17 : 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙚𝙟𝙪𝙩𝙖𝙣

2.3K 221 84
                                    

🌆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌆

arkan kadipta's point of view


katanya, banyak orang yang bilang, kematian adalah cara kehilangan yang paling adil di muka bumi ini.

dan kalau boleh saya bilang, itu omong kosong. alias bullshit. ga ada bagian yang bisa di rasa adil dari sebuah kehilangan.

tahun keempat sejak terakhir kali saya meninggalkan kota yang pernah jadi bagian paling indah dalam hidup saya, semuanya masih sama. dukanya masih sama, dan alasannya juga masih sama.

kembali lagi ke kota ini, sejujurnya adalah pilihan yang kurang tepat. tapi mau gimana lagi? saya rindu pada seseorang yang raga nya udah ga bisa saya peluk lagi.

dia zidan. yang dulunya remaja enam belas tahun. yang pernah bilang suka sama cemerlangnya senyum saya. tapi dia sendiri yang jadi alasan saya kehilangan senyum cemerlang.









🌆












malam itu adalah bagian paling buruk dalam hidup saya. harusnya ga perlu lagi saya ceritakan gimana anak itu tertidur di hadapan saya. segalanya tentang malam itu adalah luka, tapi saya tau, kalian juga perlu tau.






















terakhir kali sejak saya ngelihat zidan baik-baik aja adalah ketika akhirnya saya memutuskan untuk pulang kerumah atas permintaan pak tria. zidan berdiri dan ngeyakinin saya ga akan ada hal buruk yang terjadi malam itu. bodohnya ya saya percaya.

sampai ketika diperjalanan, ponsel saya berdering menampilkan namanya di layar. dia bersuara kesakitan, meminta saya menemuinya untuk terakhir kali. katanya ada sesuatu yang harus dia sampaikan.

ternyata ucapan selamat tinggal.
















saya sampai di lokasi dimana beberapa laki-laki dewasa tangannya sudah ditahan oleh polisi. yang lainnya memberontak, tapi yang satu melihat korbannya dengan rasa bersalah. tentu saya kenal dia, dia adalah kakak dari salah satu siswa saya, yedam.

terlepas dari keterkejutan saya saat itu, saya langsung menyelinap masuk saat melihat tubuh zidan dibawa brankar masuk kedalam ambulan.

saya ga bisa berkata ketika dihadapan saya, zidan sedang berlinang air mata dengan tatapan kosong. waktu itu dia masih belum nyerah. saya lihat bajunya udah dia sobek buat ngehentiin pendarahan di area lehernya. bahkan disaat-saat terakhirnya, dia masih bisa jadi sosok cerdas dengan pemikiran yang cepat.

"zidan" saya panggil dia.

dia balas tatap saya dengan napas tersengal, "maaf" katanya.

saya yakinin dia kalau semuanya bakal baik-baik aja. tapi dia menggeleng. dia bilang, "saya lebih tau soal ini daripada pak arkan"

[✓] 𝙗𝙖𝙥𝙖𝙠 𝙛𝙞𝙨𝙞𝙠𝙖 ┊ 𝙢𝙖𝙧𝙠𝙨𝙪𝙣𝙜 𝙖𝙪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang