Huuffhh
Entah sudah berapa kali helaan nafas tersebut keluar dari mulut Venus. Pasalnya, sudah satu jam lewat dirinya menunggu seseorang di tempat yang sudah keduanya janjikan. Namun, orang tersebut belum juga menampakkan batang hidungnya sedikit pun.
"Harusnya kalo gak bisa dateng, gak usah so soan bilang bisa. Tau gini gue dari tadi minta anterin Bima atau gak Mars aja deh buat beli buku. Mereka pasti langsung mau" gerutu Venus lalu segera beranjak dari tempatnya.
"Aduh maaf aku telat"
Seketika Venus mengurungkan niatnya untuk beranjak dari sana, ia lalu menoleh ke orang yang baru saja datang itu.
"Aku udah mau pulang, ngapain kamu dateng?" kesalnya.
"Maaf, tadi aku ada urusan bentar mangkanya telat" jelas orang itu yang tak lain adalah Bintang.
"Pasti urusan sama Sakti?"
"Hum"
"Huuffh, harusnya aku nyerah aja gak sih? Aku capek terus-terusan jalin hubungan kek gini, aku capek harus jadi yang kedua" akhirnya Venus mengeluarkan unek-uneknya selama ini. Memang benar, awalnya dirinyalah yang meminta Bintang untuk menjadikannya yang kedua, berharap ia bisa lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Bintang, selain itu, ia terlalu mencintai gadis itu. Meskipun tau jika keduanya memiliki persamaan gender dan lagi Bintang sudah menjadi tunangan orang lain, yang sebentar lagi akan melangsungkan sebuah pernikahan. Tapi dengan egoisnya Venus tetap meminta Bintang untuk memberikan sedikit ruang untuknya. Dan pada akhirnya, ia sendirilah yang merasa tersakiti di sini. Padahal itu kemauannya sendiri.
Bintang merain tangan Venus dan menggenggamnya, "Ayo ikut aku, jangan bahas di sini"
Venus pasrah, dan mengikuti kemana Bintang pergi.
Bintang membawa Venus ke apart miliknya. Karena hanya itulah tempat yang paling aman untuk membahas permasalahannya dengan Venus saat ini.
Ceklek
Setelah pintu apart terbuka, Bintang menarik Venus untuk duduk di sofa.
"Ok, aku minta maaf soal keterlambatan aku tadi, tapi jujur, aku bener-bener bukan bermaksud buat gak mentingin kamu, tapi tadi Sakti minta aku buat nemenin dia jenguk ibunya yang lagi di rawat di rumah sakit. Aku gak enak buat nolak dia, apalagi ibunya Sakti itu udah aku anggap ibu aku sendiri" jelas Bintang berharap Venus mau mengertinya.
"Masalahnya ini bukan pertama kalinya ya kamu kek gini, kamu udah sering dateng telat dari jam yang kita janjiin, dan alasan keterlambatan kamu selalu sama, SAKTI SAKTI DAN SAKTI!! Aku capek"
"Jadi kamu maunya gimana? Jujur aja aku juga bingung. Kamu tau kan, Sakti tunangan aku? Udah pasti aku susah buat nolak dia"
Perkataan Bintang tersebut berhasil menyulut emosi Venus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe💫
Fiksi PenggemarSelalu di bawah langit yang sama, masih selalu di hari yang sama Selain kau tidak ada di sini, tidak ada yang berbeda sama sekali ~Universe~