Beri jejak jika bertemu TYPO
Happy reading ^^.
.
.
.
.
""Kepada Ibu, aku selalu menyayangimu," - Sakura.
"Ohayou, Sakura-chan!"
Naruto memamerkan senyum lebarnya. Dia baru saja meminta Sakura dan Sasuke untuk bergabung di sana. Pemuda jabrik itu sendirian. Ia baru saja sampai di sana, bahkan belum sempat memesan makanan. Sakura yang menyadari hal itu kemudian memanggil seorang pelayan kafetaria itu usai ia menjawab sapaan Naruto.
Mereka bertiga memesan makanan. Meski Sasuke menolak, Sakura memaksanya. Naruto pun hanya tersenyum geli melihat kedua sahabatnya itu berdebat soal makanan. Dia merasa kasihan pada sang pelayan yang harus sabar menghadapi dua pelanggannya itu.
"Dasar menyebalkan!" umpat Sasuke setelah akhirnya Sakura berhasil memesankan makanan.
"Kau tuan es! Sebaiknya diam atau kau yang membayar makanannya!" ancam Sakura kemudian.
"Hei! Kalian bolos sekolah?" tanya Naruto kemudian.
"Hn," sahut sang Uchiha.
"Hei, Naruto. Kenapa kau menghilang tanpa mengabari kami?! Lalu kau tiba-tiba muncul sekarang?" Sakura bertanya dengan nada dinginnya. Menekan intonasinya dengan merendahkan suaranya.
"Ehehehe ... maafkan aku, Sakura-chan. Saat itu kepergianku mendadak sekali," jawab Naruto kemudian.
Sakura memasang wajah masamnya. Sasuke memperhatikan itu. Perubahan wajah Sakura yang begitu jarang ia perhatikan. Gadis bersurai nyentrik itu kemudian mengajak bicara Naruto. Sedangkan Sasuke, ia tak tahu apa yang dibicarakan gadis itu. Telinganya seolah tuli terhadap gurauan kedua sahabatnya itu.
"Kenapa kalian bolos sekolah?"
Usai pertanyaan itu terlontar, Sasuke dan Sakura saling bertukar pandang. Naruto mencari-cari jawaban dari sorot mata keduanya. Sakura tak berniat menjawabnya. Apalagi Sasuke. Naruto pun tak begitu peduli dengan pertanyaannnya barusan. Dia lebih memilih untuk menikmati makanan yang baru saja datang. Karena semenjak awal, niatnya berada di sini adalah untuk mencari makan.
Setelah keheningan tercipta beberapa menit, akhirnya Sakura menghela napas pelan. Tangan kanannya sibuk mengaduk-aduk minuman dengan perlahan. Sorot matanya tertuju pada asap tipis yang masih muncul dari minumannya. Sedangkan Sasuke, dia hanya diam. Begitu pula Onyx-nya yang diam-diam bergantian mencuri pandang ke arah Sakura dan Naruto.
"Kau ingat Hinata, kan, Naruto? Dia sesekali masih menanyakan kabarmu," ucap Sakura kemudian.
Naruto yang tengah menikmati makanannya mendengar ucapan Sakura dengan seksama. Pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Ketika mereka masih duduk di kelas menengah pertama, tahun ajaran kedua.
Hari itu, Naruto kembali ke sekolah sekitar jam empat sore. Dia berniat menjemput Sasuke dan Sakura untuk membeli makan. Namun sayangnya, hanya Sakura saja yang dia jumpai. Dengan berat hati, Naruto membatalkan keinginannya dan berniat mengantar gadis gulali itu pulang.
Ketika mereka berada di tengah jalan itulah, mereka mendapati sesosok Hinata. Gadis bermanik Indigo dengan rambut violetnya, sedang kedapatan masalah dengan sepedanya. Sakura dengan kesal hati memaksa Naruto membantu Hinata. Tentu saja Sakura kesal karena sebelumnya, Naruto menolak untuk membantu dengan berkata bahwa dia tidak bisa.
Pada akhirnya Naruto mau. Berkutat dengan sepeda Hinata yang rantainya lepas. Dan Sakura lebih menyesal karena menyuruh Naruto membenarkan sepeda Hinata. Ternyata si jabrik kuning itu tdak berbohong soal dirinya yang tidak bisa membantu Hinata. mereka akhirnya harus menunggu selama setengah jam untuk sang keluarga dari gadis Hyuuga itu datang menjemput.
KAMU SEDANG MEMBACA
U N M E I [SasuSaku] ✔
Fanfic[SELESAI] Sakura pernah hampir membenci takdir serta dirinya sendiri, ketika dia harus terlibat dalam tali masa lalu yang ia bentangkan sendiri. Membuatnya terjerat lagi dalam sepenggal kehidupan lama yang belasan tahun dia sisihkan demi ketenangan...