Chapter 9

132 25 8
                                    

Gemuruh angin kembali datang beserta dengan langit yang semakin gelap. Ketiga anak serigala yang saling berpegangan tangan itu cepat-cepat berlari menghampiri gua kecil yang berada di tepi sungai deras tempat mereka mencari makan barusan.

Hyungu membawa obor dengan takut-takut karena angin semakin kencang dan api yang susah payah dinyalakannya bisa saja mati saat itu juga. Geonhak berada di tengah dan memegangi kedua tangan Hyungu dan Seoho, memanggul tas berisi selimut untuk mereka bertiga.

Terakhir, Omega tertua itu berdiri paling belakang dengan bahunya yang memikul dua keranjang berisi ikan segar dan juga kayu bakar, menjaga dan memastikan dua adiknya itu tak tertinggal.

"Bagaimana?" tanya Seoho pada Hyungu. Omega yang paling kecil itu sedang menyibak sulur tanaman yang menutupi pintu gua.

"Kurasa tempat ini am—"

SWOOSSSSHHH

"AAAAAAAAAAAAAAAAA"

Mereka menjerit dan menunduk saat puluhan kelelawar sontak terbang keluar bersamaan. Geonhak reflek melindungi kepala dua Omega lain dengan tangannya. Sampai akhirnya saat semua kelelawar itu sudah pergi, Hyungu kembali memberanikan diri untuk melongok dan memastikan tidak ada lagi yang tersisa di sana.

"Baiklah, kali ini benar-benar aman," ucapnya dan dengan gemetar menarik tangan Geonhak agar segera masuk ke sana.

Dalam waktu beberapa menit, mereka sudah beradaptasi di dalam gua itu dan membagi tugas. Hyungu membuat api unggun agar mereka tetap hangat, Seoho dan Geonhak mengolah ikan yang mereka tangkap di sungai. Hujan pun turun mengguyur lokasi terpencil di tepi hutan itu.

Selama mengerjakan kegiatan masing-masing, Seoho selalu berusaha untuk mengajak mereka bicara. Dari hari pertamapun ia bersama Youngjo tidak membiarkan yang lain terlalu bersedih meski ia sendiri sangat merindukan keluarganya dan dirundung trauma.

Ia bukanlah Alpha, tetapi melihat Hyungu yang mengigau setiap malam memanggil kakaknya dan juga Geonhak yang sering melamun dan menangisi nasib Youngjo, membuat Seoho memutuskan untuk selalu melindungi mereka sebisa mungkin dan memendam perasaannya sendiri.

"Aku tidak ingin memiliki mate," ucap Hyungu tiba-tiba setelah mereka selesai menyantap makan malam yang tidak seberapa. "Meski ibu bilang aku akan bertemu dengannya saat dewasa, aku tidak yakin dia Alpha yang baik."

Seoho mengangguk setuju. Peramal tak pernah mengatakan apapun soal jodohnya. Mungkin ia akan menjadi mateless. Seoho juga tak terlalu memusingkan hal itu karena prioritasnya sekarang adalah tetap bersama dengan Geonhak dan Hyungu apapun kondisinya.

"Untuk apa memiliki mate? Kan, kita sudah bersama. Kita punya satu sama lain," timpalnya, tersenyum tipis karena tidak biasanya Hyungu yang memulai percakapan.

Topik itu terlalu awam untuk anak berusia 10 hingga 13 tahun seperti mereka, tetapi sangat sensitif bagi Geonhak yang telah ditentukan takdirnya. Sangat langka untuk mengetahui pasangan sejak lahir. Hanya dengan merenungkannya membuat mata Geonhak berkaca-kaca.

"Youngjo bagaimana...?" Geonhak meremat ujung pakaiannya yang lusuh. "Seoho sendiri bilang Youngjo adalah mate-ku. Kenapa aku harus berpisah dengannya secepat ini?"

Hyungu yang baru sadar bahwa pembahasan yang dibukanya melukai Geonhak segera memeluk tubuh Omega yang lebih tua.

"Maaf! Maaf aku tidak bermaksud menyinggungmu!" Hyungu merasa bersalah. "Kita pasti akan bertemu Youngjo suatu saat."

Hyungu terus menuturkan kalimat positif yang menenangkan, tetapi Seoho tidak begitu yakin. Manusia sangatlah kejam dan ia tak dapat membayangkan apa yang terjadi pada Youngjo setelah mereka meninggalkannya sendirian bersama penculik itu.

✅ The Fallen Alpha [ONEUS; Youngdo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang