Part 9

1.6K 244 10
                                    

Beri jejak jika bertemu TYPO

Happy reading ^^

.
.
.
.
.

Sasuke ingin murka saat itu. Tapi dia dengan sabar masih mendengarkan setiap ocehan yang keluar dari mulut sahabat kuningnya. Menyebut nama Sakura adalah hal yang tabu bagi ia. Meski dirinya sendiri tahu, Naruto juga mati-matian menahan keinginannya untuk mengajak mencari Sakura sekali lagi. Sasuke juga tahu, Naruto pasti terlalu memaksakan diri terjun di dunia bisnis selama ini, hanya untuk membebaskan diri dari bayang-bayang gadis yang pernah ia cintai. Di sisi lain, Sasuke bersyukur karena Naruto memiliki Hinata sebagai sosok baru yang bisa menggantikan cinta yang ditolak oleh Sakura.

"Sakura-chan pasti masih di Jepang!" kata Naruto begitu yakin.

Sasuke tak ingin menjawab.

"Aku yakin Sakura-chan tak akan pernah bisa membenciku atau dirimu, Sasuke. Apa alasannya dia membenci kita? Hanya karena kita berusaha mencarinya? Menurutmu, siapa yang kenal lebih baik soal Sakura-chan daripada kita?"

Sederet pertanyaan itu membuat Sasuke berpikir ulang, sekali pun itu dirinya yang terkenal teguh pendirian. Apalagi, Sasuke lebih sering berinteraksi dengan gadis itu saat tahun ketiga sekolah mereka. Dia jadi ingat saat gadis itu kecopetan di dalam kereta. Kemudian dengan berani Sasuke menghajar pencopetnya di tempat. Sempat diamankan di kantor polisi beberapa hari, lalu dibebaskan oleh keluarganya. Dia juga ingat saat Sakura menggerutu peringkatnya digeser oleh Gaara dari kelas 3-B. Lalu terang-terangan meminta bantuannya belajar, dan bagaimana Sakura menahan senyum saat ia kepergok melihat papan peringkat. Ingatannya sampai juga saat Sakura tiba-tiba bicara dia ingin bekerja paruh waktu di sebuah kafe.

"Ayolah, Sasuke. Kau tahu aku tidak bisa menolak Hinata. Lagi pula, aku benar-benar ingin bicara dengan Sakura-chan," kata Naruto lagi.

Sasuke diam selama beberapa detik.

"Oh, aku lupa harus menjemput Hinata jam delapan nanti. Aku pergi dulu, Teme!"

Naruto tiba-tiba meninggalkannya. Ia memperhatikan punggung pria itu sampai keluar dari kedai kemudian berjalan, bergabung dengan kerumunan manusia di jalanan sana.

Ada sesuatu aneh yang menggelitik dadanya soal pembicaraannya dengan Naruto tadi. Dia tahu, siapa yang bisa membantunya menemukan Sakura.

* * *

"Mencari Sakura?"

"Hn. Naruto meminta kado pernikahan itu dariku."

Itachi terkekeh mendengar pengakuan adiknya. Sebenarnya mudah baginya untuk mencari keberadaan Sakura jika saja Sasuke mengatakannya beberapa tahun lalu. Tapi kenyataannya, Itachi beserta keluarganya baru dikabari Sasuke saat tiba-tiba adiknya akan diwisuda sebagai sarjana kedokteran. Siapa yang tidak terkejut saat adiknya yang dia tahu ingin mengambil jurusan hukum malah diwisuda sebagai mahasiswa dari jurusan lain.

"Kau memang adikku yang berani, ya."

Sasuke tak tahu ucapan kakaknya itu bermaksud mengejek atau menyanjungnya.

"Dulu kau menguras satu ATM-ku untuk menyewa videotron seluruh Tokyo, sekarang kau memintaku mencari Sakura ke seluruh Jepang?"

Sasuke mencebik samar. Itachi yang melihat ekspresi yang jarang ditunjukkan adiknya itu lagi-lagi dibuat terkekeh pelan.

"Baiklah, baiklah. Tapi beri aku waktu, ya. Ini lebih sulit daripada menemukannya beberapa saat setelah dia pergi dari Tokyo," kata Itachi kemudian. Sasuke tahu, ucapan itu untuk menyinggungnya kali ini.

U N M E I [SasuSaku] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang