" Dian, seharusnya kau tidak datang hari ini .. " Mili menyambutku dengan ekspresi yang tak biasanya. Aku mengernyitkan dahi lalu berkata, " Kenapa? "
Mili mengedarkan pandangan. Spontan aku ikut mengedarkan pandangan, seperti apa yang Mili lakukan. Rumah-rumah warga di Abulia hancur. Rata dengan tanah. Tanaman dan pohon tumbang dan berserakan memenuhi jalan setapak. Ku lihat garis yang menggambarkan keretakan di tanah. Badanku oleng ke kanan dan ke kiri. Tanah ini seperti bergerak!
" Bagaimana semua ini bisa terjadi? " Aku bertanya pada Mili.
" Abulia semakin hancur. Semua orang membenci mimpi mereka. Kami tidak bisa lagi memperbaiki semua ini " Mata Mili mulai berkaca.
Astaga. Ternyata aku belum melakukan apapun sebagai agen mimpi. Aku belum memiliki peran apapun memperbaiki Abulia!
" Maaf Mili. Aku belum mengerjakan apapun sejak aku menjadi agen mimpi. Aku belum bisa melakukan apapun untuk membantu Abulia.. "
" Maka kau harus lakukan sesuatu sekarang! Bantulah kami "
" Apa yang harus aku lakukan? "
" Ada satu cincin yang bisa mengubah siapapun yang memakainya menjadi peri kecil bersayap. Tabib bilang cincin itu ada di dunia. Carikan kami cincin itu secepatnya, Dian. Atau .. Abulia akan hancur. Selamanya. "
APA? Cincin yang bisa mengubah pemakainya menjadi peri kecil bersayap? Itu cincin milik Agi!
Tapi, cincin itu kan, dikuburkan Agi di salah satu tempat di Padang. Itupun Agi lupa tempatnya!
" Baik aku akan segera kembali. Aku akan berusaha membantu Abulia "
" Sebelum kau mendapatkan cincin itu, ku mohon kau jangan datang ke Abulia. Kau tidak pantas menyaksikan kekacauan ini "
Aku mengangguk. Aku segera meninggalkan Abulia
—————————-
Begitu terbangun aku langsung meraih handphone ku dan menelpon Agi. Ku lirik jam yang bertengger di dinding kamarku. Masih jam 11. Ku harap Agi belum tidur.
" Halo .. " Suara Agi terdengar dari seberang sana
" Agi, maaf mengganggumu malam-malam begini. Aku butuh bantuanmu.. "
" Bantuan? Bantuan apa Dian? "
" Aku butuh cincinmu. Cincin yang pernah kau ceritakan itu. Yang mampu mengubahmu menjadi peri kecil.. " Aku tergesa-gesa.
" Untuk apa? "
" Abulia membutuhkan cincin itu. Hanya cincin itu yang bisa menyelamatkan Abulia dari kerusakan parah yang saat ini terjadi di sana "
" Tapi.. Aku benar-benar lupa dimana aku menguburkannya.." Suara Agi terdengar lemas. Aku menggigit bibirku.
" Agi.. kumohon. Temukan kalung itu.. " Mataku panas dan mulai berair.
" Tapi.. "
" Atau Abulia akan hancur.. " Aku sempurna terisak sekarang
" Baik-baik. Aku akan mencoba mengingatnya.. " Ucapan itu menenangkanku. Sekaligus membuatku bertanya, apakah dia mampu mengingatnya?
———————————-
Aku melihat Agi telah duduk manis di kelas pagi ini. Aku spontan berlari mendekatinya. Tentunya siap memuntahkan pertanyaan seputar pembicaraan penting tadi malam.
Sebelum aku membuka mulut dan bertanya, Agi berkata " Aku nggak ingat lagi tempatnya Dian".
Lututku lemas. Aku langsung menjatuhkan badanku di kursi sebelah Agi. Abulia sungguh akan hancur.
Mataku berair. Aku menenggelamkan wajahku dengan telapak tangan. Agar semua orang tak melihat aku sedang menangisi kehilangan Abulia. Tapi seseorang mengacak-acak rambutku dengan kasar. Aku membuka telapak tanganku. Siap menerkam orang yang beraninya menyentuh kaca yang sudah retak. Mood ku sudah sangat rapuh. Disenggol sedikit saja bisa pecah!
Tapi tiba-tiba aku mendengar Agi berkata, " Becanda. Aku udah inget kok tempatnya "
Mataku menatapnya dengan tatapan memelas. Sebenarnya dia ini mempermainkanku atau apa?
Yang ditatap malah cengar-cengir. Kalau bukan karena dia sahabatku dan yang akan membantuku, dia sudah ku.. (Isi sendiri ya sesuai keinginan kalian :D )
Aku bersyukur Agi mampu mengingat tempat dia menguburkan cincin itu. Langkah selanjutnya, Agi meminta bantuan teman sepermainannya di Padang untuk mencari cincin itu. Lalu jika cincin itu ditemukan, cincin itu akan segera dikirim ke alamatku dan aku akan membawa nya ke Abulia.
" Ku harap temanmu itu bisa cepat menemukan cincin itu.. " Aku membuka percakapan setelah bel pulang sekolah berbunyi. Pelajaran hari ini tak memungkinkan kami untuk sering membuka mulut disela pelajaran.
" Dia sudah mencarinya sejak tadi pagi. Kebetulan sekolahnya libur hari ini. Kapan batas waktu cincin itu harus dibawa ke Abulia? " Agi menjawab sambil membereskan buku-bukunya.
" Tidak ada batas waktu, Agi. Kita harus secepatnya membawa cincin itu sebelum Abulia hancur tanpa aku ketahui "
Drettt..drett..
Handphone Agi yang sejak tadi diletakkan di meja bergetar. Agi membuka handphone nya. Wajahnya berubah seketika. Dia menatapku sambil tersenyum, lalu berkata " Cincinnya ketemu!!!! "
—————————
Setelah menanti berhari-hari, cincin ini sampai juga ketanganku melalui pos. Entah bagaimana perasaanku saat ini ketika mengenggam cincin yang akan menjadi penyelamatt Abulia. Disatu sisi aku senang, cincin itu ditemukan. Itu artinya Abulia masih memiliki harapan.
Disisi lain aku heran. Bagaimana cincin itu masih tetap di sana? Bisa saja kan, hewan mengais tanah, menemukan cincin itu, lalu dibawa entah kemana, dan cincin itu hilang? Tapi untunglah cincin itu ditemukan.
Di sisi yang lainnya, aku penasaran dan sedih. Apakah tepat waktu aku membawa cincin ini ke Abulia malam ini? Ini sudah 5 hari setelah menyaksikan sendiri kehancuran Abulia. Apakah aku terlambat?
Aku menutup mata menuju Abulia..
Notes :
Haiihaiii, maaf sekali part ini slow update. Gimana pendapat kalian soal part ini? ._.
Sengaja dipotong biar seruu wkwkw
Voment yaaaaaa. Thankyou :-) :-)
![](https://img.wattpad.com/cover/35061172-288-k478855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ABULIA
NouvellesAbulia bukanlah nama. Abulia bukan juga istilah yang mengkiaskan sesuatu. Abulia adalah tempat. Tempat tak beralamat. Tempat penuh misteri. Abulia bukan tempat tujuan liburan, tapi tempat menjalankan misi.