Chapter 18

177 27 51
                                    

Youngjo tidak dapat memejamkan matanya, pun menghitung waktu yang sepertinya tak kunjung menampakkan sinar mentari pagi. Di sebelahnya, Geonhak tertidur pulas dengan kepalanya yang bersandar pada bahu bidang Youngjo, kelelahan setelah melewati pergumulan panas mereka. 

Otak Youngjo terasa begitu kacau sehingga ia tak bisa memikirkan satu hal saja yang sekiranya dapat membuatnya tenang untuk saat ini.

Mimpinya untuk bersama Geonhak akhirnya terwujud. Youngjo ingin sekali memberitahu dunia betapa ia sangat mendambakan Omega itu untuk selalu berada di sisinya seperti saat ini. Mendekap sang mate dengan eratnya dan takkan dilepaskannya lagi. Siapapun yang berniat merusak kebahagiaan mereka harus melangkahinya dulu.

Tetapi Youngjo tak henti-henti mengutuk dirinya. Terlalu bodoh untuk tak menahan segala perlakuannya yang berlebihan sehingga Hwanwoong menganggapnya lebih dari seorang keluarga, yang seharusnya tak ada satupun manusia melihatnya seperti itu.

Ciuman itu terus terngiang dalam benak dan Youngjo sama sekali ingin menghapus memori itu dari sana. Melihat air mata Hwanwoong, Youngjo tak bisa membedakan apakah ia harus terluka, bersimpati, atau bahkan jijik pada kenyataan bahwa manusia mencintai makhluk sepertinya.

Hwanwoong memberikan nyaris segalanya, tetapi Youngjo justru mencampakkannya. Seharusnya ia menjelaskan asal-usulnya, agar Hwanwoong berbalik membenci atau kalau perlu, mengusirnya hingga ke pulau terpencil.

Namun ia begitu brengsek. Youngjo pergi tanpa sempat menuturkan terima kasih dan penyesalannya. Pikirannya bercampur menjadi satu hingga menimbulkan rasa cemas jika Geonhak suatu saat mengetahui ciuman itu. 

Ketakutan yang terlalu menghantuinya dan membuatnya terus melekat pada Geonhak, meyakinkan Omega yang dicintainya bahwa mereka akan baik-baik saja. Tentu saja ia mencintai Geonhak, bahkan sejak awal hatinya sudah dicuri dan tak pernah dikembalikan olehnya.

Namun ia justru membiarkan Geonhak kebingungan karena sikapnya. Namun hanya itu satu-satunya cara yang terpikirkan oleh Youngjo agar ia bisa melupakan semuanya.

Youngjo perlahan memiringkan badannya agar dapat melihat wajah Geonhak lebih jelas. Lilin di kamar nyaris redup, namun itu cukup terang untuk memandangi kedua kelopak mata yang tertutup itu. 

Geonhak takkan tahu, ia terus merapalkan kalimat tersebut di dalam hatinya. Sampai akhirpun, Geonhak tak boleh dan takkan pernah tahu kejadian itu.

"Aku yang memulai semua ini. Maafkan aku," bisik Youngjo lirih, menempelkan bibirnya sekilas pada milik Geonhak yang sedikit terbuka akan nyenyak tidurnya. 

Sesuatu pasti terjadi, setidaknya itulah yang Geonhak pikirkan sejak Youngjo resmi bergabung dengan mereka. Geonhak tidak dapat membayangkannya, apakah Youngjo melewati hal-hal yang mengerikan seperti mengikat sumpah atau sebagainya, karena itu ia masih belum berani menanyakannya.

Yang jelas, Youngjo nampak sedikit terganggu. Alpha bersurai merah itu memang masih tersenyum dan tertawa, sering mengikuti Geonhak dan mencuri beberapa kecupan saat tidak ada yang lihat, mulai beradaptasi dengan kegiatan monoton mereka, bahkan setuju untuk ikut Yonghoon dan Harin untuk mencari lokasi yang sekiranya cocok untuk tempat tinggal baru. 

Baiklah, untuk hal yang terakhir itu Geonhak sedikit tidak setuju. Tanpa sadar ia memberengut hanya dengan memikirkan Youngjo yang akan pergi jauh lagi, meski kali ini memang untuk kebaikan pack mereka. Setidaknya Youngjo bersama dengan orang-orang yang seharusnya, bukan lagi manusia.

"Youngjo pasti kembali," ujar Hyungu, menyodorkan segelas air untuknya. "Ayolah, aku sebenarnya juga sedikit khawatir karena Yonghoon sering bertualang begitu. Tapi hanya sedikit, ya!"

✅ The Fallen Alpha [ONEUS; Youngdo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang