Happy Reading
Duduk dengan amarah dan tangis tersedu, Zahva kembali menangis di bangku depan ruang operasi, Ryan - ayahnya tertabrak mobil ketika pergi meninggalkan Cindy - kekasihnya yang akan ia nikahi.
Kala itu ia ditembak atau diajak pacaran oleh Reifald saat di lapangan, di mana telepon misterius menelponnya, telepon pertama ia tidak menganggap kalau itu beneran tapi tetap saja ia menangis, ketika ia mendapat telepon dari Zanel - kakaknya, ia percaya lalu saat itu tubuhnya lemas, ini pertama kalinya mendengar kecelakaan yang terjadi pada papanya.
Saat ini emosi dan tangisnya terus menderu, kekasih papanya tidak di sini ikut menunggu, mungkin ia kabur. Zanel sang kakak terus menenangkan adiknya yang sudah tiga mingguan lebih tidak pulang yang sedang menangis.
Dokter keluar lalu memberi tahu tentang kondisi Ryan. Ryan berhasil dioperasi pendarahan pada kepalanya. Rasa syukur kepada tuhan yang maha kuasa.
"Tenang, dek, papa udah baikan," ucap Zanel.
"Minum dulu," ucap Reifald yang baru datang dengan kresek penuh habis ke minimarket.
Reifald ikut bersama Zahva ke rs. Familiary ini karena ia ingin ikut. Ia juga sedari tadi menenangkan Zahva - kekasihnya itu. Zanel dan Zazel pun hanya diam saat itu karena itu pertama kalinya mereka lihat Zahva bersama seorang cowo.
Zahva mengelap air matanya "Kalau orang itu dateng, langsung telepon polisi, bang, gue mau ke toilet dulu".
"Ke toilet sendirian?" tanya Zanel.
Reifald langsung berdiri mengikuti langkah Zahva. Ketika Zahva masuk ke dalam toilet, Reifald menunggu di luar. Zahva keluar dari toilet ketika ia ingin jatuh Reifald menangkapnya.
"Maaf," lirih Zahva.
"Gak apa-apa?" tanya Reifald.
Zahva mengangguk, lalu duduk di bangku koridor rumah sakit sebelum ke ruangan papanya.
"Rei, kenapa lo di sini?" tanya Zahva.
"Nemenin," ucap Reifald.
Zahva yang tidak sadar kalau Reifald mengantarnya langsung ke sini, ia seperti orang linglung.
"Ini udah jam berapa--" Ia buru-buru melihat ke tangannya yang ternyata tidak ada jam tangan di sana.
"Jam delapan malam," ucap Reifald.
"Udah malam, lo gak pulang?" ucap Zahva.
"Masih mau nangis lagi?" tanya Reifald.
Zahva menoleh ke Reifald "Emang siapa yang nangis?" Ucap Zahva.
Reifald mengelus kepala Zahva "Gak ada, gak ada yang nangis di sini," ucap Reifald.
"Rei," ucap Zahva sedikit kesal dengan Reifald.
Reifald menanggapi dengan ekspresi wajahnya.
"Kayanya lo harus pulang. Ah tas gue di mana ya?" ucap Zahva mencari tasnya.
Zanel datang membawa tas Zahva. Ia berhenti di depan Zahva dan Reifald.
"Lo pulang dulu ganti baju, istirahat, besok ke sini lagi," ucap Zanel memberikan tas adiknya.
"Gue mau di sini," ucap Zahva.
"Biar gue di sini sama Zazel. Pulang sama temen lo ini. Nama lo siapa?" ucap Zanel beralih menanyai nama Reifald.
Reifald beranjak berdiri lalu mengulurkan tangannya "Reifald. Pacar Zahva," ucap Reifald.
Zanel menautkan kedua alisnya dengan tatapan tanpa ekspresi ia tidak percaya ucapan cowo di samping adiknya itu yang mengaku pacar adiknya.
Lama tak di sambar tangannya, Reifald menarik pelan tangannya.
"Yang gue tau lo satu sekolah dengan adek gue. Anter dia sampe rumah," ucap Zanel menatap Reifald.
Zanel beralih menatap Zahva "Pulang ke rumah bukan pulang ke rumah temen lo" Ucap Zanel.
Yang Zanel tahu Zahva minap di rumah Tasha.
Zahva dengan wajah memerah sehabis menangis ia menatap Zanel dan mengangguk samar. Zahva pun melangkah pergi dan Reifald mengejar Zahva yang meninggalkannya.
Reifald meraih tangan Zahva membuat cewe itu berhenti.
"Pelan-pelan jalannya," ucap Reifald.
Zahva diam menatap mata Reifald. Lalu Zahva melepaskan tangan Reifald darinya. Ia melangkah lagi meninggalkan Reifald.
Ketika mereka sampai di parkiran. Reifald memberikan helm pada Zahva, ia pun memakai helmnya. Ia melirik ke Zahva yang tengah membenarkan helmnya. Zahva memegang bahu Reifald lalu naik ke motor sportnya.
"Gue pulang ke rumah. Lo pulang ke mana?" Ucap Zahva.
Reifald menghidupkan motornya. Suara knalpot motor sport itu menggelegar di parkiran, Reifald melajukan motornya. Di sepanjang jalan hanya diam dan menikmati angin malam. Reifald sesekali melihat ke Zahva dari kaca spion. Cewe yang nangis tadi sudah membaik.
"Rei, Lo pulang ke apartemen itu?" tanya Zahva dengan suara kuatnya.
Zahva menunggu jawaban Reifald tapi cowo datar itu belum juga menjawabnya.
"Rei, Lo pulang ke mana?" ucap Zahva.
"Rei, tau rumah gue kan?" ucap Zahva.
"Lo kenapa diam aja sih" ucap Zahva yang sudah kesal.
Motor pun berhenti di lampu merah. Rasa kemarahan Zahva mulai meluap, Ia ingin memukul cowo aneh itu sekarang tapi keadaan lampu merah sangat ramai.
"Apa dia gak denger kata-kata gue?" - Batin Zahva.
Setelah itu motor kembali melaju. Reifald membawa Zahva tepat di daerah rumahnya. Ternyata cowo aneh itu tahu rumahnya. Motor pun berhenti di depan rumah Zahva.
Zahva turun sambil membuka helmnya. Ia memberikan ke Reifald helm itu.
"Makasih. Lo gak mau mampir?" ucap Zahva.
Reifald yang tengah sibuk mengaitkan helm itu, ia tidak menjawab Zahva.
"Rei, maaf gue harus pulang ke rumah. Lo gak apa-apa sendirian di sana?" ucap Zahva.
"Gak apa-apa. Jangan nangis lagi ya," ucap Reifald.
"Nanti gue temui Lo kok," ucap Zahva.
"Iya besok gue jemput," ucap Reifald.
"Rei, yang tadi sekolah itu~"
"Iya kita pacaran," ucap Reifald menanggapi cepat.
Blushh! Wajah Zahva bercampur aduk. Sembab dan tiba-tiba memerah. Benar saja kalau ia sudah berpacaran dengan Reifald.
_______
Author said : Hii guys! Apa kabar? sebelumnya aku minta maaf karena belum lanjut dan sekarang di tahun ini dilanjut lagi dan secepatnya kita tamatin dengan ending wow. Terimakasih pembaca setia cerita ini luvluvluv
Next secepat kilat
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cuek Boyfriend
Teen Fiction❗[FOLLOW TERLEBIH DAHULU KARENA BEBERAPA PART DI PRIVATE]❗ Bertemu dengan cowo aneh sekaligus bikin kesal, penampilannya dingin dan cuek, apa yang kalian lakuin? Ia adalah cowo yang bisa di bilang cuek dengan keadaan, ia tidak peduli dengan apa yang...