Venus keluar dari ruangan Bintang dengan misuh-misuh, dia tidak terima di usir seperti tadi. Lagi pula bukan sepenuhnya salahnya, wajah Bintang seperti anak SMA jadi tidak salah Venus mengiranya anak SMA bukan? Harusnya Bintang kasih tahu kalau dia bukan anak SMA, tapi ini tidak. Dia justru diam saja ketika Venus mengiranya anak SMA.
"Sabar Ven, nanti juga Bintang mau nerima kamu" ujar Sakti mencoba menghibur Venus yang kelihatan sangat kesal.
Venus hanya mengangguk, dia terlalu malas bicara. Masih kesal dia sama Bintang.
"Ya udah kak, aku pamit pergi dulu ya?" ucap Venus sopan, sebenarnya usia Sakti jauh lebih muda dari Venus. Hanya saja Venus merasa tidak enak jika memanggilnya nama saja, walau bagaimana pun Sakti seniornya, jadi dia harus bersikap sopan padanya. Apalagi Sakti juga yang sudah membantunya agar bisa magang di rumah sakit Kwangya.
"Kamu mau kemana?" tanya Sakti. Bukan kepo tapi Sakti hanya ingin memastikan saja. Venus masih jadi tanggung jawabnya sebelum Bintang menerima Venus sebagai asistennya.
"Mau cari Bima kak" Sakti mengangguk, "Ya udah hati-hati" pesannya yang langsung di angguki Venus.
Setelah berpamitan dengan Sakti, Venus segera mencari sahabat laknatnya itu. Coba saja Bima tidak meninggalkannya, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Bima pasti sudah tahu wajah Bintang, kalau mereka berangkat bersama kan Venus jadi tidak akan salah mengenali orang. Akar masalahnya ada di Bima. Venus harus kasih pelajaran sama si Bima.
Venus mengelilingi area rumah sakit, dia mencoba mencari Bima di sana. Venus yakin Bima masih ada di rumah sakit. Soalnya Bima bilang dia bakal sampai sore di rumah sakit. Venus tidak bisa menghubungi Bima, sepertinya handphone Bima di matikan. Terpaksa Venus harus mencarinya secara manual. Cukup menguras energinya.
Langkah Venus terhenti di depan sebuah ruangan yang tampak pencahayaannya kurang. Dia heran kenapa ruangannya gelap? Karena jiwa penasaran Venus tinggi jadi dia sedikit mengintip ke dalam. Ingin tahu di dalam ada apa.
Saat sudah mendapat posisi yang pas untuk mengintip, Venus membelalakkan matanya melihat sebuah bayangan hitam. Bukan hantu, jelas Venus melihat bayangan itu milik manusia. Venus semakin menajamkan pengelihatannya ketika dia menyadari jika bukan hanya ada satu bayangan saja di dalam sana. Ada dua bayangan manusia. Lama-lama bayangan itu semakin mendekat satu sama lain. Venus mengerjapkan matanya dua kali. Dia ingin tahu apa yang terjadi setelah ini. Venus semakin fokus mengintip.
'Pukk'
"Ven___"
"A-ahh anjir anjir siapa?" kaget Venus saat ada yang menepuk bahunya dari belakang.
"Haah ahahha muka lo kaya monyet Ven ahahha ha" tawa Bima pecah. Yang menepuk bahu Venus tadi itu Bima. Dia kebetulan lewat terus dia melihat sahabatnya yang entah sedang apa. Jadi dia iseng saja mengagetkannya. Venus itu orangnya mudah kagetan. Lihat saja tadi, padahal Bima hanya menepuk pelan bahunya tapi respon Venus sangat berlebihan sekali. Bima meras puas sudah berhasil mengerjai Venus.
"Anjing lo Bim. Bikin gue jantungan aja!" kesal Venus. Dia memukul dada bidang Bima sebagai pelampiasan rasa kesalnya.
"Hahah ha, lagian lo lagi ngapain lagi di sini?" Bima menangkap tangan Venus agar berhenti memukulnya.
"Sssttt, tadi gue ngeliat ada bayangan di dalem sana Bim" ucap Venus sambil menunjuk ruangan yang tadi dia intip.
Alis Bima mengerut mendengar ucapan aneh dari sahabatnya itu, "Ini tuh ruangan pasien, ya jelas lah lo ngeliat ada bayangan. Itu pasti bayangan pasiennya" ujar Bima malas.
"Serius lo? Tapi ada dua bayangan yang gue liat. Apa di dalem sana ada dua pasien ya?" Venus mencoba berpikir.
"Setahu gue satu pasien satu ruangan kalo di sini. Jadi gak mungkin dalam satu ruangan ada dua pasien" jelas Bima. Dia sudah tahu seluk beluk rumah sakit Kwangya karena sebelumnya dia sudah mencari tahu dulu informasinya. Tidak seperti Venus yang tidak peduli sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe💫
FanfictionSelalu di bawah langit yang sama, masih selalu di hari yang sama Selain kau tidak ada di sini, tidak ada yang berbeda sama sekali ~Universe~