Beri jejak jika bertemu TYPO!
Happy reading ^^.
.
.
.
.Saat kau jatuh cinta, mungkin kau akan menjadi buta. Di pikiranmu bisa saja sebagian besar hanya ada dia yang kau cinta. Memikirkan apa yang sedang ia lakukan, di mana ia sekarang, bersama siapa, atau bahkan bagaimana perasaannya padamu: apa ia merasakan yang sama atau tidak. Semua hal gila bisa kau lakukan dengan mengatasnamakan cinta. Tapi mungkin hal buruk yang terjadi dan kau yang melakukan, bisa jadi bukan karena cinta melainkan obsesi semata.
Uzumaki Karin menyanggah kesimpulan bahwa ia terobsesi dengan seorang pria. Dia berkata pada semesta, bahwa ia mencintainya. Tapi apa dengan berkata saja ia akan mendapat balasan? Nyatanya tidak. Karin ingin sebuah jawaban, pengakuan, dan perlakuan yang ia mau dari seorang lelaki yang dicintainya. Kini, pria yang diinginkannya itu sedang duduk di dalam restoran dengan buku bersampul cokelat di tangannya. Ada sebuah cangkir yang entah isinya apa, tersaji di mejanya.
Sudah sejak lima belas menit ia mengamatinya. Kadang-kadang teringat bagaimana usaha yang ia lakukan untuk mendekatkan diri pada pria itu. Sesekali, pemandangan yang membuatnya terganggu harus ia saksikan. Saat seorang gadis bersurai merah muda kadang-kadang mengajak bicara sebentar lelaki itu. Lalu mulai melakukan pekerjaannya yang lain. Kali ini Karin tahu, bahwa gadis itu bekerja sebagai pramusaji di restoran ini.
"Oh, ya ampun! Siapa dia? Aku baru melihatnya. Apa dia pelanggan baru?"
Dari jarak dua meter, Karin masih bisa mendengar obrolan pelan pelanggan lain. Mereka sedari tadi mengawasi gerak-gerik Sasuke. Padahal pria Uchiha itu hanya melakukan hal yang biasa saja: duduk membaca buku sambil meminum sesuatu. Rasa-rasanya para perempuan di sana justru tertarik oleh Sasuke untuk betah berada di sana.
"Pelanggan baru? Mungkin saja. Aku melihatnya dua atau tiga kali di sini," sahut perempuan lain.
Gadis-gadis itu membuat Karin risih. Walau ia terbiasa dengan hal itu, entah mengapa ia selalu tak suka saat seseorang mengisyaratkan atau bahkan terang-terangan berkata bahwa mereka tertarik dengan figur pria tampan di sana. Apalagi ia tahu, Sasuke datang ke sini bersama gadis gulali yang sempat menggemparkan para wanita di rumah sakit tempat mereka bekerja. Tidak ada alasan lagi baginya untuk tidak merasa marah.
"Ah, tapi kau tahu? Dia hanya mau bicara lembut dengan Sakura-san."
"Eehh? Sungguh? Sayang sekali."
"Aku pernah mengajaknya bicara tapi dia dingin sekali," sahut yang lain dengan nada kecewa.
"Kupikir mereka memang serasi."
"Tapi, jika aku jadi lelaki, aku mungkin juga akan jatuh cinta dengan Sakura-san. Dia itu gadis yang sangat memesona."
"Kau benar. Sakura-san juga penuh perhatian kepada semua pelanggannya. Mungkin itu penyebab restoran ini bertahan beberapa tahun terakhir setelah kabar bangkrut itu? Juga di luar sana banyak tempat-tempat baru."
Karin muak. Dia tak tahan lagi berada di sana. Mereka bahkan seenaknya menuding bahwa Sasuke tertarik dengan si gadis merah muda itu. Sebenarnya bukan mendengar decak kagum para wanita tujuan Karin berada di sini. Ia ingin memastikan sesuatu.
"Kebetulan sekali, ya, bertemu dengan seorang mantan buronan keluarga besarnya sendiri."
Mata merah indah itu menegang seketika. Ia kenal pemilik suara barusan. Intonasinya mengandung hinaan serta ancaman. Karin menoleh sedikit ke sisi kanannya. Seorang lelaki dengan topi yang menutup hampir sebagian besar wajahnya duduk di meja tepat di belakangnya. Dari siluet tubuh rampingnya, ia tahu itu adalah pria yang sama yang pernah menjebaknya dua belas tahun silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
U N M E I [SasuSaku] ✔
Fanfiction[SELESAI] Sakura pernah hampir membenci takdir serta dirinya sendiri, ketika dia harus terlibat dalam tali masa lalu yang ia bentangkan sendiri. Membuatnya terjerat lagi dalam sepenggal kehidupan lama yang belasan tahun dia sisihkan demi ketenangan...