Pesan Terakhir

25 2 0
                                    

Hallo, ini Arsy tokoh utama yang selalu muncul di setiap part

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo, ini Arsy tokoh utama yang selalu muncul di setiap part. Tokoh yang selalu membagi kisah dirinya dengan Arlen kepada kalian.

Sebelum kalian benar-benar masuk ke dalam isi pesan ini. Gue minta tolong untuk membaca Pesan Terakhir gue dengan rileks dan sunyi. Di harapkan kalian tahu bagaimana perasaan gue yang sesungguhnya setelah membaca pesan ini hingga selesai.

Kita kembali ke halaman pertama.

Pertemuan antara gue dan Arlen terjadi begitu saja. Awal-awal jadi anak baru di sekolah kami, gue enggak pernah lihat sosok Arlen. Barulah setelah penentuan kelas permanen gue benar-benar lihat sosoknya. Gue akui di antara laki-laki yang lain di kelas gue, saat itu, Arlen lah yang mampu menarik perhatian gue. Awalnya gue enggak ada niatan untuk suka sama dia. Hanya penasaran dan berniat kenal dia sebagai seorang teman. Tapi rupanya, rasa penasaran gue berlayar terlalu jauh. Sampai akhirnya gue terjebak pada rasa suka itu. Sampai detik ini.

Singkat cerita, gue makin kenal dia. Yang awalnya hanya tahu nama dan sekarang gue tahu dia orang yang seperti apa. Dia baik, udah cukup itu aja yang bisa gue katakan. Jangan memuji sosoknya terlalu berlebihan. Nanti dia kegeeran. Dari sini pasti kalian sudah tahu, bagaimana gue bisa kenal sosoknya lebih jauh dari hanya sekedar nama. Lama kelamaan gue makin suka, suka, suka, suka, dan suka. Di sinilah gue, berada pada kebiasaan yang selalu ingin gue hindari. Gue paling enggak bisa menahan diri gue untuk tidak memiliki barang yang sama dengan orang yang gue suka. Ya memang enggak selalu sama, tapi sering kali ada kemiripan antara barang yang di punyanya dengan barang yang BARU gue punya.

Ada satu barang milik gue yang memang terbilang mirip dengan barang milik Arlen. Di sini gue sadar betul kalau apa yang gue lakuin sudah lewat dari batasan yang gue buat sedari awal. Gue pun yakin, Arlen juga sudah sadar kalau gue suka sama dia. Gue benar-benar pasrah kalau kisah terburuk gue akan terulang lagi di sini.

Mari ke halaman selanjutnya.

Di kelas sepuluh semester dua, mulai ada rasa enggak nyaman antara gue sama Arlen. Seperti dugaan gue sebelumnya, Arlen sadar kalau gue tertarik sama dia. Ya, walaupun gue enggak tahu langsung tapi dari gerak-geriknya udah cukup nunjukin kalau dia nggak nyaman dengan kehadiran gue di sekitarnya. Intinya di sini, Arlen mulai menghindar dari gue. Setiap kerja kelompok sama sekali nggak mau natap gue, nggak mau balas omongan gue, kalau mau pinjem barang gue pun dia selalu minta tolong ke orang lain, sama sekali nggak mau balas pesan gue (padahal penting, Len), dan satu hal yang bikin gue harus benar-benar nyerah detik itu juga! Gue yang cuman presentasi di depan aja, dia sama sekali nggak mau lihat gue. See? Seberapa besar tekad gue untuk berhenti suka Arlen.

Berharap dan memohon ke Tuhan dan diri sendiri untuk jaga jarak sama Arlen, Tuhan benar-benar kasih bantuan. Jaga jaraknya lama, loh! Setahun setengah kayanya ada. Tapi lumayan, bisa bikin perasaan suka gue hilang dengan perlahan. Coba cari hiburan sana-sini biar ngelupain sosok Arlen. Coba beralih suka ke Idol asing, nonton banyak film dan drama, baca webtoon, coba hal baru dengan pelihara ikan, pergi ke mall seorang diri, sampai ikut kelas bahasa asing. Itu semua gue lakuin biar ada kesibukan di diri gue.

the Arsy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang