Epilog I

128 21 4
                                    

Untuk Geonhak:

Pertama kali menulis di atas kertas dengan pena yang mulus membuatku sangat gugup. Tapi aku tahu, tulisanku pasti akan sangat mudah dibaca. Aku lebih sering mengikuti kelas menulis daripadamu, jadi berusahalah untuk menafsirkannya dengan baik.

Baiklah... Apa kabar? Ini akan sangat berantakan. Aku menulis di situasi yang tidak bagus, jadi aku akan mengatakan apapun yang ada di pikiranku.

Aku harap kau tidak sedang kelaparan.

Kau tahu, aku sedang mengalami rut. Sekarang. Memalukan sekali.

Ini menyebalkan. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dan rasanya aku mau gila menghadapinya sendirian.

Kau menangis di heat pertamamu dan sekarang aku tengah merasakan hal yang serupa.

Tidak ada Omega di sini, kalau kau mau tahu. Tidak selain dirimu.

Kau sendiri bagaimana? Aku meninggalkanmu di saat kau heat... Aku sangat bodoh, bukan? Maaf aku tak sanggup mencarimu. Aku sudah kehilangan indra penciumanku.

Kuharap kau hidup dengan baik, bertemu dengan Alpha yang melindungimu. Kuharap dia memberikan gigitan klaim yang tak menyakitkan. Karena kau Omega yang baik.

Aku rasa cukup sampai di sini dulu.

Aku tak bisa menceritakan apapun. Semuanya masih terasa sakit.

Aku merindukanmu. Orang tua kita. Seoho dan Hyungu, aku juga ingin melihat mereka. Aku hanya bisa berharap kalau kau tak bertengkar dengan Seoho atau menggigit ekornya lagi.

Seandainya aku bisa memutar waktu, aku akan mengiyakan semua ajakanmu berburu dan membuang persenjataanku. Berlari dengan keempat kaki kita bersama dan menikmati sejuknya jalan-jalan sore selagi mencari kelinci untuk ditangkap.

Kita selalu terpisah melakukan kegiatan masing-masing.

Ah... Aku menangis lagi.

Ini sangat menyedihkan.

Hidup di sini, sangat menyedihkan tanpamu.



















































Untuk Geonhak. Lagi.

Aku menulis karena merindukanmu. Ah, bahkan sepertinya tak ada seharipun aku tak memikirkanmu.

Kurasa surat kemarin sangatlah gila, aku bahkan bisa membayangkan keningmu berkerut dalam dan menghakimi setiap kata yang kau baca.

Bahkan aku belum menjelaskan mengenai situasiku sekarang. Seorang Pangeran baik memberikanku roti dan selimut untukku. Ia menawarkanku untuk tinggal bersamanya, lalu aku menyetujui tanpa syarat apapun. Aku sampai heran, sebenarnya dia ini malaikat atau manusia? Karena aku berpikir, tak mungkin ada manusia sebaik dirinya.

Hanya saja ada satu hal yang kusesali darinya. Baumu pada syal yang kau bilang jelek itu hilang karenanya. Aku tahu, aku tahu. Hidungku sudah tak berfungsi dengan baik lagipula. 

Tapi syal itu sungguh berarti karena membuatku merasa dekat denganmu. Membuatku berpikir bahwa kau masih hidup di luar sana dengan baik.

Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mencarimu. Penghuni istana, tak ada satupun dari mereka yang membicarakan serigala. Aku takut kalau-kalau mereka justru menyerbu seluruh hutan yang ada dan menghabisi kita lagi.

Karena itu di manapun kau berada, aku sangat berharap kau berlindung di rumah yang bagus. Bersama orang-orang yang menyayangimu.

Aku di sini baik-baik saja. 

Aku berharap, aku baik-baik saja meski tanpamu.


























































Untuk Geonhak:

Rasanya sudah lama sekali tidak menulis surat untukmu. Meski sebenarnya kau juga takkan membacanya. Maaf, aku hanya berusaha realistis.

Sekarang jika kau melihatku, kau pasti akan membenciku.

Aku memanah. Aku menjadi pengawal dan melindungi manusia, pembunuh keluarga kita.

Tahun berganti tahun, rasanya sama seperti memegang tanganmu di tepi tebing. Hidup dan mati, itulah yang menjadi pertanyaanku sehari-hari.

Walau aku seperti kehabisan nafas karena kehilanganmu, aku tetap memilih untuk hidup. Hukuman untukku karena melepasmu pergi.





























































Untuk Geonhak:

Saat ini aku menulis setelah bertemu denganmu. Mengenang akan beberapa hari lalu ketika aku mengarungi hutan semalaman seperti sakit jiwa, hanya untuk melihatmu kembali.

Kamu tetap cantik bahkan ketika kamu menutup matamu, saat aku memelukmu, saat kau menatapku.

Dan suaramu berubah. Kau semakin tinggi, nyaris melampauiku. Tetapi semua tentangmu, masih sama indahnya dengan terakhir kali wajahmu terbesit dalam ingatanku.

Entah kenapa, perubahan fisikmu yang sangat kentara membuatku sedikit sedih karena kau nampak jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Seharusnya aku senang, bukan? Tetapi setiap melihatmu, membuatku berpikir kalau saja aku tak pergi, kita pasti bisa tumbuh bersama. Kau terlihat bisa hidup dengan baik tanpaku.

Ini cukup egois, tapi aku ingin kau terus membutuhkanku.

Kau mungkin akan mengejekku dan mengataiku bodoh, tetapi aku sangat ingin mengucapkannya setiap saat kita bertemu seolah tak ada hari esok.

Jadi, biarlah angin yang membawa perkataan ini.

Bahwa aku masih merindukanmu. Setiap detiknya terasa seperti ada seseorang yang mengancamku dengan pedang karena tidak bisa bertemu denganmu. Seolah aku akan gila barang sehari saja tidak memikirkanmu.

Dan setelah ini, penderitaan kita akan berakhir. Sebentar lagi aku akan berhenti untuk hidup dalam penyesalan karena melewatkan tumbuh bersamamu.

Aku akan menikahimu. Itu akan menjadi pengalaman terbaik dan membahagiakan sepanjang masa.

Kita sama-sama korban dalam hal ini. Kita sudah sampai sejauh ini dan menemukan satu sama lain.

Mari kita akhiri semuanya dan hidup bersama tanpa perlu menderita lagi.

Dan juga, Geonhak...
Terima kasih telah menjadi cinta seumur hidupku.



Dari Youngjo, Alpha paling bahagia di dunia (karena memilikimu).

✅ The Fallen Alpha [ONEUS; Youngdo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang