repot-repot sampaikan pesanan. Cukup aku berkata, " Biasa mang.. " Maka Mang Udin akan segera mengantarkan bakso kami. Kami mengambil posisi di tengah warung, tepat bersebelahan dengan jendela warung.

" Sumpah, ujian Matematika tadi aku nggak konsen banget ! " Aku menggerutu sendiri. Tak tahan menyimpan kekesalanku saat ujian tadi.

" Kamu nggak belajar, ian? Ups, aku lupa, kamu kan matematikaitis " Agi memasang tanpang jahil.

" Meski matematikaitis, tapi kalo ujian aku belajar dong. Semalem aku udah belajar, tapi Dion rewel banget! Bongkahan legonya hilang. Dia nangis semaleman sambil acak-acak isi rumah. Gimana mau belajar dengan khusyuk coba? " 

" Hahahaa.. Kasian dehh. Makanya belajar dari sore dong, ini malem doang belajarnya " Agi terpingkal. 

" Rencanaku sih mau ke Abulia, menemui peramal dan melihat dimana lego Dion sebenarnya. Habis anak itu nggak diem-diem. Tapi waktu aku ke Abulia, peramal lagi ada tugas penting.. " 

" Coba aja aku bisa jadi kayak dulu.. Mungkin barang-barang yang terselip di rumah aku bisa cari sampai ke sela-selanya" Agi berbisik. Pelan. Tapi aku menangkapnya melalui pendengaranku. Aku menoleh heran ke arah Agi. Tatapan Agi kosong.

" Seperti dulu? Maksud kamu Gi? " Aku bertanya.

" Iya.. Dulu aku punya bakat khusus seperti kamu.. Berubah menjadi kecil dan bersayap.." Agi masih memandang ke depan dengan tatapan kosong.

" What? Serius? Tapi.. gimana bisa? " Aku antusias. Saking anusiasnya aku sudah sedikit berteriak. Untung warung sedang sepi.

Mang Udin datang membawa nampan berisi dua mangkuk bakso pesanan kami. Tatapan kosong Agi buyar. Aku harus menunggu sampai bakso ini habis. Baru aku akan tau masa lalu Agi yang mengejutkan itu. 

------------------------------------------------

Agi melemparkan tas nya di atas tenpat tidur. Dia merebahkan badan melepas lelah. Baju putih biru nya masih melekat di badan Agi yang jangkung.Tangannya meraih guling yang ada tak jauh darinya. Tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang asing tertindih oleh punggungnya. Begitu Ia bangkit, Agi menemukan cincin aneh yang tentu saja bukan miliknya. 

Iseng. Dikenakannya cincin itu di jarinya. 

Swingggggggg. 

Semua bercahaya putih dan silau. Mata Agi menutup rapat.

Begitu cahaya hilang. Agi membuka mata. Badannya telah  mengecil dan bersayap.

Agi panik. Dilepaskannya cincin itu dari jarinya. Semua kembali seperti semula.Cepat. Tapi tak terlupakan.

--------------------------------------

" Lalu, dimana cincin itu sekarang? " Aku bertanya penasaran pada Agi.

" Aku telah menguburnya di tanah. Sudah lama sekali. Aku bahkan hampir  lupa tempatnya. Aku kuburkan saat rumahku masih di Padang "

" Kenapa dibuang? Aku kan pengen coba juga Gi rasanya jadi kayak peri " 

" Nggak bisa, Dian. Efek cincin itu cuma berlaku sama aku. Aku coba pakein cincin itu ke adik aku, tapi nggak ada efek apa-apa .. "

" Iya terus kenapa dibuang, Agi? " 

" Buat apa. Toh, enakan jadi diriku sendiri yang biasa-biasa aja. Kalo nanti gara-gara ada yang melihatku berubah terus jadi masalah, kan ribet. Yah aku buang aja nggak sejak aku nemu cincin itu " 

" Huh. Harusnya kamu simpen aja. Siapa tau berguna "

" Sudahlah " Agi menanggapi dengan malas.

Pasti asyik, kan bisa menjadi peri seperti itu. Tapi, pikiran Agi nampaknya berbeda. Baiklah. Tidak akan ku ungkit lagi. Sepertinya Agi tidak terlalu suka membicarakan masa lalu.

ABULIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang