Am I Late?

65 15 0
                                    

Pintu bercahaya datang. Aku memegang gagang pintu dengan gemetar.

Apa yang akan aku lihat di Abulia sebentar lagi? Atau Abulia telah tiada?

Pintu ku buka lebar-lebar. Namun yang ada di balik daun pintu itu hanya kegelapan.

Tak ada Mili. Tak ada pepohonan atau jalan setapak yang biasa aku temukan di depan daun pintu ini.

Mataku barair. Tak sampai beberapa detik kemudian air mataku meluncur indah. Pipiku bagai anak sungai yang mengalir. Kakiku gemetar. Sepertinya aku terlambat.

Aku mencoba melangkah masuk. Sekalipun kegelapan ada di hadapanku. Aku melangkah dengan lutut yang gemetar. Hanya dua langkah saja. Aku tak mampu melangkah lebih jauh. Aku terisak.

" Dian..." Aku seperti mendengar seseorang memanggil namaku. Tapi suara itu pelan sekali. Aku mencoba menahan isakan dan mempertajam pendengaranku.

" Diann..." Aku mendengar suara itu lagi.

" Siapa di sana? " Aku mencoba berteriak. Tentu sambil menahan isakan.

" Di bawah kakimu Dian.. " Suara itu muncul lagi.

Aku mencoba merunduk dan meraba-raba apapun yang ada di bawahku. Aku terus meraba. Tiba-tiba aku menyentuh sesuatu. Aku meraba benda itu lagi. Teksturnya seperti rambut.

" Ini aku, Mili.. " Kali ini suara itiu terdengar dekat.

" Kau Mili? Mili kau masih hidup? Aku membawa cincin itu Mili. Katakan bahwa aku belum terlambat " Aku mencoba memeluk tubuh Mili yang tak terlihat karena gelap. Air mataku meleleh lagi.

Mili diam. Dia menarik tanganku dan menarik tubuhku berdiri. Dia lalu membawaku berlari. Berlari dalam kegelapan.

" Kita mau kemana Mili? " Aku masih menangis. Semua gelap. Aku tak melihat apapun. Mili diam.

Setelah berlari entah telah sejauh apa, Mili memperlambat larinya dan perlahan mulai berhenti berlari.

" Maaf, aku terlambat " Aku menangisi kegagalanku.

" Berikan cincin itu.. " Mili meminta. Aku meraba-raba sekitar, mencoba menemukan tangannya. Kuberikan cincin itu pada Mili.

Aku tak tahu apa yang Mili lakukan. Tapi seperti ada suara seolah Mili baru saja melakukan sesuatu. Ku dengar suara melenting. Seperti suara jarum jatuh.

" Aku telah melakukan usaha terakhir. Aku telah melemparkan cincin itu. Jika memang belum terlambat, harusnya kekuatan cincin itu masih bisa mengubah Abulia. Jika tidak, Abulia benar-benar telah hancur dan akupun akan segera hancur " Mili berkata pelan.

Kami diam untuk beberapa detik. Menunggu jawaban yang sebenarnya. Tapi tak ada perubahan apapun. Semua tetap gelap. Mili memelukku sambil menangis. Aku ikut menangis. Tak kusangka secepat ini Abulia akan hancur.

Tapi tiba-tiba....

Seberkas cahaya muncul, kecil sekali. Lama-lama membesar, dan menyilaukan mata. Aku menutup mataku erat karena sangat silau. Aku hilang kesadaran.

—————-

Seseorang mengguncang bahuku berkali-kali. Aku membuka mata perlahan.

Terang sekali. Aku memicingkan mata. Mili yang pertama kali ku lihat.

Mili? Ya Tuhan apakah Abulia kembali?!

Aku memaksa membuka mata lebar-lebar dan langsung mengedarkan pandangan. Rumah warga, jalan setapak, pohon, tanaman....

Mili memelukku " Kau melakukannya Dian.. Terimakasih. Abulia telah kembali !! "

Aku tak percaya melakukan ini semua.

Agi terimakasih.

Notes :

Mengalir begitu saja semuanya diotakku^^ Gimana nih readers, sense yang ada di otakku nyampe ke kalian nggak? Hehehe

Kasih komen kalian tentang part ini dongg ._.

Jangan lupa vomentt yaaaaah. Thankyouu :-)

ABULIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang