14. Matahari

267 41 3
                                    

Sial.

Padahal sudah berusaha mati-matian untuk menghindari Bintang. Tapi takdir berkata lain. Tiba-tiba saja Bima menitipkan berkas yang harus di tanda tangani Bintang pada Venus. Venus sudah menolaknya dengan berbagai alasan yang di buat-buat, namun Bima kekeh menitipkan berkas tersebut pada Venus, alhasil Venus dengan rasa tak ikhlasnya menerima berkas dari Bima.

Dan sekarang Venus sudah ada di depan ruangan Bintang. Sedang kebingungan, antara ingin masuk atau tidak. Pasalnya hatinya belum tertata dengan baik. Takut akan jatuh lagi pada pesona sang Bintang. Yang bahkan di langit malam pesonanya tak memudar bahkan jauh lebih mempesona. Venus tak ingin jatuh lagi. Sudah cukup kemarin-kemarin dirinya di buat gila oleh pesonanya hingga ia dengan suka rela menawarkan dirinya seperti gadis murahan. Sudah cukup ok. Sudah cukup ia merendahkan harga dirinya, dan sekarang waktunya ia mengangkat harga dirinya lagi, dengan jual mahal.

Sudah beberapa menit berlalu, namun Venus tak kunjung juga mengetuk pintu ruangan Bintang. Ia masih setia berdiri kaku di depan ruangan Bintang dengan memegang setumpuk berkas yang di berikan Bima padanya. Tentunya berkas tersebut yang harus di tanda tangani oleh Bintang.

'Masa bodo ah, gue masuk aja'

Venus membuka ruangan Bintang tanpa mengetuk lebih dulu.

Saat pintu terbuka, Venus di kagetkan dengan pemandangan yang di suguhkan di depannya.

"Sorry ganggu, gue cuma mau ngasih ini, itu berkas yang harus lo tanda tangani" setelah meletakkan berkasnya di atas meja kerja Bintang, Venus lalu berlalu pergi.

💫

💫

💫

💫

💫

~💫~

Sial

Sial

Sial

Venus bersandar di dinding dan terus mengumpat.

'Kenapa gue harus liat adegan tadi coba? Sial banget gue hari ini!'

'Ini semua gara-gara Bima, coba aja dia gak suruh gue buat ngasih tuh berkas, gue gak bakal liat adegan tadi'

'Aaargggghhh'

Venus mengacak rambutnya frustasi. Lalu ia duduk berjongkok sambil terus merenungi nasibnya.

"Udah marah-marahnya?"

Suara itu berhasil mengagetkan Venus. Lantas Venus mendongakkan kepalanya untuk melihat si pemilik suara.

Bintang.

Dia kini sedang berdiri dan bersedekap dada di depan Venus.

"Mau ngapain lo ke sini?" Venus bangkit berdiri. Membuat dirinya kini berhadap-hadapan dengan Bintang.

"Kenapa kamu tadi langsung pergi?"

Venus menatap sinis Bintang, "Menurut lo?!"

"Cemburu?"

Pertanyaan Bintang berhasil mendapatkan cibiran dari Venus.

"Cih! Jadi lo ke sini cuma buat nanyain itu? Gak penting banget!"

Venus hendak melangkah pergi meninggalkan Bintang, namun langkahnya di tahan Bintang.

"Aku mau mastiin sesuatu"

Cuph

Belum sempat mencernanya, tiba-tiba saja sebuah benda kenyal mendarat di bibir Venus. Tubuh Venus langsung membeku. Venus tak pernah menduga adegan ini akan terjadi padanya. Bahkan dalam mimpi sekalipun, Venus tak pernah menduganya.

Tak ada respon dari lawan. Membuat Bintang kembali melanjutkan aksinya. Ia menarik pinggang ramping Venus untuk semakin dekat padanya. Lalu memepetkan tubuh mereka berdua ke dinding.

Bagai terserang aliran listrik, kini kesadaran Venus kembali saat bibir Bintang mulai mengulum bibir atas dan bawahnya. Ciuman Bintang semakin menuntut. Venus di buat kewalahan.

Saat di rasa oksigen sudah habis, Bintang melepas ciumannya dan menatap penuh wajah Venus yang sudah memerah.

"Aku sepertinya suka sama kamu Venus"

"Sepertinya?"

Bintang menunduk, "Aku masih bingung sama perasaan aku"

"Kalo gitu, gue bakal yakinin perasaan lo" Venus menarik leher Bintang. Dan kembali mempertemukan benda kenyal itu.

Jika tadi hanya bibir Bintang yang bergerak, kali ini tidak. Keduanya saling berlomba-lomba mendominasi.

Tak ingat waktu dan tempat hingga tanpa keduanya sadari, ada seseorang yang sedang menatap ke arah mereka saat ini.

💫

💫

💫

💫

💫

~💫~

Aneh

Sekiranya itulah yang Bima pikirkan pagi ini. Tidak seperti biasanya sang sahabat, Venus, tersenyum ceria seperti saat ini. Padahal kemarin-kemarin wajah Venus tampak tak bersemangat sekali tiap kali mereka berada di rumah sakit, tempat mereka bekerja. Namun pagi ini ada yang berbeda sepertinya. Entah apa yang membuat Venus bisa tersenyum seperti ini.

"Ven, kayanya lo sakit deh, mending kita balik aja yuk? Gue takut kalo kelamaan di sini nanti lo malah jadi pasien di sini" ucap Bima yang sudah tidak tahan untuk mengomentari keanehan Venus.

Venus menoleh pada Bima yang berjalan di sampingnya, "Apaan sih lo Bim, gaje deh" Venus kembali melihat ke depan, dan kembali tersenyum seperti tadi.

Bima bergidik ngeri melihatnya.

'Emang aneh nih anak hari ini. Semoga aja gak kesambet setan di sini deh'

Saat sedang asik-asiknya berjalan. Mereka berdua tidak sengaja berpapasan dengan Bintang dan Sakti yang kebetulan berjalan berlawanan arah dengan mereka.

"Hai Bin, hai Sak" sapa Bima lebih dulu saat melihat keduanya.

"Hai Bima" balas Sakti, lalu melihat Venus, "Hai Venus"

"E-eh hai" Venus tersenyum canggung. Lalu pandangannya beralih ke orang yang ada di sebelah Sakti.

'Dih cuek banget, dasar manusia es!' cibir Venus dalam hati melihat Bintang yang hanya diam saja di samping Sakti tanpa mau repot-repot menyapanya seperti Sakti tadi. Bahkan wajah Bintang tak menunjukkan ekspresi apapun, selain ekspresi datar seperti biasanya.











































































~💫Universe💫~

"Kita berada di bawah langit yang sama dalam waktu yang sama"

***

Universe💫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang