Chapter 15

231 22 37
                                    

WARN: Bed scene lah and major english untuk dialognya :')

.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Youngjo menyukai budaya manusia, layaknya sang Ayah. Suatu kali Youngjo mengambil sebuah buku dongeng di perpustakaan, sementara Hyungu tertarik dengan wawasan mengenai benda langit.

Youngjo fokus kepada bacaannya sendiri. Cerita yang dipilihnya cukup klise, sang Putri yang menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia dengan selamanya.

Menikah. Kata itu memang sangat jarang dipakai oleh serigala. Mereka memiliki tradisi claiming dan mating, yang mana terjadi setiap mereka telah memasuki usia matang. Tidak membutuhkan ritual dan ikatan resmi layaknya manusia biasa. 

Serigala menyebut satu sama lain dengan sebutan 'mate', tetapi Youngjo sering mendengar Euno memperkenalkan Yongsun sebagai 'istri', begitu juga sang kepala keluarga yang dipanggil 'suami' oleh ibunya. Itu kedengaran lebih intim baginya.

"Geonhak, nanti kalau sudah besar, kau menikah denganku, ya!" ucap Youngjo tiba-tiba pada Geonhak yang baru saja datang entah dari mana, dengan beberapa batang bunga liar di tangannya.

Kening Omega bersurai snow blonde itu berkerut heran. "Menikah itu apa?" tanyanya lugu.

"Bertukar cincin, mengikat sumpah untuk selalu bersama dalam suka dan duka, mengadakan pesta dan makan malam, lalu-"

"Kedengarannya sangat rumit." Geonhak tak begitu mengerti, karena itu mendengarnya saja dia sudah kehilangan selera. 

"Tapi menyenangkan!" Youngjo tersenyum membayangkan. "Kata Ibu, kau adalah mate-ku! Jadi kau tak bisa mengelaknya meski puluhan tahun berlalu!"

"Yang benar saja!" Geonhak memutar bola matanya malas, lalu melemparkan bunga lily berwarna putih yang sudah koyak beberapa kelopaknya ke atas pangkuan Youngjo dan menutupi lembaran bukunya. 

Youngjo terkekeh dan membiarkan Omega kecil itu bercerita panjang lebar dengan bunga-bunga liar yang bermekaran di dekat sungai, selagi ia berfantasi menjadi seorang Pangeran yang berakhir hidup bahagia dengan pasangannya.

Kedua pemuda itu terus berjalan menyusuri rimbanya hutan, dengan seekor kuda yang dituntun oleh salah satunya serta sebuah lentera sebagai penerangan mereka. Seoho menolak untuk naik ke kuda dan Keonhee pun merasa tidak pantas membiarkan yang lain berjalan sendirian, meski pada akhirnya Seoho justru membuntutinya dari belakang.

"Seoho, apa kau pernah punya keinginan?" celetuk Keonhee tiba-tiba, sesuatu yang tak disangka keluar dari mulutnya.

Kaki jenjangnya mulai terasa lelah, ia tak terbiasa berkuda maupun berjalan sejauh ini. Semua kebutuhannya terpenuhi di istana, sehingga meski status sosialnya berada di bawah, masih ada pelayan lain yang menjamin kebutuhannya.

Dan sepertinya Seoho pun tak memiliki niatan untuk berhenti sampai benar-benar memastikan tak ada perangkap sama sekali yang akan menjumpainya. Karena itu, di sela perjalanan mereka yang masih lama, Keonhee setidaknya ingin memecahkan rasa canggung.

Tidak ada jawaban dari Seoho, membuat Keonhee menoleh ke arahnya dan mendapati pemuda itu tengah memandangi lentera yang dikaitkan pada tali kekang kudanya.

Tatapannya terlihat menganalisa dan Keonhee baru menyadari bahwa, meskipun ia ke sana sekali, orang-orang Youngjo itu hanyalah memakai llilin serta api unggun sebagai sumber cahaya mereka.

"Seoho?" panggil Keonhee lagi dan berhasil membuat atensi yang lain tertuju padanya kembali.

"Aku sudah bilang, kan? Keinginanku hanyalah kau cepat-cepat pergi dari sini dan tak mengacau keluargaku," jawab Seoho datar.

✅ The Fallen Alpha [ONEUS; Youngdo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang