Chat Arlen

21 2 0
                                    

Rupanya di akhir jam pelajaran guru gue yang mengajari pelajaran Matematika memberikan tugas kelompok untuk dikerjakan dirumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rupanya di akhir jam pelajaran guru gue yang mengajari pelajaran Matematika memberikan tugas kelompok untuk dikerjakan dirumah. Materinya sama dengan materi soal yang di berikan minggu lalu. Bedanya, di tugas kali ini kita disuruh untuk lebih menjelaskan cara perhitungan dari rumus yang ada. Bentuk tugasnya presentasi, jadi gue dan teman-teman kelompok gue nggak perlu berkumpul disatu tempat. Karena gue juga terlalu males untuk ngumpul di rumah orang lain jadi gue bilang ke teman-teman gue "kita kerjain masing-masing aja dirumah sesuai dengan bagiannya. Kurang lebih H-2 jadwal mata pelajarannya tiba kalian harus bisa kumpulin itu semua ke gue melalui personal chat. Supaya kita bisa santai kerjain tugasnya, dan gue juga santai untuk nyusun materi dari kalian", ucap gue berusaha tegas.

H-3 dari jadwal mata pelajaran, gue udah wanti-wanti semua anggota gue untuk jangan telat kirim 'bagian'nya. Bahkan gue chat satu persatu secara personal, untuk mengantisipasi kalau-kalau pesan gue yang ada di group chat tenggelam. Hal yang gue tunggu pun tiba. Nge-chat Arlen.

Arlen, ini gue Arsy. Jangan lupa ya materi bagian lu kirim ke gue sesegera mungkin. Terima kasih.

Ok. Gue yang bagian C kan?

Iya

Enggak ada angin enggak ada hujan, gue dengan bodohnya malah terus natap ponsel dengan harapan Arlen balas chat gue. Emang apa yang harus di balas? Orang dia nanya gue jawab. Bukan gue nanya dia jawab. Aneh!

Pas gue sadar situasi ini enggak memungkinkan untuk Arlen balas chat gue, akhirnya gue meletakkan ponsel di sofa dan melanjutkan aktifitas gue yang tertunda. Makan.

Setelah selesai makan dan melaksanakan shalat Maghrib, gue cek ponsel dan rupanya ada notif masuk dari Arlen.

Ini gue tulis penjelasan rumusnya aja atau kasih contoh juga?

Kalau bisa tambahin contoh, boleh kok. Satu atau dua enggak masalah

Lagi dan lagi gue nunggu pesan dari Pangeran Berkuda ini. Heran! Ini gue emang bodoh apa di bodoh-bodohin, sih? Udah tau dari tadi gue di anggurin masih aja harapin chatnya di balas kilat. Dan enggak butuh waktu lama pesan gue terbalaskan. Iya, baru pesan belum perasaan.

Siap
Balasnya setelah kurang lebih 3 menit gue nunggu.

Cuman kata yang berisi empat huruf aja gue perhatiinnya berkali-kali gimana kalau kalimatnya panjang dan beribu kata? Kayanya bakalan gue baca terus sebelum tidur.

***

Hari ini hari Jumat, kebetulan gue ada janji sama teman gue di hari Sabtunya. Iya, besok. Gue dan teman gue akan pergi ke salah satu Mall yang berlokasi di Bekasi. Karena gue dan teman gue ini memang sama-sama menetap di Bekasi, cuman bedanya dia Bekasi Utara sedangkan gue Bekasi Barat.

"Put, gue besok mau hangout, dong", ucap gue dengan senyum sumringah.

"Kemana? Ajak gue, dong! Bosen banget, nih, gue. Setiap ngajak teman enggak ada yang mau ikut"

"Yah, enggak bisa, Put. Gue enggak enak juga sama teman gue masa tiba-tiba bawa orang lain yang enggak dia kenal. Lagian nanti jatuhnya gue bingung mau ngobrol sama siapa, kan beda pembahasan", ucap gue dengan harapan Putri mengerti maksud gue.

"Emang Mall mana, sih?"

"Itu Mall Bekasi situ"

"Yah jauh juga, sih, dari rumah gue. Ya udah pergi, deh, lu sana sama teman lu. Tapi besok-besok lu harus pergi sama gue ke Mall di Jakarta"

"Hahaha.. siap tuan Putri"
Situasi di kelas memang sedang ramai-ramainya. Padahal sudah jam pulang, tapi karena sedang turun hujan jadi teman-teman sekelas nunggu dulu hujannya reda. Tapi kalau gue masih di sekolah bukan buat nunggu hujan reda. Melainkan sehabis ini gue harus ekskul buat latihan tampil di salah satu acara yang di selenggarakan OSIS.

***

Di hari esoknya, gue di kabarkan akan pergi ke acara keluarga yang memang di adakannya mendadak. Mau enggak mau gue harus batalin janji yang gue buat ke teman gue. Gue udah berusaha ngerayu orang tua gue supaya gue di rumah aja, jadi gue bisa pergi sama teman gue. Karena gue udah rencanain ini semua dari jauh-jauh hari tapi malah gue batalin dengan sepihak. Cuman ya namanya orang tua pasti mengeluarkan kata-kata yang bikin gue mengalah.

"Kamu kan bisa pergi sama teman kamu waktu-waktu lain. Lah kalau sama keluarga emang bisa setiap saat? Harus nentuin jadwal satu sama lain dulu kan, dek?", ucap Bapak.

"Iya, tapi kan aku udah bilang ke Bapak sama Ibu dari jauh-jauh hari kalau hari ini aku ada janji sama temanku"

"Coba kamu chat temanmu itu dulu. Bilang kalau kamu enggak bisa nepatin janji, ya kalau boleh, sih, ganti hari aja. Kan bisa minggu depan lagi soalnya kita nginep kalau janjiannya di ganti besok pun enggak akan keburu"

"Iya"

Untungnya setelah gue batalin janji itu teman gue mengerti dan memahami kondisi gue. Jujur gue enggak enak banget karena suka batalin janji secara sepihak kaya gini. Tapi mau gimana lagi? Gue juga udah usahain rayu bokap-nyokap tapi tetep enggak di izinin.

***

Kembali ke rutinitas sehari-hari sebagai murid terpelajar. Hari ini enggak seseru hari-hari sebelumnya. Entah mengapa mood gue lagi enggak bisa di ajak happy. Mungkin karena lagi memasuki masa datang bulan hari pertama, jadi mau apa-apa bawaannya nanti-nantian, males, rebahan, senderan. Intinya hari ini jadi hari Cakwe! Karena gue kaya manusia tanpa tulang, malas banget bawaannya cuman gerak dikit aja. Di saat jam istirahat, gue di kelas karena lagi berhalangan untuk shalat. Enggak sendirian, sih, masih banyak juga teman cewek yang lain yang sama dengan gue. Gue hanya main ponsel tanpa henti, menonton YouTube, dengerin musik, scroll Instagram, baca Webtoon, pokoknya buka-tutup aplikasi yang ada di ponsel gue. Lalu pintu kelas terbuka lebar menandakan ada orang luar yang masuk, dan itu Arlen bersama teman-temannya. Dia habis shalat Dzuhur, gue kaget juga enggak biasanya dia cepat banget balik ke kelas. Karena yang udah-udah kalau dari kegiatan kesehariannya dia pasti bakalan ke kantin dulu untuk jajan. Yang paling sering gue denger, sih, makan Bakso. Gue sering banget denger dia ngajak teman-temannya untuk makan Bakso sehabis shalat Dzuhur, jadi gue pikir Bakso emang makanan andalan dia sehabis shalat. Mungkin kali ini lagi enggak.

"Oh, iya. Kemaren pas hari Jumat gue abis dari Mall Bekasi", ucap Arlen ke salah satu temannya sembari mengikat tali sepatu. Gue yang sedari tadi fokus mendengarkan musik, jadi tak tertarik. Karena pembahasan Arlen lebih menarik, gue pun melepas earphone sebelah kiri dari telinga gue.

"Iya? Sama siapa lu ke sana, Len?"

"Sama teman gue"

Gue heran, emang kemarin gue ngomongnya kenceng banget, ya? Sampai-sampai Arlen denger sama apa yang gue omongin. Seinget gue juga, pas gue ngobrol sama Putri si Arlen fokus mainin handphone-nya. Tapi, kok, bisa sama ya lokasi dan waktunya? Masa iya dia nguping?.

firdaarich, June 20 - 2021
Terima kasih sudah mau menunggu update-an cerita ini💖

the Arsy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang