Jangan lupa Vote and Comment!
Update cepat kalo Vote tembus 100 dan comment tembus 70!
****
Dewa menatap tangannya. Seberkas kilatan tajam terlihat di ujung matanya. Tepisan yang terjadi barusan membuatnya lumayan geram. Belum pernah ada yang berani melakukan ini padanya. Hingga akhirnya dilakukan oleh gadis di sampingnya.
Yang lebih membuatnya geram adalah, gadis ini malah justru tetap pada posisi membelakanginya. Tidak berbalik sama sekali setelah menepis tangannya. Seharusnya....seharusnya melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang lain. Bukan, lebih tepatnya mengatakan sesuatu yang bisa membuat rasa geramnya mereda.
"Kau...menampar tanganku, hm?"
Saat itulah Dewi baru menyadarinya. Yang awalnya dia menegang karena sentuhan lelaki itu beberapa saat lalu, kembali menegang lagi. Dewi diam dan memilih untuk menggigit bibirnya. Ck! Kenapa Dewi bisa kelepasan sih!? 'Kan jadi takut sendiri, haduh!
Hening. Dan Dewa, tetap menunggu reaksi gadis di depannya ini. Ingin melihat seperti apa reaksi yang ditunjukkan si gadis terhadap Dewa. Apakah biasa saja, berani, atau...takut? Tetapi melihat kondisi yang hening semenjak Dewa bertanya, gadis tersebut tetap bergeming. Jangan - jangan...
"Takut, hm?"
Deg!
Dewa mengangkat alisnya sebelah, lalu kemudian terkekeh lirih. Opsi terakhir adalah pilihan Dewa, karena nyatanya gadis ini menjadi takut padanya. Well, itu lebih baik karena dengan begini dia akan menjadi penurut dan tidak membangkang. Ciri - ciri gadis yang sangat di sukai oleh Dewa.
"S-siapa yang takut!?"
"Lalu, kenapa kau tetap menghadap kesana? Jika kau tidak takut, balikkan badanmu dan tatap mataku." Balas Dewa cepat.
Dia sangat tidak sabar untuk melihat reaksi gadis ini, sesuai bayangannya atau tidak. Seumur hidupnya, Dewa tidak pernah seperti ini. Di kehidupannya yang penuh dengan kekerasan dan kebohongan, membuatnya tidak pernah mempercayai satu makhluk pun yang bernama wanita. Tak ada satu pun dari mereka yang membuatnya tertarik.
Tidak hanya itu saja, masa lalu yang membuatnya menjadi manusia yang keras. Semua selalu berhubungan dengan wanita. Terlebih, keluarganya sendiri juga memperlakukannya semena - mena. Bagaimana dia bisa hidup damai sentosa jika mereka tidak pernah membuatnya bahagia? Alih - alih diberikan kasih sayang, malah justru diberikan ultimatum kekerasan.
Rasanya, Dewa seperti ingin menonjok mereka satu per satu. Dulu, dia lemah dan tidak bisa melawan mereka. Tetapi sekarang, untuk menonjok pun dia lebih dari sekedar mampu. Membunuh pun akan dia ladeni. Disisi lain, mereka juga masih membutuhkannya. Selain karena fisiknya yang kuat, Dewa memiliki kepintaran dan kecerdasan luar biasa. Diumurnya yang masih muda, dia sudah memiliki perusahaan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa dan Dewi (Hiatus-On Going)
Teen Fiction[Warning area 18/21+] Awas, Baper!!! Hati-hati!!! "Dewa..." Dewa menatap Dewi yang duduk dipangkuannya dengan dingin dan datar. Dia hanya menyahut dengan berdeham. Tangan kanannya sibuk mengelus pinggang gadis itu dan tangan kirinya mengelus pipi t...